1 Pembahasan Dalam praktikum ini, pengujian benih dilakukan dengan tanpa perlakuan dan dengan perlakuan yaitu perendaman giberelin selama 20 menit untuk mengetahui viabilitas pada benihbenih padi lokal Banten yang diamati, yaitu varietas situ bagendit, inpari 13, cigeulis, cere merah dan ketan nangka. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan mekanis, Giberelin serta interaksi mekanis dan Giberelin menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kecepatan berkecambah, persentase benih berkecambah, dan pertumbuhan plumula namun tidak berlaku untuk radikel (calon akar). Terhadap batang dan daun, giberelin bekerja seperti auksin, yaitu dapat merangsang pembelahan dan pemanjangan sel tetapi tidak pada akar. Selain mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel, diantaranya giberelin dapat mempengaruhi perkembangan embrio dan kecambah, dan menghambat dormansi dalam biji dan kuncup tunas. Jika dilihat secara keseluruhan terhadap masing-masing benih, viabilitas pada benih varietas inpari 13 lebih unggul dibandingkan dengan yang lain baik itu kecepatan berkecambah, daya kecambah dan pertumbuhan tunas dan akar. Namun untuk uji hitung kecambah standar, benih varietas situ bangenditlah yang menunjukkan presentase tertinggi. Untuk benih varietas cigeulis, tidak terlihat tanda-tanda pertumbuhan, baik tanpa perlakuan maupun dengan perlakuan. Hal tersebut dapat terjadi akibat beberapa factor baik internal maupun eksternal. Faktanya semua varieatas benih dapat perlakuan yang sama, namun varietas cigeulis yang menunjukkan angka terendah. Hal tersebut dapat diakibatkan karena sifat genetic benih tersebut atau karena benih telah mengalami kemunduran sehingga dapat menurunkan daya tumbuh dan benih tidak mampu berkecambah dengan baik meski dalam kondisi lingkungan yang optimal.
DORMANSI
1.1 Pembahasan Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Cara-cara mematahkan dormansi diantaranya dengan perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perlakuan perendaman dengan air, perlakuan pemberian temperature tertentu, dan perlakuan dengan cahaya. Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan cara mematahkan dormansi dengan perlakuan skarifikasi, perendaman dengan air, perendaman KNO3 25%, perendaman NaCl, dan perendaman herbisida. Masing-masing perlakuan menggunakan dua media yaitu pada media kapas dan kertas merang. Table-tabel diatas merupakan hasil kecambah yang tumbuh pada masing-masing perlakuan. Pada pengamatan yang dilakukan, hanya pada perlakuan skarifikasi dan perendaman dengan air saja yang dapat mematahkan dormansi. Akan tetapi, pada kedua perlakuan tersebut juga hanya benih kacang hijau yang dapat berkecambah. Sedangkan biji cokelat dan asam tidak dapat berkecambah atau tetap mengalami dormansi walaupun sudah dilakukan cara pematahan dormansi. Antara biji kacang hijau, biji cokelat, dan biji asam yang paling cepat berkecambah adalah biji kacang hijau dikarenakan biji asam dan coklat mempunyai kulit biji yang keras. Karena hal tersebut pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dari bahan kutikula. Selain hal diatas, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan oleh kulit bijinya yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan dari embrio. Jika kulit biji dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Dari pengamatan yang dilakukan, dari sampel kacang hijau yang berjumlah 50 benih hanya 10 benih saja yang berkecambah pada media kapas, sedangkan pada media kertas merang berjumlah 7. Masing-masing dari perlakuan skarifikasi dan perendaman dengan air pada media kapas 5, sedangkan pada media kertas merang dengan cara skarifikasi jumlah benih yang
berkecambah adalah 4, pada cara perendaman dengan air jumlah benih yang berkecambah 2, dan perendaman KNO3 berjumlah 1. Pada perlakuan perendaman KNO3 pada 14hst jumlah kecambah yang tadinya berjumlah 1 pada kertas merang menjadi busuk dan berjamur. Perbedaan jumlah kecambah antara media kapas dan kertas merang dapat menegaskan bahwa dalam proses perkecambahan dibutuhkan ketersediaan air yang cukup. Kapas yang mempunyai permukaan yang ebih mudah menyerap air sehingga kelembaban dari media tersebut dapat terjaga. Sedangkan kertas merang yang mmepunyai permukaan lebih tipis, tidak dapat menjaga kelembaban air dalam waktu yang cukup lama. Pada eksplan biji cokelat dan asam tidak ada yang berkecambah disebabkan ketebalan dari kulit biji dan ketersediaan air juga berpengaruh terhadap perkecambahan tersebut. Biji asam dan cokelat menjadi kering dan cenderung berjamur.