Anda di halaman 1dari 12

Nama: Gawang Pamungkas Kelas: Kimia B 2009 NIM: 093234204

9. Apa yang dimaksud regulasi enzim? Jelaskan dengan disertai gambar Regulasi enzim adalah sistem pengaturan/pengendalian kerja enzim dalam suatu metabolisme. Pengaturan melalui aktivitas enzim dilakukan melalui kontrol pengendalian katalisis secara langsung. Regulasi ini dapat dibagi ke dalam tabel 9.4:

Tetapi, dalam tulisan ini akan dijelaskan beberapa diantaranya saja, yaitu: (a). Substrat kontrol; (b). Alosterik kontrol atau Feedback inhibition (c). Kontrol integrasi melalui muatan energi dan (d). Modifikasi enzim Substrat kontrol, pengendalian langsung mekanisme katalitik dapat terjadi dengan mengubah konsentrasi substrat. Misalnya, bila konsentrasi substrat bertambah maka laju reaksi meningkat sampai tercapai suatu nilai pembatas. Dan bila produk menumpuk, laju reaksi menurun. Alosterik kontrol atau feedback inhibition, pada sistim ini hasil akhir (end product) akan menghambat pembentukan enzim pertama yang mengawali jalur ini

bilamana hasil akhir melebihi yang diperlukan sel. Gambar 1 adalah bagan contoh pengaturan metabolisme melalui penghambatan oleh produk akhir terhadap suatu enzim alosterik atau feedback inhibition. Dalam Gambar 1 dapat dijelaskan, huruf J, K, L dan seterusnya menunjukkan senyawa kimia antara (intermediet) pada lintas ini dan E1 E5 menunjukan enzim yang bekerja pada setiap tahap. Enzim pertama pada lintas ini (E1) adalah enzim alosterik. Enzim ini dihambat oleh produk akhir urutan reaksi. Penghambatan alosterik ditunjukkan seperti pada gambar sebelumnya oleh tanda titiktitik yang berasal dari metabolit penghambat menuju reaksi yang dikatalis oleh enzim alosterik (E1). Tahap regulasi yang dikatalisis oleh enzim E1 biasanya bersifat tidak dapat balik di dalam sel.

Gambar 1. Pengaturan lintas katabolik penghambatan kembali oleh produk akhir terhadap enzim alosterik (sumber: I Nyoman Suarsana)

Feedback control atau kontrol umpan balik dibedakan atas : 1. Simple feedback 2. Concerted feedback 3. Multiple enzim feedback 4. Commulative feedback Simple feedback: contohnya pada biosintesis asam amino isoleusin (oleh E. coli). Sintesis Isoleusin dihambat oleh aktivitas enzim threonine deaminase (Gambar 2).

Gambar 2. Simple feedback inhibition (sumber: I Nyoman Suarsana) Concerted feedback. Pada kasus ini enzim pengatur pada suatu cabang pathway memiliki tempat ganda (multiple site) untuk efektor alosterik yang berbeda yang akan menghambat aktivitas enzim tersebut. Penghambatan akan terjadi sempurna apabila kedua efektor terdapat pada pathway tersebut.

Gambar 3. Concerted feedback inhibition (sumber: I Nyoman Suarsana) Multiple enzim control, Bentuk kontrol dari sistim ini sedikit berbeda dari yang lain. Enzim yang ada pada cabang patway tidak hanya satu tetapi lebih dari satu bentuk. Masingmasing akan dihambat oleh produk akhir yang berbeda. sintesis lysine, methyonine dan isoleucine oleh E. coli. Contohnya pada

Gambar 3. Multiple enzym control (sumber: I Nyoman Suarsana) Comulative feedback, Kontrol ini unik dan melibatkan tidak hanya satu senyawa sebagai produk akhir dari suatu pathway. Enzim alosterik memiliki berbagai tempat untuk mengikat senyawa dari produk akhir pathway. Masingmasing efektor mengambil

bagian hanya partial inhibition. Apabila jumlah efektor terakumulasi secara jenuh, maka akan tejadi penghambatan secara sempurna. Contohnya terjadi pada enzim glutamine sintetase yang mengkonversi glutamate menjadi glutamine.

Gambar 4. Comulative feedback inhibition (sumber: I Nyoman Suarsana)

Kontrol integrasi melalui muatan energi atau pengendalian yang berkaitan dengan energi. Skema yang memperlihatkan mekanisme pengaturan aktivitas muatan energi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Mekanisme pengaturan aktivitas muatan energy (sumber: I Nyoman Suarsana) Modifikasi enzim, modifikasi enzim merupakan salah satu dasar biokimia yang

menyebabkan resistensi ekstrakromosomal. Modifikasi enzim yang merupakan sasaran dalam sel sehingga mikroba tidak sensitif terhadap inhibitor dan tetap melaksanakan fungsi metabolisme secara normal. Dalam hal ini terjadi kompetisi antara inhibitor dengan Sebagi contoh adalah sulfonamida bekerja pada PABA (asam substrat normal dan afinitas inhibitor harus lebih besar daripada substrat untuk menimbulkan efek terhadap pertumbuhan sel. yang merupakan inhibitor pada enzim paraaminobenzoat). (Gambar 6) yang

Gambar 6. Mekanisme Modifikasi enzim (sumber: I Nyoman Suarsana) Kontrol kerja enzim lainnya dapat berbentuk pengaturan pada proses terjadinya enzim yang aktif yang berasal dari enzim yang belum aktif (proenzim atau zymogen). Contoh, beberapa jenis enzim diproduksi oleh kelenjar tertentu dalam tubuh masih berupa proenzim atau zymogen yang belum aktif. Aktivasi zymogen menjadi enzim aktif bisa dilakukan oleh enzim lainnya yang sudah aktif. Sebagai contoh, enzim tripsin, pertama kali diproduksi oleh pancreas masih berupa tripsinogen. Tripsinogen dibawa ke usus halus dan diaktivasi oleh enzim enteropeptidase yang dihasilkan oleh usus halus membentuk enzim tripsin yang aktif. Selanjutnya enzim tripsin dapat mengaktivasi balik tripsinogen atau zymogen lainnya misalnya chymotrypsinogen dan proelastase menjadi

chymotripsin dan elastase. (Gambar 7)

Gambar 7. Proses perubahan zymogen oleh kerja enzim membentuk enzim aktif

10. Apa yang dimaksud regulasi metal dalam sistem biologi. Jelaskan disertai mekanisme

dan gambar. Regulasi metal adalah sistem pengaturan/pengendalian dari beberapa logam (khususnya logam berat) dalam siklus transformasinya (perubahan bentuknya) di alam atau di tubuh makhluk hidup. Sebagai contoh adalah gambar 8, di mana sumber logam berat yang berada dalam bentuk ion tunggal, pasangan ion, ion kompleks terkamdung dalam perairan. Pada kondisi lingkungan (dipengaruhi oleh pH, kadar garam, oksidasi, dan suhu), sebagian ion logam tersebut akan mengalami degradasi secara alami, sedangkan sisanya belum terdegradasi atau dengan kata lain akan terakumulasi di lingkungan perairan. Di lingkungan perairan tersebut, terdapat banyak biota perairan yang akan berinteraksi dengan ion logam sehingga akan terakumulasi dalam tubuh biota perairan tersebut. Mekanisme yang pertama adalah penetrasi pasangan ion logam kepada biota laut melalui insang, kulit/ kutikula, dan lapisan mukosa. Insang adalah organ berhubungan dengan pernapasan utama dari ikan. insang Epithelium dari ikan adalah lokasi pertukaran gas yang utama, keseimbangan asam basa, regulasi ion. Fungsi organ pernafasan ini adalah hal yang penting bagi kehidupan ikan, dan untuk seluruh keberadaan ikan itu. Oleh karena itu, jika ikan diekspos ke lingkungan yang tercemar, akan membahayakan fungsi utama dari organ pernafasan ikan tersebut. Insang sebagai alat pernafasan ikan, juga digunakan

sebagai alat pengukur tekanan antara air dan dalam tubuh ikan (osmoregulasi). Oleh sebab itu, insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam. Kedua, ion logam akan masuk melalui membrane sel, di mana akan terjadi pengikatan ion logam oleh membran yaitu dengan ligan protein. Selanjutnya, akan masuk ke system enzim. Logam kelas B sangat reaktif terhadap ligan sulfur dan nitrogen, sehingga ikatan logam kelas B tersebut sangat penting bagi fungsi normal metaloenzim dan juga metabolisme terhadap sel. Bilamana metaloenzim disubsitusi oleh logam yang bukan semestinya, maka akan menyebabkan protein mengalami deformasi dan mengakibatkan menurunnya kemampuan katalitik enzim tersebut (detoksikasi). Disamping gangguan sistem biokimiawi tersebut perubahan struktur morfologi insang juga terjadi.
1. Logam kelas B : sangat beracun : Hg, Pb, Sn, Cu

Paling efektif untuk berikatan dg gugus sulfihidril (-SH) Dapat menggantikan posisi ion logam antara Bersama dengan logam antara dapat larut dg lemak : Mampu menetrasi penetrasi pada membran sel , sehingga ion logam dapat menumpuk (terakumulasi, Contoh : Hg, Pb, Sn)

Dalam metallo protein menunjukkan reaksi redoks : Cu2+ Cu+

2. Logam kelas antara : daya racun sedang : Ni, Zn 3. Logam kelas A : Daya racun rendah : Mg

Dalam sistem enzim akan terjadi reaksi-reaksi berikut:

E + S ES E (Enz. Aktif) + SH dg adanya ion logam :

E + S-Logam E-Logam-S E-Logam + S E (Enz. Nonktif) + S-logam

Olehkarena itu, akan menghilangkan sisi aktif dari enzim tersebut, sehingga akan menyebabkan gangguan metabolism, kerusakan/mutasi sel, dan kematian.

Gambar 8. Diagram : Dinamika Logam Berat dari Lingkungan Perairan

Salah satu contoh regulasi metal adalah merkuri, berikut diagram alir merkuri dalam biosfir:
Fung isida B uangan Industri

S ungai dan Laut P toplankton hy B iodegradasi Zoop lankton Ikan B urung

A ir M inum

M anusi a U sus P engeluaran A B ir uangan

O dan S tak yaraf

H ati

G injal

Gambar 9. Diagram alir merkuri dalam biosfir (Dix, 1980) Pada gambar 9, menjelaskan merkuri yang terakumulasi di perairan (sungai) dihasilkan dari fungisida, buangan, dan air buangan. Selanjutnya, merkuri dalam bentuk ion (Hg2+ atau Hg22+) akan terakumulasi di perairan dan akan termakan oleh phytoplankton zooplanktonikanburung. Tahap selanjutnya, ion merkuri akan bermigrasi ke manusia, ketika manusia memakan ikan dan burung, serta mengkonsumsi air minum hasil pengolahan air sungai. Olehkarena itu, akan mengganggu metabolisme dalam tubuh manusia sehingga mengeakibatkan gangguan penyakit, antara lain: otak, syaraf, hati, ginjal, usus, dll.

Gambar 10. Siklus Merkuri di lingkungan (Sumber : WWW. Srs.Gov/general/Pubs/fultex.) Pada Hewan Air Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktifitas mikro-organisme menjadi komponen metil-merkuri (Me-Hg) yang memiliki sifat racun (toksik) dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi baik melalui proses bioakumulasi maupun biomagnifikasi yaitu melalui rantai makanan (food chain) dalam jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia yang makan hasil tangkap hewan-hewan air tersebut. Terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses ekresi, yaitu karena metil-merkuri memiliki paruh waktu sampai beberapa ratus hari di tubuh hewan air, sehingga zat ini menjadi terakumulasi dan konsentrasinya beribu kali lipat lebih besar dibanding air disekitarnya.

Pada stuktur batan alam. Logam merkuri ditemukan dalam kisaran 0,1 sampai 20 ppm. Pada penelitian tersebut ternyata 20% dari contoh mengandung lebih dari 1 ppm merkuri. Pada Manusia Methyl mercury terakumulasi pada rantai makanan, sebagai contoh adalah merkuri bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi ikan yang hidup pada perairan yang tercemar merkuri. Senyawa phenyl mercury (C6H5Hg+ dan C6H5-Hg-C6H5) bersifat racun moderat dengan waktu tinggal yang pendek pada tubuh tetapi senyawa ini berubah bentuk secara cepat pada lingkungan menjadi bentuk merkuri anorganik. Dari survei efek bahaya, merkuri ini adalah bersifat racun bagi semua bentuk kehidupan, dan bersifat lambat untuk dikeluarkan dari tubuh manusia. Methyl mercury beracun 50 kali lebih kuat daripada merkuri anorganik. Bentuk racun dari air raksa pada proses masuk pada tubuh manusia adalah methyl mercury (CH3Hg+ dan CH3-Hg-CH3) dan garam organik, partikel mercuric khlor (HgCl2). Methyl mercury dapat dibentuk oleh bakteri pada endapan dan air yang bersifat asam. Ion merkuri anorganik adalah bersifat racun akut. Elemen merkuri mempunyai waktu tinggal yang relatif pendek pada tubuh manusia tetapi persenyawaan methyl mercury tinggal pada tubuh manusia 10 kali lebih lama merkuri berbentuk metal (logam) dan menyebabkan tidak berfungsinya otak, gelisah/gugup, ginjal, dan kerusakan liver pada kelahiran (cacat lahir).

Anda mungkin juga menyukai