Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ERGONOMI

FATIGUE

Ni Putu Ayu Saraswati Ramadhany NIM 0902205039

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2012

FATIGUE

1. Definisi Fatigue Secara denotatif, fatigue merupakan berkurangnya efisiensi dan munculnya keengganan dalam melakukan suatu pekerjaan. Karena masih dirasa belum jelas, definisi fatigue dibedakan berdasarkan jenisnya, yakni muscular fatigue atau fenomena yang terjadi di otot yang mengalami stres dan terlokalisasi di sana. Sementara general fatigue adalah sensasi bercampur aduk yang diikuti perasaan malas dan enggan dalam melakukan aktivitas apa pun. 2. Jenis Fatigue Fatigue dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Muscular fatigue, yang mana merupakan fenomena yang terjadi di otot yang mengalami stres dan terlokalisasi di sana. Ketika otot manusia distimulasi berulang dalam periode tertentu, akan timbul gejala berupa latensi (interval antara stimulasi dan awal kontraksi) menjadi semakin panjang, kontraksi dan relaksasi menjadi memendek, serta berkurangnya ketinggian pengangkatan beban. Terkait dengan muscular fatigue murni, terdapat perbedaan tipe fatigue yakni: Fatigue mata, yakni sistem visual terlalu tegang Fatigue tubuh secara general, yakni beban fisik terlalu berat untuk organisme. Fatigue mental, yakni fatigue yang disebabkan kerja mental atau intelektual. Fatigue syaraf, yang disebabkan oleh tekanan berlebih pada satu bagian sistem psikomotor sebagaimana di pekerjaan yang berulang. Fatigue kronis, yakni akumulasi efek jangka panjang. Fatigue circadian, yang tekait dengan bagian siang-malam periode tidur. b. General fatigue, yakni sensasi general bercampur aduk yang diikuti perasaan malas dan enggan dalam melakukan aktivitas apa pun. Perasaan lelah ini akan menjadi mengganggu apabila tidak ada kesempatan beristirahat. Merupakan mekanisme pertahanan alami agar tidak menjadi terlalu letih. yang memicu

3. Mekanisme Terjadinya Fatigue a. Muscular fatigue Terjadi karena terkait dengan beberapa hal yakni: Perubahan biokimia, yang mana melibatkan proses biokimia yang

menghasilkan energi untuk gerak mekanis. Energi yang terpakai akan digantikan di saat relaksasi lewat proses metabolisme. Jika kebutuhan energi melampaui daya regenerasi, maka keseimbangan metabolisme terganggu dan otot mulai lelah dan mengalami penurunan performa. Fenomena elektrofisiologis, yang terkait dengan pernyataan bahwa fatigue merupakan fenomena otak sebagai sistem syaraf pusat. Namun, hal ini terbukti keliru karena meskipun impuls motorik sudah dikirim dari otak, otot tidak juga berkontaksi saat sudah lelah. Hal ini membuktikan bahwa fatigue merupakan fenomena perifer yang terkait serat otot. b. General fatigue Dipengaruhi beberapa hal yakni: Sistem aktivasi retikular, yang mana bertugas meningkatkan dan menurunkan sensitifitas korteks serebral yang terkait dengan kesadaran, persepsi, refleksi, dan tekad. Jika sensitifitas ditingkatkan, seseorang akan menjadi lebih waspada. Jadi, formasi retikular mengontrol derajat kewaspadaan (aktivasi ascending) dan kesiapan aksi (aktivasi descending). Terkait dengan kontrol umpan balik dari korteks serebral dan afferent sensory system yang mengatur kejelasan impuls dari dunia luar. Sistem limbik dan level aktivitas, yang mana juga berpengaruh pada kesiapan korteks serebral dan seluruh tubuh. Terkait dengan ritme circadian, ketenangan, emosi marah dan takut, sera motivasi. Aktivasi korteks serebral sangat terpengaruh oleh apa yang terjadi di sitem limbik. Sistem penghambat, yang terkait medulla dan otak tengah. Setting ergotropik, yang mana merupakan peningkatan sensitifitas yang tersebar dari sistem aktivasi retikular ke semua anggota badan hingga organisme menjadi siap untuk periode yang menguras tenaga. Setting trophotropic, yang mana terkait dengan relaksasi jantung dan otot sementara sistem pencernaan mencoba mengumpulkan energi pengganti dengan mencerna makanan lebih banyak.

Kontrol humoral, yang terkait dengan pengaturan substansi kimia yang tersirkulasi di cairan tubuh. Memengaruhi pemeliharaan sistem aktivasi retikular dan sensitivitas sistem limbik.

Adrenalin, yang mana terkait pelepasan adrenalin saat ada peningkatan level aktivasi akibat keberadaan stimulus. Reaksi jangka panjang sangat tergantung adrenalin. Juga berhubungan dengan aktivitas sistem aktivasi retikular.

Penyebab kelelahan general juga terkait dengan keseimbangan ketegangan dan istirahat selama 24 jam agar tidak ada kelelahan yang terbawa ke esok hari. Kelelahan bisa terjadi terkait dengan nutrisi, sakit, masalah mental, ritme circadian, lingkungan, dan durasi kerja fisik dan mental. Untuk kelelahan klinis atau kronis, penyebabnya adalah tekanan yang terjadi dari waktu ke waktu selama periode yang panjang dan bisa menyebabkan gangguan psikosomatis. 4. Pengukuran Fatigue Sejauh ini, belum ada cara untuk mengukur tingkat fatigue itu sendiri secara langsung. Pengukuran yang ada baru membahas manifestasi atau indikator dari fatigue. Pengukurannya sendiri biasanya dilakukan sebelum, saat, dan setelah pekerjaan dilakukan. Metode yang biasa digunakan dapat dibagi menjadi enam, yaitu: a. Kualitas dan kuantitas hasil kerja Kuantitas hasil kerja dapat dilihat dari jumlah item yang dihasilkan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu tugas atau berapa jumlah operasi kerja yang bisa dilakukan dalam satu unit waktu. Pengukuran ini tidak bisa menjadi pengukuran langsung karena terkait dengan faktor lain yang dipertimbangkan seperti target produksi, faktor sosial, dan sikap pada pekerjaan. Kualitas hasil kerja sendiri terkait dengan frekuensi kesalahan, kecakapan kerja buruk, produk yang gagal, dan lainnya. b. Melihat persepsi subyektif akan fatigue Salah satu caranya adalah dengan memakai kuisioner bipolar, yang mana subyek harus memberi nilai di antara rentang dua item berlawanan sesuai dengan perasaannya. Bisa juga dengan menggunakan kuisioner forced-choice, yaitu mengharuskan subyek memilih satu dari dua pernyataan. c. Electroencephalograph (EEG)

Biasanya digunakan dalam riset laboratorium dengan melihat variasi di gelombang otak terkait sinkronisasinya untuk melihat tahap kelelahan dan mengantuk. Bisa digunakan untuk mengukur aktivitas sedentari. d. Mengukur frekuensi flicker-fusion pada mata Berguna sebagai indikator yang melihat derajat fatigue. Subyek dihadapkan pada lampu berkedip-kedip dan frekuensi kedipan ditingkatkan sampai kedipan tampak seperti cahaya yang kontinyu (tidak berkedip). Frekuensi di mana hal ini terjadi yang disebut sebagai frekuensi flicker-fusion. Penurunan nyata dari frekuensi flicker-fusion dapat terjadi selama tekanan mental level tinggi berkelanjutan. Pada pekerjaan yang hanya membutuhkan upaya mental sedang, hanya terjadi sedikit penurunan frekuensi atau tidak ada sama sekali. Penurunun frekuensi flicker-fusion diinterpretasikan sebagai gejala kelelahan. Metode ini berkorelasi dengan baik subyektif akan fatigue. e. Tes psikomotor Tes psikomotor mengukur fungsi yang melibatkan persepsi, interpretasi, dan reaksi motorik. Beberapa yang sering digunakan adalah tes waktu reaksi selektif sederhana, tes skill, tes melibatkan menyentuh kotak pada semacam grid, mengetik, dan lainnya. Penurunan pada performa merupakan gejala kelelahan meski harus tetap melihat faktor lain semisal motivasi. f. Tes mental Meliputi masalah aritmatik, tes konsentrasi, tes estimasi, tes memori. Faktor yang mempengaruhi hasil antara lain adalah ketertarikan peserta, efek latihan dan dengan persepsi

pengalaman, dan tes itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai