Anda di halaman 1dari 3

EY ARE NEED; TO BE RESPECTED Gadis itu bunuh diri, ia melompat dari atas jembatan dan mayatnya ditemukan setelah

tiga hari, tersangkut disemak-semak pinggir sungai. Aku menyesal kenapa tidak ku temukan alamat gadis itu sebelum peristiwa tragis ini terjadi. Seandainya sekali saja aku bertemu dengan dia, bisa jadi peristiwa tragis itu tidak terjadi. Aku mengenal gadis ini, di kelas pertamaku mengajar. Perasaan kawatir akan kemampuanku mengajar untuk pertama sekali membuat aku tidak percaya diri. Di tambah lagi suasana kelas yang kacau dengan anak-anak yang tidak bisa menghargai orang lain, telah membuatku semakin tidak percaya diri, mereka terlihat tidak membutuhkan kehadiranku di kelas ini. tapi sisi lain dari diriku berkata; jika kamu gagal untuk langkah pertama ini, selamanya engkau tidak akan pernah bisa mengajar. Itulah yang membuat aku mencari cara bagaimana agar aku bisa mengajar untuk pertama ini. ku lempar pandanganku ke segenap penjuru kelas, mencari mereka yang masih perduli. Tak kudapati di kelas ini murid-murid yang perduli dengan kehadiranku, mereka sibuk sendiri, kecuali seorang gadis yang duduk di deret paling belakang sedang serius memperhatikanku. Maka ku mulailah pelajaran itu, kelas pertamaku. Aku benar-benar tertolong dengan kepedulian gadis itu, dia begitu memperhatikan setiap kata yang aku ucapkan, dan menanyakan setiap kali ada penjelasanku yang tidak ia mengerti. Akhirnya aku bisa melewati jam pertamaku, meskipun tidak terlalu sukses, namun tidak bisa disebut gagal. Dia, ya gadis itulah yang membuatku bisa melewati masa-masa sulit pertama kali mengajar. Aku harus mengucapkan terima kasih padanya. Sebuah ungkapan tulus atas kepedulian yang diberikannya padaku. Namun semua terlambat, usahaku untuk menemukan alamat gadis itu tidak berhasil. Ketika alamat itu ku temukan, justru kabar sedih itu yang ku dengar. Ia telah meninggal! Terakhir aku tahu, bahwa gadis itu merasa kesepian selama hidupnya. dia merasa tidak ada orang lain yang perduli padanya, termasuk juga orang tuanya. Dia tidak menemukan bahwba hidupnya ada arti, merasa sendiri menghadapi setiap masalah, tidak ada orang yang perduli padanya. mungkin karena itulah ia begitu perduli dengan orang lain, karena ia merasakan betapa sakitnya menjadi orang yang tidak dihargai, menjadi orang yang dicueki. Sejak saat itu aku berlatih untuk setiap kali bertemu orang untuk tidak lupa mengucapkan terima kasih, ungkapan sederhana untuk menunjukan betapa berarti hidup yang dimilikinya. Kisah diatas adalah kisah yang aku baca dalam sebuah buku yang aku lupa judulnya juga lupa bukunya. Aku tulis dengan versiku sendiri terinspirasi dari dialogku dengan guruku yang aku ceritakan pada postingku yang berjudul Seribu langkah; dan Live to care; saat itu guruku menasehatiku My son.. learn to respect anybody kepedulian kita kepada orang lain sesungguhnya adalah bentuk kepedulian kita kepada diri kita sendiri, bagaimana orang akan memberikan rasa pedulinya padamu jika engkau sendiri tidak pernah perduli akan orang lain. Keperdulian itu tidak cukup hanya dengan engkau mengangguk, atau dengan basa-basi atau ucapan terima kasih, yang seperti itu masih pada tataran budaya bersikap. Tapi ada bentuk kepedulian yang lebih tinggi dari itu semua, yaitu pada tataran budaya berbuat. Orang akan tahu bahwa kita perduli pada mereka tanpa harus kita menunjukan dengan sikap kita. Perbuatan yang kita lakukan untuk mereka, membangun sumur, kandang sapi, mushola, masjid dan bentuk shodaqoh yang lainnya sekecil apapun itu, adalah keperdulian yang lebih berbicara ketimbang segala macam kata-kata. Kehadiran kita ditengah mereka; kaum yang termarginalkan oleh kehidupan itu adalah keperdulian yang jauh lebih terasa dari segala macam khotbah, segala macam tulisan, segala macam kata-kata yang isinya seakan akan perduli banget pada penderitaan kaum dhuafa tapi kosong

dari kerja nyata, kosong dari perbuatan yang bisa mereka rasakan. Islam ini tidak bisa dibangun hanya dengan khotbah saja, metode dawah rasul tidak banyak menggunakan kata, Allah-pun telah mengajari kita bagaimana dawah itu sesungguhnya Uduu ila sabiili rabbika bilhikmah, wa l-mauidhoti l-hasanah, wa jaadil hum bi l-laty hiya ahsan hikmah itu lebih dahulu dari mauidhoh, artinya berbuat dulu baru yang lainnya. Jangan hanya bicara di masjid tentang ke utamaan menyanyangi anak yatim, tentang kewajiban kita kepada fakir miskin, sementara tak sekalipun kita pernah menjenguk mereka, tak sedikitpun tersisa pikiran untuknya. Jika kaum dhuafa; itu datang ke rumahmu, sesungguhnya mereka sedang mengunjungi waktu, ruang, dan jiwamu. Sebaliknya juga begitu, jika engkau mengunjungi mereka. Kunjunganmu kepada mereka adalah shodaqoh, yang nilainya tidak satu. Ada waktu yang kau korbankan, ada ruang yang kau shodaqohkan ada jiwa yang kau tanamkan, namamu terukir di hati mereka. Dan kau harus tulus untuk mencopot baju sosialmu dan berganti dengan baju manusiamu, engkau hamba demikian juga mereka, tidak ada yang membedakanmu selain rasa takwa dalam hatimu. Perlu kamu tahu; bahwa doa orang orang itulah yang sesungguhnya membuat Allah menahan murkaNYA! dihadapan mereka, jangan pernah merasa lebih mulia!. Aku terhanyut dalam kata-kata guruku. Sesak nafasku mencoba untuk mengatur lagi hatiku, menata kembali pikiran dan jiwaku. Aku teringat Ibnu Athoillah berkata wurudul imdaad bikasybil istidaad bahwa Ilmu itu terserap oleh murid tergantung dari seberapa besar persiapan murid tersebut dalam menangkap ilmu gurunya. Persiapan batin, persiapan pikir, persiapan ruh dan jasad. Sebesar persiapannya sebesar itu pula ilmu yang akan ditangkapnya. Aku mencintaimu duhai guruku, dengan setulus hatiku Taaluq ala Allah, ya bunayya begitu suatu hari dia guruku itu- mengatakan padaku kaifa dzaaka ya abaaya tanyaku tidak mengerti Uduuniy astajib lakum bilau hanya menjawab itu, dan aku berusaha untuk menangkap mana. lalu aku coba meraba dan inilah rabaanku; mana dibelakang firman ini adalah bahwa Allah menghendaki agar kita mengingatNYA, memperhatikanNYA, menghormatiNYA, Perduli padanNYA, butuh akanNYA. Sama halnya mustahil bagi kita mendapat perhatian guru kita dalam kelas jika tidak sedikitpun kita perduli akan dia, tidak menghargainya, tidak menampakan bahwa kita sedang butuh akan kehadirannya. Pun demikian dengan kita, orang yang memperhatikan kitalah yang akan kita perhatikan, orang yang menghormati kitalah yang akan kita hormati lebih dari yang lainnya. Apa lagi Allah subhanahu wataala. Jadi, jika kita ingin berguru kepada Allah sang pemilik ilmu, maka engkau harus belajar untuk perduli, belajar untuk mencintai apa yang DIA cintai, dan membenci apa yang DIA benci. Menyebut namanya disepanjang usia kita, tanpa henti. Menunjukan kepadaNYA tindakan real yang kita lakukan untuk membuktikan bahwa cinta kita kepadaNYA bukan cinta gombal. Dengan dzikir, dengan sholat sunnah rawatib, dengan tahajud, dhuha, hajad, puasa dan tindakan nyata kita kepada saudara-saudara kita yang lain, berbuat untuk kesejahteraan manusia, dengan karya nyata disegala dimensi kehidupan manusia. Pokoknya apa saja yang denganNYA ALLAH akan memperhatikan kita harus kita lakukan dengan total dan maksimal sesuai kemampuan kita. Itulah ketulusan menghamba. Itulah cinta yang akan membawa setiap hati menjadi grimis, dan ALLAH mencintaimu karena cinta total tulusmu untukNYA. its about me and GOD begitu selalu guruku berkata.

Manusia butuh dihormati, apa lagi ALLAH, itulah intinya. Bentuk penghormatan kita kepada manusia adalah perduli akan dirinya, keperdulian itu bisa berupa tegur sapa, mengangguk, menjawab salam, mengucapkan terimakasih dan memberikan perhatian akan hidupnya lewat tindakan nyata. Bentuk keperdulian kita kepada ALLAH adalah dengan menjalankan syariatnya, mengaktualisasikan diri dalam kerja nyata kemanusiaan. Allahu fi auni l-abdi makaana l-abdu fi auni akhiihi tolonglah manusia, kau dapat pertolonganNYA, kau dapat CintaNYA, Kau dapat IlmuNYa. Perdulilah kepada manusia! kau akan dapat keperdulianNYA. Hormatilah manusia! kau akan mendapat kehormatan untuk masuk surgaNYA. Afdalu l-fadhooil al-amal, hidup yang baik adalah hidup yang berbuat bukan hidup yang bertafakur itulah kata terakhir yang terucapkan oleh guruku, sebelum ia melanjutkan untuk meneruskan perjalan ke desa yang lain-nya Dalam hening aku berbisik aku mencintaimu and thanks you

Anda mungkin juga menyukai