Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada era globelisasi sekarang ini seperti yang kita lihat bahwa kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi mendorong masyarakat semakin maju untuk mengkonsumsi barang dan jasa yang bermutu tinggi baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat antara perusahaan yang satu dengan yang lain, perusahaan itu akan merancang dan mempersiapkan pengaturan serta pendayagunaan sumber daya manusia yang berkualitas. Karyawan adalah asset yang paling berharga yang berperan sebagai perencana maupun pelaku aktif dari aktivitas perusahaan. Dalam rangka menciptakan kualitas kerja karyawan secara efektif dan efisien maka perlu adanya usaha pemeliharaan dari pihak perusahaan. Karyawan yang berkualitas belum tentu mempunyai produktivitas kerja yang baik jika tidak ada jaminan akan keselamatan dan kesehatan kerjanya. Sejalan dengan itu peraturan perdugaan dugaanan ketenaga kerjaan akan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu factor yang paling utama dalam meningkatkan produktivitas dan aktifitas kerja suatu perusahaan dami mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Peranan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan dengan baik oleh karyawan dalam aktivitas kerja jika setiap karyawan menjunjung akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Salah satu cara untuk menekan tingginya tingkat resiko yang dihadapi adalah dengan adanya system manajemen keselamatan proses yang menjamin bahwa fasilitas industri perminyakan telah dirancang dan dioperasikan dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja. Obyek dalam asuransi minyak dan gas adalah asset, antara lain fasilitas pengilangan minyak, sumur minyak, anjungan lepas pantai, alat pengeboran sumur, dan proyek konstruksinya serta orang-orang yang terlibat dalam kegiatan minyak dan gas, yang dapat menjadi obyek asuransi kecelakaan kerja, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, maupun dana pensiun. Obyek berupa asset juga dapat diikuti dengan kerugian financial dari perkiraan pendapatan yang akan diperoleh akibat terjadinya kerusakan (business interruption), dan kerugian atas timbulnya tanggungjawab hukum akibat tuntutan pihak ketiga yang menderita kerugian akibat kerusakan properti maupun terhadap jiwa manusia atau luka badan.

Resiko-resiko yang mungkin dihadapi diantaranya adalah blowout yang disebabkan oleh major peril (Feri, Lightning, Explosion) dan kesalahan manusia (human error), contruction defect, design defec, subsidence, yang dihadapi selama periode kontruksi, dan tabrakan, kandas, dan tenggelam yang disebabkan oleh marine peril. Bayangkan berapa besar kerugian yang dapat dialami apabila suatu kilang minyak terbakar. Kerugian dari kerusakan propertinya saja mungkin sudah mencapai jutaan dollar AS belum ditambah dengan kerugian akibat kehilangan keuntungan (Business Interruption/Loss of Profit) akibat tidak berproduksinya kilang minyak tersebut. Kerugian tersebut dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan minyak dan gas bumi maupun para kontraktor dan opertornya dalam menjaga kondisi keuangannya terhadap resiko yang tidak diinginkan. Misalnya dengan konsep pemindahan resiko (risk transfer) melalui asuransi, atau dengan konsep pembiayaan resiko(risk founding) untuk resiko-resiko yang tidak dapat ditangani melalui pemindahan resiko. Resiko-resiko yang dapat dengan nyata dihitung berdasarkan parameter ekonomi, misalnya kerusakan asset akibat terjadinya kebakaran atau besarnya ganti rugi yang harus diberikan akibat tuntutan pihak ketiga dapat diatasi melalui konsep pemindahan resiko. Tetapi untuk resiko yang belum dapat dihitung berdasarkan parameter ekonomi, misalnya kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan minyak dan gas, dapat diatasi melalui konsep pembiayaan resiko. Walaupun sudah ada peraturan yang mengharuskan industri tidak membuang limbah berbahaya dan beracun tanpa proses pengolahan terlebih dahulu sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan namun nyatanya masih banyak industri yang melakukan pelanggaran. Karena resiko kerusakan terhadap lingkungan ini sifatnya gradual dan tidak bersifat tiba-tiba dan seketika (sudden dan accidental) maka dimungkinkan untuk menjadi komponen perminyakan dalam anggaran perusahaan. Tapi tidak tertutup kemungkinan akan adanya asuransi yang khusus menjadi hal ini, tentu saja setelah ada kekuatan pengawasan secara hukum yang mengharuskan suatu badan usaha mempunyai asuransi ini dan kesiapan industri asuransi dalam menentukan jumlah dan bentuk pengganti kerugian serta premi yang harus dibayar. Untuk menerapkan peranan keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawan perusahaan perlu tata tertib oleh semua pihak yang terkait dalam lingkungan kerja tersebut. Tata tertib disini dimaksudkan adalah merupakan kepatuhan terhadap peraturan atau ketentuan perusahaan serta prosedur yang berlaku, seperti peraturan jam kerja, perlengkapan kerja, dan lain-lain.

Namun perlu diketahui bahwa pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dari aktivitas kerja. Kesadaran karyawan terhadap arti pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja yang diharapkan, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan semangat kerja harus dimulai dari upaya menumbuhkan dorongan atau motivasi kerja karyawan, agar dalam melaksanakan pekerjaan nantinya akan berdasarkan kesadaran personal yang bersangkutan. Dari uraian diatas serta pentingnya akan keselamatan dan kesehatan kerja maka penulis mengambil judul. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Pada lokasi Sumur Minyak Tambora Tunu PT Total E&P Indoneisa Balikpapan

B. Perumusan Masalah. Sebagaimana penulis uraikan pada latar belakang maka yang menjadi pokok permasalahan pada laporan ini ialah Apakah resiko keselamatan dan kesehatan kerja karyawan pada lapangan sumur minyak Tambora Tunu PT. Total E&P Indonesia Balikpapan periode 2001 2004 .

C. Tujuan Penulisan. Sehubungan dengan study perpustakaan yang penulis laksanakan dimana setelah melaksanakan hal tersebut penulis akan memaparkan hasil dari study Pustaka dalam bentuk laporan, maka penulisan ini dilaksanakan guna mencapai tujuan dan kegunaan yang diinginkan. Adapun tujuan dan keginaan yang ingin dicapai adalah : Untuk mengetahui berapa tingkat kecelakaan kerja yang terjadi pada lapangan sumur minyak Tambora Tunu pada PT.Total E&P Indonesia Balikpapan. Untuk mengetahui pentingnya peranan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang telah diterapkan pada PT.Total E&P Indonesia Balikpapan. Untuk melatih penulis agar dapat mengembangkan pikiran dalam memecahkan masalah sesuai dengan teori teori yang penulis peroleh.

D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi: 1. Bidang keilmuan, untuk dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi mengenai penyebab kecelakaan kerja pada PT.Total E&P Indonesia Balikpapan.

2. Bidang praktisi, dengan adanya informasi ini dapat digunakan untuk mengurangi penyebab kecelakaan kerja pada PT.Total E&P Indonesia Balikpapan. 3. Mengetahui potensi resiko yang ada di PT.Total E&P Indonesia Balikpapan

BAB II DASAR TEORI A. Landasan Teori. Sebelum penulis melakukan pemecahan masalah dalam laporan ini maka pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang dasar dasar teori yang merupkan dari pembahasan yang penulis telah kemukakan. Adapun beberapa defenisi suatu batasan pengertian tentang dasar teori. Disamping itu bab ini akan diuraikan tentang teori teori yang berhubungan yakni sebagai berikut : 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen Sumber Daya Manusia didalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting didalam menjalankan suatu kegiatan dalam perusahaan. Oleh karena itu manajemen sumber daya manusia merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan karyawan dan masyarakat disekitar.

Adapun pengertian menurut Hendri Simomora, SE, Akuntan didalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu Pendayagunaan, pengembangan, penelitian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan [1])

Menurut DR. Sedarmayanti, M.Pd. didalam bukunya Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, yaitu Sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi [2]). Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan, didalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, yaitu Ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu [3]). 2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan

penerapan prinsip dan teknik secara umum, maka dalam mengarahkan dan mengendalikan sekelompok orang yang bergabung dalam suatu bentuk kerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Seorang manajer harus melaksanakan fungsi menejemen secara baik. Adapun fungsi fungsi dalam manajemen sumber daya manusia secara singkat adalah sebagai berikut.

2.1. Perencanaan (human resource planning). Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. 2.2. Pengorganisasian, Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasikan semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi. 2.3. Pengarahan (directing), Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan. 2.4. Pengendalian (controlling), Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan atau mentaati peraturan peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. 2.5. Pengadaan, Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 2.6. Pengembangan (Development). Pengembangan adalah usaha usaha untuk meningkatkan kemampuan karyawan untuk menghadapi berbagai penugasan. 2.7. Kompensasi (compesation). Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. 2.8. Pengintegrasian (integration). Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. 2.9. Pemeliharaan (meintenance). Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun.

2.10. Kedisiplinan. Kedisiplinan merupakan sumber daya manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa disiplin yang baik, sulit terwujud tujuan yang maksimal. 2.11.Pemberhentian. Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu

perusahaan[4]). 3. Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia Sejalan dengan sejarah purbakala, maka keselamatan kerja dan kesehatan kerja sama tuanya dengan bangsa Indonesia. Namun pada saat itu keselamatan, baik umum maupun khusus dalam kaitan pekerjaan lebih bersifat perorangan. Demikian pula pada tingkat sejarah selanjutnya, keselamatan tentara dalam peperangan di jaman-kerajaan yang di cipta oleh nenek moyang kita dahulu dan merupakan segi penting kehidupan. Kemudian Belanda datang di abad ke-17 Indonesia dijadikan penghasil aneka ragam hasil pertanian dan pertambangan yang dikirim khususnya ke Negeri Belanda. Industri pengelolah sederhana di sana-sini berkembang, Mula-mula lambat kemudian cepat, bersamasama dengan industri kecil-kecil milik rakyat. Masalah keselamatan dalam perusahaan mulai terasa utama untuk melindungi modal yang ditanam. Namun keadaan tidak banyak sampai pertengahan abad ke-19 saat itu telah dipakai 120 ketel uap yang merupakan suatu teknologi baru pada zaman tersebut. Dugaan-dugaan uap diadakan tahun 1953 penggunaan ketel uap sangat cepat berkembang. Sebagai gambaran, pada tahun 1898 dipakai 2.277 ketel uap. Listrik sebagai sumber penerangan dan kadang-kadang sumber tenaga perlu mendapat perhatian tentang pengawasan keselamatan. Maka dari itu, pada tahun 1980 di keluarkan ketetapan tentang pemasangan dan pemakaian jaringan saluran listrik di Indonesia. Masalah keselamatan angkutan terutama tentara Belanda menjadi lebih penting. Pada tahun 1907, diadakan peraturan tentang pengangkutan obat, senjata, petasan, peluru, dan bahan-bahan yang dapat meledak bagi kepentingan angkatan bersenjata dengan angkutan kereta api. Kemudian, lebih banyak lagi industri-industri yang relatif besar didirikan, sehingga perlu di keluarkan Veiligheids reglement pada tahun 1905 beserta peraturan-peraturan khususnya sebagai pelengkap pelaksanaanya dan direvisi pada tahun 1910. Pengawasan dugaan-dugaan ini dilakukan Veiligheids Toezich. Pada tahun 1912, diadakan pelarangan penggunaan fosfor putih sebagai realisasi persetujuan Bern. Jumlah perusahaan diantara tahun 1920 dan 1920 adalah 1500 buah. Angka ini meningkat menjadi 5.585 pada tahun 1920-1930, dugaan-dugaan Pengawasan Tambang, yang antara lain memuat kesehatan dan keselamatan tambang, dikeluarkan pada tahun dan 1916 pada tahun 1927, lahir dugaan-dugaan gangguan yang berisi dugaan-dugaan tentang

mendirikan perusahaan yang membahayakan, kerugian perusahaan dan gangguan. Pemerintah Hindia Belanda merevisi dugaan-dugaan uap pada tahun 1930. masa-masa diantara 1913-1936 adalah saat depresi ekonomi, namun begitu jumlah perusahaan tidak berkurang melainkan hanya mengurangi kegiatan-kegiatannya. Pada tahun 1940, ke luar pengaturan tentang biaya pemeriksaan keselamatan kerja di perusahaan. Selama Perang Dunia Ke-II, tidak hal-hal penting yang dapat dicatat mengingat zaman itu adalah keadaan perang. Sejak Indonesia merdeka, keselamatan dan kesehatan kerja berkembang sesuai dengan dinamika bangsa Indonesia. Beberapa tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan dugaan-dugaan kerja dan dugaan-dugaan kecelakaan (Kompensasi) didugaankan kemudian dimasukkan jawatan-jawatan pelaksanaan dugaan-dugaan pada tubuh Departemen Perburuhan antara lain jawatan pengawasan keselamatan kerja. Jawatan ini tetap ada, sekalipun mana organisasinya berubah berkali-kali. Pada tahun1957, didirikan pula Lembaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Baru pada tahun 1970, dugaandugaan nomor 1 tentang keselamatan kerja didugaankan. Dugaan-dugaan ini mengganti Veiligheids Reglement tahun 1910. pada tahun 1973 berdiri Ikatan Higyene Perusahaan Keselamatan dan Keselamatan Kerja, yang menghimpun juga profesi dalam keselamatan kerja. Laboratorium keselamatan kerja telah dibangun sejak tahun 1969 sampai sekarang. Dalam usia 10 tahun akhir-akhir ini, berkembang pula organisasi-organisasi keselamatan kerja di tingkat perusahaan-perusahaan. Pada tahun 1975, Seminar Nasional Higyene Perusahaan dan Keselamatan Kerja mengambil tema Penerapan Keselamatan Kerja Demi Pembangunan [5]). 4. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hal yang harus menjadi perhatian khususnya bagi setiap perusahaan untuk menghadapi segala tantangan yang akan terjadi dalam industrialisasi yang semakin berkembang pesat. Sehingga dibutuhkan kesiapan untuk menjawab tantangan tersebut baik dari segi ala-alat, keahlian, maupun perlindungan kerja terhadap karyawan itu sendiri. Adapun pengertian keselamatan kerja yang dikutip dari beberapa sumber, yaitu: Defenisi Keselamatan Kerja yang dikutip dari buku K3 RS. Persahabatan Jakarta adalah Keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

pekerjaan.[6]). Menurut Drs. Daryanto, yaitu Usaha manusia untuk melindungi hidupnya dan yang berhubungan dengan itu, dengan melakukan tindakan preventif dan pengamanan tehadap terjadinya kecelakaan kerja ketika kita sedang bekerja[7]). Menurut Sumakmur, Keselamatan Kerja adalah Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja dan lingkunganya, serta cara melakukan pekerjaan [8] Sedangkan pengertian kesehatan kerja yang dikutip dari beberapa sumber diartikan bahwa kesehatan kerja adalah Penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya [9] Menurut Prof. Iman Supomo S.H kesehatan kerja adalah : Aturan-aturan dan usaha-usaha untuk menjaga buruh/karyawan dari kejadian atau keadaan perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan dan kesusilaan dalam seseorang itu melakukan atau karena ia itu melakukan pekerjaan suatu hubungan kerja [10]). Sedangakan menurut buku In-House Training Program Safety & Industrial Hygiene Awareness PT. Exspa, kesehatan kerja adalah Pencegahan penyakit akibat kerja atau yang akan mempengaruhi fisik atau mental pekerja dan masyarakat sekitarnya [11]). 5. Pengertian Kecelakaan Kerja Menurut Dr. Gempur Santoso, Drs, M Kes, dalam bukunya Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu : Suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehandaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas kerja yang telah diatur.[12] Menurut Dr. Sumamur P,K, M.Sc Kecelakaan kerja adalah Kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.[13] 6. Jenis-jenis kecelakaan kerja 6.1. Jatuh. 6.2. Tergelincir/terpleset. 6.3. Terguling. 6.4. Terbentur. Tertabrak, terantuk. 6.5. Terjepit/terperangkap. 6.6. Terkena ledakan. 6.7. Terbakar/benda panas. 6.8. Terkena aliran listrik. 6.9. Tertimpa. 6.10. Beban berlebihan.[14] 7. Penyebab kecelakaan kerja Adapun faktor-faktor penyebab kecelakaan diantaranya: 7.1. Dari segi pengawasan: 7.1.1 Intruksi kerja tidak jelas.7.1.2 Melanggar peraturan keselamatan kerja. 7.1.3 Tidak memperhitungkan bahaya. 7.1.4 Perlengakapan keselamatan kerja tidak tersedia. 7.2. Dari segi kondisi mental pekerja: 7.2.1 Kurang perhatian terhadap keselamatan kerja. 7.2.2 Kurang koordinasi atau reaksi mental lambat. 7.2.3 Sikap kerja emosionalnya kurang. 7.2.4 Nervodugaans (tegang/bingung/panik). 7.2.5 Sifat pekerjaan itu sendiri. 7.3. Dari segi kondisi fisik pekerja: 7.3.1. Terlalu lelah. 7.3.2. Tuli. 7.3.3. Stabilitas. 7.3.4. Kekurang mampuan dalam penglihatan. 7.3.5. Fisiknya tidak memenuhi persyaratan untuk pekerjaan yang bersangkutan. 7.3.6. Kurang sehat/fisik lemah. 7.4. Dari segi kondisi tempat kerja: 7.4.1 Penerangan tidak memenuhi syarat. 7.4.2 Ventilasi tidak memenuhi syarat. 7.4.3 Suhu terlalu tinggi/terlalu rendah. 7.4.4 Terlalu bising/getaran terlalu tinggi. 7.4.5 Terdapat sumber-sumber sinar x, sinar ultra/infra atau microwaves.[15])

8. Kerugian-kerugian akibat kecelakaan kerja Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian, kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedeihan, kelalaian dan cacat, kematian. Akibat dari kecelakaan kerja itu sendiri menyangkut hal berikut 8.1. Kerugian bagi instansi. 8.1.1 Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit. 8.1.2 Biaya pengobatan, penguburan jika korban sampai meninggal dunia. 8.1.3 Hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan yang menolong sehingga menghambat kelancaran program. 8.1.4 Mencari pengganti atau melatih tenaga baru. 8.1.5 Mengganti/memperbaiki mesin yang rusak. 8.1.6 Kemunduran mental pada pekerja. 8.2. Kerugian bagi korban. Kerugian yang paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai mengakibatkan ia sampai cacat atau meninggal dunia, ini berarti hilangnya pencari nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih sayang orang tuanya terhadap putra-putrinya. 8.3. Kerugian bagi masyarakat dan negara. Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya produksinya yang mengakibatkan dinaikannya harga produksinya perusahaan tersebut dan merupakan pengaruh bagi harga dipasaran.[16] 9. Pencegah Kecelakaan kerja Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan didalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja, diantaranya adalah : 9.1. Pembinaan kondisi fisik pekerja. 9.2. Mengadakan program pelatihan keselamatan kerja. 9.3. Membina kesadaran perlunya keselamatan kerja. 9.4. Analisa bahaya kerja. 9.5. Integrasi antara latihan kerja dengan latihan keselamatan kerja. Program pembinaan keselamatan kerja. 9.6. Membina instruktur dalam keselamatan kerja. 9.7. Meningkatkan partisipasi semua pekerja terhadap keselamatan kerja. 9.8. Laporan tertulis dalam hal keselamatan kerja. 9.9. Laporan tertulis dalam hal keselamatan kerja.[17] 10. Pengertian Tenaga Kerja Beberapa sumber memberikan pengertian tentang tenaga kerja diantaranya sebagai berikut: Menurut Dugaan-dugaan Republik Indonesia 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah Orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menhasilkan

barang/jasa

baik

untuk

memenuhi

kebutuhan

sendiri

maupun

untuk

masyarakat.[18] Sedangkan menurut buku Perjanjian Kerja Bersama antara PT. Total E&P Indonesia dengan SPN-TI mengartikan tenaga kerja adalah masyarakat Indonesia yang bekerja dan menerima upah didalam hubungan kerja dengan perusahaan. 11. Alat Perlindungan Diri Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamatan tempat, peralatan, dan lingkungan kerja adalah sangat perlu di utamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Alat-alat demikian harus memenuhi syarat: Enak dipakai. Tidak menganggu pekerjaan. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya kecelakan. Pakaian kerja sintesisi hanya baik terhadap bahan-bahan kimia, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh aliran listrik. Alat-alat proteksi diri beraneka macam, jika digolongkan menurut bagian-bagian tubuh yang dilindungi, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat antara lain. Perlindungan kepala Jenis helm (safety hat) lengkap dengan tali dagunya dan topi. Perlindungan mata Jenisnya: Safety galsses, mmemberi perlindungan terbatas. Goggles, memberi perlindungan menyeluruh terhadap mata. Face shield, melindungi muka sepenuhnya, namun kurang rapat sehingga goggles diperlukan bila ada bahaya serpihan berkecepatan tinggi. Perlindungan saluran pernafasan Jenis : masker khususnya atau respirator. Perlindungan pendengaran Jenis : ear pldugaang (sumbat telinga) dan ear flug. Tangan dan jari Jenisnya : sarung tangan. Kaki Jenisnya : sepatu safety atau sepatu lars. 12. Penyakit Hubungan Kerja Penyakit hubungan kerja diartikan oleh masalah seminar K3 RS. Persahabatan adalah penyakit adalah penyakit yang mempunyai beberapa penyebab, dimana faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor resiko lainya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks. Adapun penyakit-penyakit hubungan kerja tersebut diantaranya adalah. Penyakit paru-paru. Penyakit otot rangka. Penyakit kanker. Trauma. Penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit sum sun dalam saraf. Penyakti telinga/ketulian. Penyakit gangguan psikosial dengan reproduksinya.

13. Dugaan-dugaan keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan perdugaan-dugaan yang

berhubungan dengan keselamatan kerja di Indonesia berdasarkan Dugaan-dugaan Dasar 1945 yang mengisyaratkan negara berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan baru memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan. Kesematan dan kesehatan tenaga kerja sebagai pelaksanaan terjanmin, kematian, catat, cidera. Penyakit sebagai akibat kecelakaan dalam pekerjaan adalah bertentang dengan dasar kemanusiaan. Oleh karena itu berlandasan Dugaan-dugaan Dasar 1945 dibuatlah dugaan-dugaan dan ketentuan dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Dugaan-dugaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut : Dugaan-dugaan No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja. Dugaandugaan No. 13 Tahun 2003 Tantang Ketenaga kerjaan.. Dugaan-dugaan No. 3 Tahun Tentang jaminan Tenaga Kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-06/MEN/1985 Tentang Perlindungan Pekerja Harian Lepas. Peraturan perdugaan-dugaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan karena akan menetapkan fasilitas tenaga kerja. Selama peraturanparaturan pelaksanaan Dugaan-dugaan keselamatan dan kesehatan kerja belum ditetapkan, maka Dugaan-dugaan dan peraturan-peraturan yang sejak dahulu dan dugaan berlaku dugaan dan ada kaitan dengan perusahaan masih dinyatakan berlaku.

B. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara dengan kata lain merupakan dugaandugaan yang di anggap menjadi jawaban yang benar. Jika data yang diperoleh di dalam penerlitian kemudian dapat dibuktikan apakah hipotesis dapat terbukti atau tidak terbukti. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian adalah Diduga angka kecelakaan kerja karyawan pada lokasi sumur minyak Tambora Tunu PT. Total E&P Indonesia Balikpapan menurun setiap tahunnya untuk periode 2001-2004.

Anda mungkin juga menyukai