Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Setiap tahunnya lebih dari 12 juta anak di negara berkembang meninggal bahkan sebelum mereka mencapai usia lima tahun, dan 70% penyebab kematiannya adalah pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi (Pratono et al, 2008). Hal itu dapat terjadi oleh karena beberapa hal dan yang paling berperan adalah karena rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Perbaikan kesehatan anak dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen kasus anak sakit, gizi, imunisasi, pencegahan trauma, pencegahan penyakit lain, dan memperbaiki dukungan psikososial. (Hanim, 2010). Berpijak dari hal tersebut, WHO dan UNICEF telah

mengembangkan suatu strategi/pendekatan yang disebut Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS atau manajemen terpadu balita sakit adalah suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunitas, maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan. MTBS merupakan suatu strategi untuk meminimalisir tingkat mortalitas dan morbiditas dari balita melalui suatu pendekatan yang meliputi preventif, promotif, dan kuratif (Hanim, 2010). MTBS dalam kegiatan di lapangan khususnya di Puskesmas merupakan suatu sistem yang mempermudah pelayanan serta

meningkatkan mutu pelayanan. Mengingat pentingnya manfaat dari MTBS maka sudah seharusnya mahasiswa sebagai calon dokter memahami dan mampu melaksanakan MTBS tidak hanya di puskesmas melainkan di berbagai pelayanan kesehatan.

B. Tujuan Pembelajaran Adapun tujuan pembelajaran pada topik keterampilan MTBS ini adalah diharapkan mahasiswa : 1. Mampu melakukan penilaian balita sakit dengan menggunakan pedoman MTBS. 2. Mampu menentukan klasifikasi masalah balita sakit dengan menggunakan pedoman MTBS. 3. Mampu menilai status gizi balita (klinis dan antropometris) menurut aturan WHO (2005) dan memeriksa adanya penyakit penyerta. 4. Mampu melakukan dan menyarankan tindakan berdasarkan klasifikasi balita sakit pada pedoman MTBS. 5. Mampu melakukan pendampingan konseling balita sakit

berdasarkan pedoman MTBS berupa perawatan di rumah dan pemberian nasehat berupa kapan kembali untuk tindak lanjut.

BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN

A. Pelaksanaan Kegiatan Waktu : Hari I Hari II Tempat Kegiatan : Rabu, 21 Maret 2012 : Rabu, 28 Maret 2012

: Hari I dan II : Puskesmas Sambirejo, Sragen : Hari I : Bimbingan oleh kepala puskesmas dan instrukur lapangan serta pelaksanaan penerapan MTBS di puskesmas. Hari II : Pengumpulan laporan, presentasi kegiatan, dan evaluasi.

Kegiatan yang dilaksanakan pada hari pertama, Rabu 21 Maret 2012 yaitu berupa bimbingan dari kepala puskesmas dan instruktur lapangan mengenai tatalaksana MTBS di Puskesmas Sambirejo, Sragen. Sebelum terjun langsung ke lapangan mahasiswa dibekali pengetahuan seputar MTBS (tujuan, sasaran, hambatan, dan bagan MTBS) dan cara pengisian form MTBS. Setelah memahami apa saja yang harus dilakukan mahasiswa melakukan pengamatan dan langsung melaksanakan

ketrampilan MTBS pada pasien di Puskesmas Sambirejo, Sragen. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil sehingga kami mendapatkan tujuh pasien yang terdiri dari 3 pasien rawat inap dan 4 pasien rawat jalan poli KIA. Penulis berkesempatan untuk melakukan keterampilan MTBS pada satu pasien rawat jalan poli KIA. Hari kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2012 di Puskesmas Sambirejo, Sragen. Kegiatan yang dilakukan pada hari ini adalah presentasi mengenai kegiatan pada hari pertama, pengumpulan laporan dan evaluasi kegiatan keterampilan MTBS. B. Prosedur Pelakanaan 1. Melakukan pengamatan pelaksanaan pengamatan MTBS di puskesmas

2. Melakukan penilaian anak balita sakit berdasarkan keluhan dan pemeriksaan sesuai bagan MTBS. 3. Menentukan klasifikasi penyakit sesuai bagan MTBS. 4. Menentukan penanganan atau tindakan masalah berdasarkan bagan MTBS. 5. Memberikan konseling perawatan di rumah berdasarkan bagan MTBS. 6. Memberikan konseling tentang perawtan tindak lanjut berdasarkan bagan MTBS. 7. Menilai status gizi balita (klinis dan antropometris) menurut aturan WHO (2005) dan memeriksa adanya penyakit penyerta. 8. Melakukan pengisisan form MTBS dari puskesmas. (Hanim, 2010)

Mekanisme alur pelaksanaan MTBS di Puskesmas diterangkan secara lebih terperinci meliputi: 1. Input Pengantar balita sakit diberi map berisi rekam medis dan formulir MTBS. 2. Proses a. Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS b. Memeriksa berat badan, tinggi badan, dan suhu badan c. Menanyakan keluhan utama pasien melalui alloanamnesis keluarga pasien d. Menanyakan kepada keluarga pasien kunjungan tersebut kunjungan yang keberapa e. Memeriksa tanda-tanda bahaya umum, seperti: 1) 2) Tak bisa minum atau menyusu Memuntahkan semuanya

3) 4) f.

Kejang Letargis atau tidak sadar

Apabila batuk, menanyakan sudah berapa lama, menghitung napas, menentukan napas cepat atau tidak, melihat adanya tarikan dinding dada, dan mendengar stridor.

g.

Apabila diare, menanyakan sudah berapa lama dan adakah darah di dalam tinja, selalu memeriksa keadaan umum pasien (letargis atau tidak sadar, gelisah atau rewel), melihat apakah mata cekung, memberi minum anak untuk melihat apakah tidak bisa minum (malas) atau haus (minum dengan lahap), dan mencubit kulit perut untuk memeriksa turgor

h.

Apabila demam, menilai kemungkinan pasien menderita berdarah malaria, campak, atau demam

i.

Apabila ada masalah telinga, menanyakan apakah pasien pernah mengeluh nyeri di telinga, adakah cairan yang keluar dari telinga, sudah berapa lama, dan melihat adanya cairan yang keluar dari telinga, serta meraba pembengkakan di belakang telinga

j.

Memeriksa status gizi (dengan melihat apakah tampak kurus atau sangat kurus dan adanya pembengkakan di kedua punggung kaki, serta menentukan status gizi berdasarkan berat badan menurut panjang atau tinggi badan)

k.

Memeriksa

status

anemia

(dengan

melihat

kepucatan pada telapak tangan)

l.

Memeriksa status imunisasi (BCG, HB-0, HB-1, HB-2, HB-3, DPT-1, DPT-2, DPT-3, Polio 1, Polio 2, Polio 3, Campak)

m. n. o.

Memeriksa pemberian kapsul Vitamin A Menilai masalah atau keluhan lain Menilai pemberian makan anak jika anak kurus atau anemia atau berusia kurang dari 2 tahun dan tidak akan dirujuk segera.

3.

Output a. Pada balita yang sakit, umumnya menunjukkan gejala dan tanda dari beberapa kondisi, sehingga kemungkinan diagnosis. b. Bila hal tersebut terjadi, maka pengobatan yang dilakukan harus berupa kombinasi, bukan hanya satu pengobatan saja c. Perhatian tidak hanya ditujukan kepada didapatkan lebih dari satu

penyakitnya saja, tetapi harus kepada balita secara utuh. d. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas pelayanan seperti ketersediaan obat, organisasi dari sistem kesehatan, rujukan pelayanan dan perilaku masyarakat perlu diperhatikan dalam satu strategi integrasi.

BAB III PEMBAHASAN

Berikut adalah identitas, data anamnesis, dan hasil pemeriksaan fisik dari pasien yang didapatkan oleh penulis. Nama : An. Azaki

Jenis kelamin : Laki-laki Umur BB PB Suhu badan : 7 bulan : 8,1 kg : 75 cm : 37oC

Pasien datang diantarkan oleh kedua orangtuanya dan ini merupakan kunjungan pertama pasien. Berdasarkan hasil alloanamnesis yang dilakukan keluhan utama dari pasien adalah batuk, pilek, dan demam. Setelah itu dilakukan alloanamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengacu atau seperti tertera di form tatalaksana balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. 1. Pemeriksaan tanda-tanda bahaya umum Pada pasien tidak dapatkan tanda-tanda bahaya umum seperti: Tak bisa minum atau menyusu Memuntahkan semuanya Kejang Letargis atau tidak sadar

2. Apakah anak batuk atau sukar bernafas? Pasien mengalami batuk yang baru berlangsung selama satu hari. Respiratory rate : 26 x/ menit Tidak ada tarikan dinding dada ataupun stridor 3. Apakah anak diare? Pasien tidak mengalami diare 4. Apakah anak demam? Berdasarkan alloanamnesis dari ibu pasien, pasien dikatakan demam sejak satu hari yang lalu. Berdasarkan pemeriksaan tidak didapatkan adanya

tanda-tanda campak namun didapatkan bahwa pasien mengalami pilek. Berdasarkan pemeriksaan suhu tubuh didapatkan bahwa suhu tubuh pasien 37 derajat celcius. 5. Apakah anak mempunyai masalah telinga? Pasien tidak memiliki masalah telinga 6. Memeriksa status gizi Dilakukan pemeriksaan berat badan dan panjang badan. BB : 8,1 kg PB : 75 cm Tidak nampak adanya pembengkakan pada kedua punggung kaki. Merujuk pada tabel maka pasien memiliki status gizi normal (BB/ PB -2 SD - +2 SD) 7. Memeriksa anemia Tidak didapatkan adanya kepucatan pada tangan pasien. 8. Memeriksa status imunisasi Ibu pasien mengatakan bahwa pasien rutin diimunisasi dan sudah mendapatkan imunisasi sesuai usia, yaitu HBO, DPT-1, DPT-2, DPT-3, Polio 1, polio 2, polio 3, polio 4. Namun melihat usia pasien baru 7 bulan maka pasien belum mendapatkan imunisasi campak. Edukasi diberikan kepada orangtua pasien agar tidak lupa untuk mengimunisasikan anaknya ketika waktunya tiba. 9. Memeriksa pemberian vitamin A Pasien sudah mendapatkan vitamin A. 10. Menilai masalah/ keluhan lain Tidak didapatkan adanya masalah atau keluhan lain. 11. Melakukan penilaian pemberian makan anak jika anak kurus atau anemia atau umur < 2 tahun dan tidak akan dirujuk segera Melihat usia pasien yang baru 7 bulan, maka dilakukan penilaian pemberian makan anak. Apakah ibu menyusui anak ini? Jika ya, berapa kali dalam 24 jam? Ya 5 kali

Apakah juga menyusui di malam hari? Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain? Jika ya, makanan atau minuman apa? Berapa kali sehari? sehari

Ya Ya Bubur tim Rutin 3x

Selama sakit apakah ada perubahan pemberian makan pada anak? Ya Ketika sakit pasien mengalami penurunan nafsu makan. Penulis menyarankan untuk meningkatkan frekuensi minum ASI dan tetap meberikan makanan secara rutin dengan kualitas dan kuantitas yang baik agar anak cepat sembuh. Setelah melakukan penilaian keluhan, selanjutnya adalah

mengklasifikasikannya. Melihat data yang ada maka klasifikasi untuk pasien adalah : 02 C : Anak batuk bukan pneumonia 04 D : Anak demam bukan malaria 08 E : Status gizi anak normal

Setelah pasien diperiksa dan diberi penatalaksanaan oleh dokter selanjutnya dilakukan sedikit konseling bagi orang tua pasien. Konseling yang diberikan menyangkut cara pemberian makanan yang tepat pada anak, pentingnya menjaga kebersihan agar pasien tidak gampang sakit, dan nasihat untuk orangtua mengenai kapan harus segera kembali kunjungan ulang. Kunjungan ulang dilakukan setelah 3 hari atau setelah obat yang diberikan habis namun pasien tidak mengalami penyembuhan. Pelaksanaan MTBS dilakukan oleh tenaga terlatih berasal dari medis maupun paramedis (bidan/perawat). Pelaksanaan MTBS terdiri atas beberapa langkah, antara lain: 1. Penilaian yang terfokus : tanda bahaya umum, gejala utama, status gizi, status imunisasi dan masalah/keluhan lain. 2. Klasifikasi : merah (perlu dirujuk), kuning (pengobatan spesifik) dan hijau (perawatan di rumah).

3. Identifikasi tindakan 4. Pengobatan : menentukan tindakan pengobatan. 5. Konseling, tindak lanjut, perawatan di rumah dan kapan kembali untuk tindak lanjut. Pelaksanaan MTBS menggunakan formulir bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan dan formulir tatalaksana balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Formulir ini berisi tanggal kunjungan, identitas balita (nama, umur), berat dan tinggi badan, suhu tubuh, jenis kunjungan (pertama/ulang), keluhan utama, penilaian, klasifikasi dan tindakan. Secara umum pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) di Puskesmas Sambirejo sudah berlangsung dengan baik. Penilaian kasus balita sakit telah dilakukan sesuai dengan form penatalaksanaan balita sakit dan dilakukan oleh tenaga yang terampil di bidangnya. Pelaksanaan keterampilan MTBS yang dilakukan oleh mahasiswa menemui sedikit hambatan. Hambatan tersebut terutama berkaitan dengan mekanisme anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ini dikarenakan kurang terlatihnya mahasiswa dalam menghadapi pasien secara langsung. Dibutuhkan persiapan yang lebih matang dan pengalaman yang lebih banyak agar kami dapat melakukan anamnesis dan pemeriksaan secara tepat. Namun, tidak ditemukan kesulitan secara bermakna dalam proses pengisian form MTBS.

10

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Tingkat mortalitas dari balita sakit sangat tinggi sehingga dibutuhkan suatu pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. 2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi balita dapat dilakukan dengan pengadaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). 3. Dalam pelaksanaan keterampilan MTBS Dibutuhkan tenaga yang terampil dan terlatih penilaian, klasifikasi, dan tindakan yang diberikan tepat. 4. Pelaksanaan ketreampilan MTBS di Puskesmas Sambirejo sudah berlangsung dengan baik dan lancar.

B. Saran 1. Melihat bahwa pelaksanaan MTBS di Puskesmas Sambirejo sudah berlangsung dengan baik maka diharapkan dapat dipertahankan sehingga angka mortalitas dan morbiditas balita sakit dapat diminimalisir. 2. Perlunya persiapan yang lebih matang dari mahasiswa dalam menghadapi pasien secara langsung sehingga MTBS dapat dilakukan dengan lebih baik.

11

BAB V DAFTAR PUSTAKA

Hanim D, Widyaningsih V, Lestari A, Wicaksono A. 2010. Manual Field Lab Keterampilan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Surakarta : Field Lab FK UNS. Pratono H, Lazuardi L, Hasanbasri M (2008). Manajemen Terpadu Balita Sakit Evaluasi Pelaksanaan MTBS di Puskesmas Tanah Laut. Working Paper Series No.3 Januari. Diunduh di http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UPPDF/_working/No.3_Hari%20Pratono_01_08.pdf pada Maret 2011.

12

Anda mungkin juga menyukai