Anda di halaman 1dari 6

Pencemaran Pantai Utara Jakarta sengsarakan nelayan Senin, 13 Februari 2012 16:32 wib

Sindonews.com Pencemaran limbah industri dan reklamasi di Pantai Utara Jakarta telah membuat 12 ribu nelayan tradisional makin menderita. Apalagi sebelumnya, penangkapan ikan menggunakan kapal pukat harimau di Teluk Jakarta, juga belum bisa diselesaikan pemerintah. "Pesisir utara Jakarta perlu perhatian serius dari pemerintah, kerusakan yang terjadi bukan hanya di pantai namun hingga ke Teluk Jakarta. Padahal kawasan ini memberi kehidupan bagi ribuan nelayan dan penyeimbang lingkungan Jakarta," ungkap anggota Komisi IV DPR Rofi Munawar dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PTNI) di Jakarta, Senin (13/2/2012). Menurut Rofi, limbah dan reklamasi pantai telah menyebabkan kondisi Teluk Jakarta memburuk. Hal ini dikarenakan sekarang banyak limbah pabrik yang tidak dikelola dengan baik dan langsung dibuang ke Teluk Jakarta. Perilaku industri ini mematikan budidaya kerang hijau yang dilakukan oleh hampir 400 nelayan dan merusak ekosistem sekitar yang menyebabkan air berwarna merah kecoklatan dan membuat ikan mati. Volume sampah terapung juga terus naik mencapai 20.428 m3-28.453 m3. "Pemerintah perlu mewajibkan seluruh pabrik yang ada di pesisir pantai Jakarta memiliki sistem water waste treatment, sehingga limbah dapat dikelola dengan baik dan tidak membahayakan bagi lingkungan," lanjut Rofi.

Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang hanya memandang aspek pembangunan fisik semata, tambah dia, menyebabkan berbagai dampak seperti abrasi, banjir akibat curah hujan di hulu-hulu sungai yang bermuara di Jakarta, hilangnya daerah resapan air, serta permukiman kumuh. "Selain pencemaran dan reklamasi, saat ini hampir 54 kapal pukat harimau beroperasi di Teluk Jakarta. Keberadaannya mematikan 12 ribu nelayan yang melakukan tangkapan ikan secara tradisional. Selain mengancam ekosistem biota laut, pukat harimau juga ditengarai membuat hasil tangkapan ikan nelayan tradisonal menurun secara signifikan," komentar dia. Keberadaan 54 kapal pukat harimau yang ukurannya besar-besar, sambung Rofi, seharusnya mudah dikenali dan dideteksi dengan mudah. Oleh karenanya, Rofi menilai, pemerintah perlu meningkatkan patroli dan penertiban yang serius guna mencegah kerusakan yang lebih besar lagi. "Pesisir utara Jakarta dalam beberapa tahun terakhir semakin memprihatinkan. Pertambahan penduduk yang pesat, daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia yang terus merosot, termasuk hilangnya kawasan mangrove dan daerah resapan air lainnya. Banjir, kemiskinan, pencemaran sampah, limbah, dan pemukiman yanng semrawut menjadi penyebabnya," tandasnya.

Pencemaran Pantai Utara Jakarta Menyerupai Minamata Alfian Banjaransari - detikNews Rabu, 12/11/2008 16:21 WIB (Foto: Dok. Gagah W/ detikcom) Jakarta Tingkat pencemaran di Pantai Utara Jakarta ditengarai sudah sangat parah. Bahkan salah seorang anggota Komisi VII DPR RI menpersamakan dengan pencemaran di Teluk Minamata, Jepang yang merenggut ratusan nyawa.

"Kita concern terutama adanya kerang-kerang hijau yang sudah ada gejala seperti di Minamata, terkena merkuri berat," ujar anggota Komisi VII DPR RI, Ade Daud Nasution usai melakukan pertemuan dengan Pemprov DKI Jakarta di Gedung Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (12/11/2008) Kasus Minamata terjadi sekitar tahun 1960-an. Saat itu ribuan penduduk yang tinggal di sekitar Teluk Minamata, Jepang, mengalami kerusakan otak, mati rasa, gemetar, kehilangan penglihatan dan pendengaran. Semua penyakit itu muncul gara-gara makan ikan yang mengandung merkuri. Pada awalnya penyebab keracunan itu tidak diketahui, namun kemudian terbukti keracunan disebabkan oleh limbah merkuri (Hg) yang berasal dari pabrik permen Chisso. Lebih lanjut, Ade yang dari Fraksi Bintang Reformasi (FBR) mempertanyakan keberadaan hutan mangrove di Pantai Ancol yang terkikis ombak. "Kita sudah pergi di Ancol, kelihatannya banyak hutan mangrove hilang semua, alasannya karena abrasi. Ya kalau tipis, cuma 30 cm ya habis dong. Kan peraturannya harus 100 cm, dalam hal ini kita harus concern pada Amdal. Jadi jangan tanah dikorbankan. Itukan sebenarnya tidak boleh ditanami,"

keluh Ade Daud. "Ini dari zaman Soeharto, ini gara-gara anak Soeharto," tambah Ade Daud Menanggapi keluhan Ade Daud, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto berjanji pihaknya akan terus menanami mangrove di Ancol. "Kalau mangrove akan kita tanami terus. Upaya penanaman selalu ada. Tapi selalu diterjang ombak. Mengapa diterjang ombak, kita terus kaji," katanya. Lebih lanjut Prijanto mengatakan agar tak diterjang ombak lagi, Pemprov DKI akan menanam mangrove di belakang tanggul yang sudah dibuat, agar mangrove yang kecil aman. (gun/iy)

Enam Pantai di Bali, Tercemar Limbah Juli 29th, 2010 | Lingkungan Wisatawan di Pantai Kuta

Denpasar Tercatat enam kawasan pantai yang menjadi kawasan wisata di Kabupaten Badung Bali memiliki kualitas air laut yang masuk dalam kategori tercemar. Pantai-pantai tersebut diantaranya Pantai Kuta, Legian, Nusa Dua, Jimbaran, Benoa dan Canggu. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa kandungan bahan-bahan pencemar dalam air laut di enam kawasan pantai tersebut telah melebihi ambang baku mutu lingkungan. Beberapa bahan pencemar yang dinyatakan telah melebihi ambang baku mutu diantaranya Nitrat, Nitrit, Fosfat, Cadmium dan Timbal. Peneliti Kelautan Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Udayana Ketut Sundra menyatakan walaupun kualitas air laut di 6 kawasan pantai tercemar, namun masih masuk dalam kategori tercemar ringan. Secara rata-rata masih masuk dalam kategori tercemar ringan dan sedang, itu karena bahanbahan pencemar itu akan dapat terdegradasi menjadi bahan lainnya jelas Ketut Sundra kepada Indosmarin.com di Denpasar.

Sundra menambahkan tercemarnya air laut di enam kawasan pantai wisata di Kabupaten Badung lebih dominan akibat pengelolaan limbah yang belum maksimal dari aktivitas pariwisata seperti hotel, restauran dan sarana olah raga bahari. Jika hal ini tidak segera ditangani maka di khawatirkan pencemaran air laut akan semakin parah.(Mul)

Anda mungkin juga menyukai