Anda di halaman 1dari 5

Museum gajah useum Nasional Republik Indonesia merupakan situs peninggalan bersejarah Belanda yang masih ada dan

berdiri kokoh hingga sekarang di Kota Jakarta (Batavia). Awal mula berdirinya gedung ini adalah ketika Pemerintah Belanda membentuk sebuah lembaga perkumpulan intelektual dan ilmuwan Belanda yang ada di Batavia dengan nama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada tanggal 24 April 1778 M. Lembaga ini bertujuan mempromosikan penelitian di bidang seni dan ilmu pengetahuankhususnya dalam bidang sejarah, arkeologi, etnografidan mempublikasikan penemuan-penemuan di bidang bersangkutan. Untuk menunjang kegiatan lembaga, Pemerintah Belanda membangun sebuah perpustakaan untuk menampung koleksi buku-buku dan bendabenda budaya yang disumbangkan oleh para pendiri dan anggotanya.

Karena semakin meningkatnya jumlah koleksi, sebuah gedung baru pun dibangun. Gedung baru ini diberi nama Literary Society. Literary Society digunakan oleh Pemerintah Belanda sebagai tempat menampung dan merawat koleksi-koleksi buku dan benda-benda temuan arkeologis, serta digunakan sebagai perpustakaan. Namun lambat laun, tepatnya pada tahun 1862 M, Pemerintah Hindia Belanda akhirnya mendirikan gedung baru lagi yang tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan maupun kantor saja, melainkan juga sebagai museum untuk merawat dan memamerkan koleksi-koleksi yang ada. Gedung baru inilah yang merupakan cikal bakal Museum Nasional Republik Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 29 Februari 1950, gedung peninggalan bersejarah Belanda tersebut kemudian beralih fungsi menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (Indonesia Culture Council). Lembaga ini tak bertahan lama. Sejak tanggal 17 September 1962, Pemerintah Indonesia mengambil alih pengelolaan lembaga dan menjadikannya sebagai Museum Pusat. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0092/0/1979, pada tanggal 28 Mei 1979, museum ini beralih nama secara resmi dari Museum Pusat menjadi Museum Nasional Republik Indonesia. Walaupun secara resmi bernama Museum Nasional Republik Indonesia, namun

museum ini oleh masyarakat umum lebih dikenal dengan nama Museum Gajah. Hal ini karena di museum ini terdapat patung gajah yang terbuat dari perunggu di halaman depannya. Patung gajah ini, konon, merupakan pemberian Raja Siam (Thailand) pada bulan Maret 1871 M. Selain itu, museum ini juga sering disebut sebagai Museum Arca, karena di dalamnya terdapat berbagai jenis dan bentuk arca/patung dari periode yang berbeda-beda dalam sejarah Nusantara. Museum Nasional Republik Indonesia mempunyai gedung yang representatif dan nyaman. Museum ini terdiri dari dua unit gedung, yaitu Gedung Museum Nasional (Unit A) dan Gedung Arca (Unit B) yang dibangun sejak tahun 1996. Untuk gedung lama (Unit A), penataan pameran didasarkan pada jenis-jenis koleksi, baik berdasarkan keilmuan, bahan, maupun kedaerahan, seperti Ruang Prasejarah, Ruang Perunggu, dan lain-lain. Sedangkan penataan di Gedung Arca (Unit B), tidak lagi didasarkan pada jenis koleksi, melainkan mengarah pada tema berdasarkan aspek kebudayaan yang dibagi menjadi empat lantai. Lantai pertama bertemakan manusia dan lingkungan, lantai kedua bertema Iptek, lantai ketiga bertema organisasi sosial dan pola pemukiman, sedangkan lantai empat bertema khazanah emas dan keramik. Keseluruhan penataan ini dirangkum dalam tema Keanekaan Budaya dalam Kesatuan.

Keistimewaan
Museum Nasional Republik Indonesia mempunyai koleksi benda bersejarah yang sangat banyak, yakni sekitar 109.342 buah pada tahun 2001. Pada tahun 2006 jumlah koleksinya sudah melebihi 140.000 buah. Namun, baru sepertiganya saja yang dapat dipamerkan kepada khalayak. Hingga saat ini, tahun 2008, jumlah koleksi museum telah mencapai 141.899 buah. Karena jumlah koleksi yang begitu besar, museum ini tercatat sebagai museum terbesar di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. Wisatawan yang mengunjungi museum ini dapat menyaksikan koleksi benda-benda peninggalan sejarah dari seluruh Nusantara, di antaranya arca, prasasti, patung, artefak, senjata tradisional, alat kesenian tradisional, dan banyak lagi lainnya yang diklasifikasikan dalam tujuh kelompok, yakni koleksi prasejarah, arkeologi, keramik, numismatik (berhubungan dengan mata uang) dan heraldik (berhubungan dengan lambang kerajaan), sejarah, etnografi, dan geografi. Koleksi-koleksi tersebut dapat disaksikan dalam sembilan ruangan yang berbeda, yakni: Ruang Etnografi, Ruang Perunggu, Ruang Pra-Sejarah, Ruang Keramik, Ruang Tekstil, Ruang Numismatik & Heraldik, Ruang Relik Sejarah, Ruang Patung Batu, dan Ruang Khazanah. Dalam ruangan-ruangan tersebut pengunjung dapat memilih dan melihat koleksikoleksi museum sesuai dengan ketertarikan dan minatnya. Misalnya, bagi pengunjung yang ingin melihat koleksi benda-benda bersejarah yang terbuat dari

emas dan batuan-batuan berharga peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Nusantara, dapat masuk ke Ruang Khazanah Emas. Ruang Khazanah Emas dibagi menjadi dua ruangan, yaitu Ruang Arkeologi dan Ruang Etnografi. Di ruangan ini wisatawan dapat melihat lebih dari 200 buah benda-benda bersejarah yang terbuat dari emas dan perak. Khusus di Ruang Etnografi terdapat benda-benda yang terbuat dari emas 1424 karat dan banyak dihiasi oleh batu permata. Benda-benda di ruangan ini, menurut sejarahnya, banyak yang ditemukan secara tidak sengaja, bukan ditemukan lewat penggalian arkeologis. Sedangkan bagi pengujung yang mempunyai minat lain dapat menuju ruang-ruang yang sudah dibagi sesuai klasifikasi-klasifikasi ruang tersebut. Secara umum, Museum ini mempunyai banyak koleksi benda-benda budaya dan benda-benda zaman prasejarah dari seluruh Nusantara, serta benda-benda peninggalan peradaban bangsa lain, seperti Asia Tenggara dan Eropa. Sumber koleksi di museum ini banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor, dan pembelian.

Lokasi
Museum Nasional Republik Indonesia terletak di sebelah barat Lapangan Merdeka, tepatnya berada di Jalan Merdeka Barat No.12, Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta, Indonesia. D. Akses Museum ini terletak di jantung Kota Jakarta. Akses mengunjungi museum ini tidak terlalu sulit. Dari kawasan Blok M, pengunjung dapat menggunakan bus Transjakarta menuju Kota, kemudian turun di Halte Monumen Nasional (Monas). Setelah itu, karena museum ini terletak di seberang halte, pengunjung dapat berjalan menuju lokasi.
LATAR BELAKANG PENDIRIAN MUSEUM BANK INDONESIA Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral merupakan lembaga yang sangat vital dalam kehidupan perekonomian nasional karena kebijakankebijakan yang ditempuh oleh BI akan memiliki dampak yang langsung dirasakan oleh masyarakat. BI, yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1953, telah lebih dari setengah abad melayani kepentingan bangsa. Namun, masih banyak masyarakat yang tidak mengenal BI, apalagi memahami kebijakan-kebijakan yang pernah diambilnya, sehingga seringkali terjadi salah persepsi masyarakat terhadap BI. Masyarakat sering memberikan penilaian negatif terhadap BI karena tidak cukup tersedianya data atau informasi yang lengkap dan akurat yang dapat diakses dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat.

Usia setengah abad lebih ini akan semakin panjang lagi apabila diperhitungkan juga peran dari pendahulunya, yaitu De Javasche Bank (DJB) yang didirikan pada tahun 1828 atau 177 tahun yang lalu. Sementara itu, gedung BI Kota yang dulu dibangun dan digunakan oleh DJB, kemudian dilanjutkan pemakaiannya oleh BI dan saat ini praktis kosong tidak digunakan lagi, merupakan gedung yang mempunyai nilai sejarah tinggi yang terancam kerusakan apabila tidak dimanfaatkan dan dilestarikan. Pemerintah telah menetapkan bangunan tersebut sebagai bangunan cagar budaya. Di samping itu, BI juga memiliki benda-benda dan dokumen-dokumen bersejarah yang perlu dirawat dan diolah untuk dapat memberikan informasi yang sangat berguna bagi masyarakat. Dilandasi oleh keinginan untuk dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai peran BI dalam perjalanan sejarah bangsa, termasuk memberikan pemahaman tentang latar belakang serta dampak dari kebijakankebijakan BI yang diambil dari waktu ke waktu secara objektif, Dewan Gubernur BI telah memutuskan untuk membangun Museum Bank Indonesia dengan memanfaatkan gedung BI Kota yang perlu dilestarikan. Pelestarian gedung BI Kota tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang telah mencanangkan daerah Kota sebagai daerah pengembangan kota lama Jakarta. Bahkan, BI diharapkan menjadi pelopor dari pemugaran/revitalisasi gedung-gedung bersejarah di daerah Kota. Hal inilah yang antara lain menjadi pertimbangan munculnya gagasan akan pentingnya keberadaan Museum Bank Indonesia, yang diharapkan menjadi suatu lembaga tempat mengumpulkan, menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan aneka benda yang berkaitan dengan perjalanan panjang BI. Saat ini memang telah ada beberapa museum yang keberadaannya mempunyai kaitan dengan sejarah BI, namun museum-museum tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Selain itu, gagasan untuk mewujudkan Museum Bank Indonesia juga diilhami oleh adanya beberapa museum bank sentral di negara lain, sebagai sebuah lembaga yang menyertai keberadaan bank sentral itu sendiri. :: Tujuan Pendirian Museum Bank Indonesia Guna menunjang pengembangan kawasan kota lama sebagai tujuan wisata di DKI Jakarta, maka sangat tepat apabila gedung BI Kota yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh pemerintah, dimanfaatkan menjadi Museum Bank Indonesia. Keberadaan museum ini nantinya diharapkan dapat seiring dan sejalan dalam mendorong perkembangan sektor pariwisata bersama museum-museum lain yang saat ini sudah ada di sekitarnya, seperti Museum Fatahillah, Museum Wayang, Museum Keramik, dan Museum Bahari di daerah Pasar Ikan. BI mengharapkan bahwa keberadaan Museum Bank Indonesia akan berarti terwujudnya suatu museum bank sentral di Indonesia, yang mempunyai misi untuk mencari, mengumpulkan, menyimpan, dan merawat benda-benda maupun dokumen bersejarah yang saat ini dimiliki, sehingga menjadi suatu sosok yang mempunyai nilai dan arti penting bagi masyarakat. Hal ini hanya akan dapat terwujud apabila kita dapat menyajikan semuanya dalam bentuk yang mampu memberikan informasi yang lengkap dan runtut, sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Museum yang direncanakan ini juga diharapkan dapat menjadi wahana pendidikan dan penelitian bagi masyarakat Indonesia maupun internasional tentang fungsi dan tugas BI, di samping merupakan wahana rekreasi. Dengan pencapaian tujuan-tujuan tadi, diharapkan fungsi humas dalam rangka membangun citra (image building) BI sebagai bank sentral akan dapat berjalan dengan lebih baik. Sesuai dengan fungsi BI, sosok museum yang direncanakan diharapkan dapat menunjukkan karateristik BI secara menyeluruh, dilihat dari aspek-aspek kelembagaan, moneter, perbankan, dan sistem pembayaran yang disusun secara historikal perspektif. Sepenuhnya disadari bahwa rencana pembangunan museum ini bukanlah suatu gagasan yang sederhana, melainkan suatu gagasan yang bersasaran ganda. Dengan segala keterbatasan dan kendala yang ada, antara lain berkaitan dengan tingkat apresiasi masyarakat Indonesia terhadap museum yang relatif belum setinggi di negara-negara maju, proses perwujudan Museum Bank Indonesia jelas membutuhkan keuletan dan ketelitian. Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan BI mengenai permuseuman, maka kerjasama dengan para ahli dari berbagai bidang diperlukan untuk bersama-sama mewujudkan gagasan ini secara menyeluruh dari tahapan konsep sampai dengan pelaksanaan fisik nantinya.

Sementara persiapan pembangunan museum secara fisik terus dilakukan, Museum Bank Indonesia disajikan dalam bentuk cyber museum. Dalam Cyber Museum Bank Indonesia ini diceritakan mengenai perjalanan panjang BI dalam bidang kelembagaan, moneter, perbankan, dan sistem pembayaran yang dapat diikuti dari waktu ke waktu, sejak periode DJB hingga periode BI semasa berlakunya Undang-Undang No.11 tahun 1953, Undang-Undang No.13 tahun 1968, Undang-Undang No.23 tahun 1999, dan Undang-Undang No.3 tahun 2004

Anda mungkin juga menyukai