Anda di halaman 1dari 3

Jemima Cassandra Suryatenggara 1106143730 Kajian Masyarakat Jepang

Social Pathology Perspective


Social Pathology Perspective atau Perspektif Patologi Sosial adalah salah satu dari enam perspektif sosial tentang masalah sosial. Sejarah mencatat tentang masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi, dll. Hal ini disamping mampu memberikan berbagai alternatif kemudahan bagi kehidupan manusia juga dapat menimbulkan Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik. Baik yang bersifat internal dalam batinnya sendiri maupun bersifat terbuka atau eksternal sehingga manusia cenderung banyak melakukan pola tingkah laku yang menyimpang dari pola yang umum dan banyak melakukan sesuatu apapun demi kepentingannya sendiri bahkan cenderung merugikan orang lain. Hal ini yang kemudian melahirkan apa yang dinamakan dengan patologi sosial. Definisi Secara etimologis, kata patologi berasal dari kata pathos yang berarti disease/penderitaan/penyakit dan logos yang berarti ilmu. Jadi, patologi adalah ilmu yang membicarakan tentang penyakit atau ilmu tentang penyakit. Sedangkan kata sosial adalah tempat atau wadah pergaulan hidup antar manusia yang perwujudannya berupa kelompok manusia atau organisasi yakni individu atau manusia yang berinteraksi/berhubungan secara timbal balik. Dalam arti yang lebih luas yaitu komunitas atau masyarakat. Perspektif patologi sosial berasal dari analogi organik. Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris dan pemikir teori liberal klasik terkemuka, membandingkan masyarakat dengan organisme. Persamaan utama dalam perkembangan masyarakat dan organisme yang dikemukakan Spencer yaitu, meningkatnya kompleksitas struktur seiring pertumbuhannya dan bagian-bagian dengan fungsi yang berbeda-beda namun saling bergantungan. Menurut analogi organik ini, seseorang maupun suatu situasi dianggap sebagai masalah sosial apabila mereka mencapai taraf mengganggu kinerja normal suatu organisme sosial. Maka gangguan tersebut dipandang sebagai suatu penyakit atau patologi. Demikian, menurut perspektif patologi sosial, masalah sosial adalah pelanggaran terhadap ekspektasi moral.

Penyebab

Penyebab dari patologi sosial menurut ahli sosiologi Amerika awal adalah ketidakmampuan alamiah individu untuk mengikuti perubahan ideologi dan institusi dalam masyarakat, atau akibat kegagalan masyarakat untuk mensejajarkan mekanisme fungsionalnya dengan kondisi perubahan di dunia tempat mereka tinggal. Penyebab lainnya adalah kegagalan dalam sosialisasi di dalam masyarakat. Agen sosialisasi dalam masyarakat bertanggung jawab menyebarkan norma moral kepada setiap generasi, namun terkadang usaha sosialisasi itu tidak efektif dikarenakan adanya penyimpang yang diklasifikasikan dalam perspektif patologi sosial sebagai defective, dependent, dan delinquent. Defectives adalah orang yang tidak bisa diajar, dependants adalah orang yang kurang mampu (handicapped) menerima instruksi, dan delinquents adalah orang yang menolak pengajaran. Di kemudian hari dikemukakan pula penyebab baru yaitu hasil dari pembelajaran terhadap nilai-nilai yang salah seperti misalnya individualisme yang terjadi di Amerika sekitar abad ke-19.

Kondisi Walaupun patologi sosial umumnya disebabkan oleh mereka yang termasuk dalam kelas defective, dependent, dan delinquent atau yang dikategorikan sebagai penyakit sosial, namun jarang dijumpai suatu masalah sosial yang terjadi tanpa turut campur lingkungan yang buruk atau sejenisnya. Lingkungan buruk yang dimaksudkan contohnya adalah pada saat terjadi perubahan besar dan terlalu cepat sehingga sebagian masyarakat sulit untuk mengikuti perkembangannya, seperti pada abad ke-19 di Amerika yaitu masa urbanisasiindustrialisasi. Pada saat itu orang-orang bermigrasi dari pedesaan ke perkotaan, ditambah emigrasi dari Eropa, membuat penduduk di kota-kota berkembang di Amerika menjadi terlalu padat. Sehingga kemudian timbul semakin banyak kondisi yang bermasalah yang berujung pada penderitaan, rasa sakit, kekacauan sosial, kematian fungsi institusi, dan hal-hal lain yang perlu diperbaiki.

Akibat Menurut pandangan patologi awal, gangguan sosial meningkatkan biaya untuk menjaga ketertiban sosial masyarakat. Ahli patologi awal meyakini bahwa pada akhirnya mereka yang paling sehat yang akan bertahan. Namun, ahli patologi di kemudian hari menyatakan hal yang berlawanan. Mereka cenderung lebih pesimis terhadap masa depan masyarakat yang mengalami patologi sosial. Pandangan paling ekstrim melihat patologi sosial bersifat menyebar dan menjangkiti sehingga pada akhirnya akan merusak masyarakat secara keseluruhan.

Bentuk pengrusakan pada patologi sosial terbagi atas dua:

a. Self-directed destructiveness, yaitu tindakan yang merusak atau membahayakan

(nyawa, kesehatan, atau jati diri) diri sendiri seperti bunuh diri dan ketergantungan alkohol.
b. Other-directed destructiveness, yaitu tindakan yang merusak atau membahayakan

(nyawa, kesehatan, atau jati diri) orang lain seperti membunuh orang lain.

Solusi Jika berdasarkan ideologi perbaikan, maka tindakan kriminal dianggap sebagai gejala penyakit dan pelaku kriminal seharusnya diperlakukan layaknya seorang pasien yang sakit dan tidak memiliki tanggung jawab. Semakin tua seorang pelaku kriminal, maka akan semakin kronis penyakitnya, sehingga semakin kecil kemungkinannya utnuk sembuh dibandingkan dengan pelaku kriminal yang lebih muda. Kriminalitas yang dilakukan anak remaja dianggap sementara dan dapat diubah. Berdasarkan pengamatan Charles Cooley, ketika seseorang memasuki dunia kriminal, kita harus secepatnya menangkapnya ketika usianya masih muda dan mengajarkannya disiplin sosial rasional. Jika memang sesuai dengan keyakinan bahwa pelaku kriminal terbentuk dari keturunan biologis dan kondisi hidup yang buruk, maka pencegahan harus dilakukan sejak dini. Anak-anak yang terbilang nakal atau bermasalah (delinquent children) yang mungkin akan menjadi pelaku kriminal di kemudian hari harus dicegah sebelum mereka terjun dalam dunia kriminal sehingga mereka sempat diselamatkan dan dibimbing ulang. Selain dalam bentuk pencegahan dan rehabilitasi, lingkungan yang kondusif juga penting untuk mencegah terbentuknya bakal-bakal pelaku kriminal di kemudian hari juga membantu proses penyembuhan pelaku kriminal yang direhabilitasi. Lingkungan yang sederhana, hangat, ramah, bersahabat, saling bekerja sama, dan tidak individualis akan membangun sosialitas individu sehingga setiap orang menghargai diri sendiri dan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai