Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Peralatan yang sering digunakan untuk memanfaatkan energi yang terbuang di
industri, salah satunya adalah Heat exchanger. Sebagian besar penukar kalor yang digunakan
dalam bidang industri adalah jenis shell and tube, dimana salah sau fluida yang mempunyai
kalor lebih tinggi mengalir melalui saluran yang berbeda denga fluida yang memiliki kalor
lebih rendah. Penukar kalor jenis ini memiliki bagian yang dinamakan floating head, yang
memungkinkan tube bergerak relatif terhadap shell dengan tujuan untuk mengantisipasi
perbedaan pemuaian antara shell dan tube.
Heat exchanger adalah alat perpindahan panas yang digunakan sebagai media
perpindahan panas yang terjadi karena perbedaan temperature dari dua fluida yang mengalir
dan tidak saling bercampur.
Ada tiga cara dalam proses perpindahan panas yaitu dengan konduksi, konveksi dan
radiasi. Konduksi adalah proses perpindahan panas tanpa disertai perpindahan partikel
bahan. Konveksi adalah proses perpindahan panas akibat adanya gerakan partikel-partikel
fluida yang melewati suatu permukaan. Sedangkan radiasi adalah perpindahan panas karena
adanya gelombang elektromagnetik.
Double pipe exchanger ini pada dasarnya terdiri dari dua pipa konsentris, dua buah
tee, sebuah return head, dan sebuah return bend. Di mana satu rangkaian ini disebut sebagai
satu hairpin. Salah satu aliran fluida mengalir melalui pipa dalam , sedangkan aliran fluida
lain akan lewat annulus yang berada di antara pipa dalam dan pipa luar. Arah kedua aliran
fluida ini dapat dibagi menjadi dua yaitu : co-current (searah) dan counter current
(berlawanan arah).
T
1
t
1
t
2
T
2
Gambar II.1 Pola Aliran dalam Co-Current Flow
II-1
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA




Gambar II.2 Pola Aliran dalam Conter-Current Flow
Perpindahan panas terjadi karena perbedaan temperatur dan aliran panas dari daerah
yang tinggi ke daerah yang rendah.
Pada proses industri perpindahan panas diantara dua fluida secara umum dikerjakan
oleh alat perpindahan panas (heat exchangers). Pemindahan panas terjadi dari fluida panas ke
dinding tabung oleh konveksi, melalui dinding tabung atau plate dengan konduksi lalu
dengan konveksi ke fluida dingin (Geankoplis, 1997).
1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan energi yang bergerak antar molekul yang berdekatan.
Contohnya adalah perpindahan panas melalui dinding exchangers atau alat pendingin,
pengolahan besi ,dll. Proses perpindahan panas yang mengikuti aliran ini dapat
dituliskan persamaannya sebagai berikut :
dx
dT
k
A
q
atau
ce resis
ce drivingfor
k
x
T
q
x
x


tan
.(1)
dimana : qx = rate perpindahan panas dalam arah x (watt)
A = luas penampang searah aliran panas (m
2
)
k = thermal conductivity bahan (W/m.K)
x = jarak perpindahan panas (m)
T = suhu (
o
K)
2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/ pencampuran
dari bagian panas ke bagian yang dingin. Contohnya adalah kehilangan panas dari
radiator mobil, pendinginan dari secangkir kopi dll. Perpindahan panas secara konveksi
dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu:
a. Natural atau free convection, dimana pergerakan medium disebabkan oleh
adanya perbedaan densitas atau temperatur dari medium tersebut.
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-2
T
2
T
1
t
2
t
1
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
b. Forced convection, dimana pergerakan medium disebabkan oleh adanya
bantuan tenaga dari luar misalnya pengadukan.
Perpindahan panas secara konveksi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
) ( f w T T hA q
(2)
dimana : h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m
2
.K)
T
w
= suhu dinding yang berkontak dengan fluida (
o
K)
T = suhu fluida / rata-rata (
o
K)
A = luas area / dinding (m
2
)
3. Radiasi.
Radiasi adalah perpindahan energi melalui suatu ruangan karena adanya gelombang
elektromagnetik. Contohnya adalah pemindahan panas ke bumi, pemanasan fluida pada
koil dari tabung furnace, dll. Adapun langkah-langkah perpindahan panas secara radiasi
adalah sebagai berikut :
a. Energi panas dari source (misal T
1
) diubah menjadi gelombang radiasi
elektromagnetik.
b. Gelombang elektromagnetik bergerak melalui ruangan dalam garis lurus dan
mengenai benda dingin atau receiver (misal T
2
).
c. Gelombang elektromagnetik diserap oleh benda kedua dan diubah kembali menjadi
energi panas.
Perpindahan panas secara radiasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

4
AT Q ..(3)
dimana : = konstanta Boltzman = 5,676 x 10
-8
W/m
2.
.
o
K
4
= emissivity (=1 untuk benda hitam)
A = luas permukaan benda
(Geankoplis, 1997).
Peralatan Perpindahan Panas
Peralatan perpindahan panas sangat dibutuhkan dalam berbagai proses industri.
Exchanger memanfaatkan panas antara dua aliran proses. Heater digunakan terutama untuk
memanaskan fluida proses dan steam buasanya dipergunakan sebagai pemanas karena panas
laten pengembunannya, meski dalam pengilangan minyak dipergunakan minyak panas yang
disirkulasikan. Cooler untuk mendinginkan fluida proses dimana air digunakan sebagai
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-3
Cold fluid in
(t
1
)





Hot fluid in
(T
1
)




Cold fluid out (t
2
)


Hot fluid out (T
2
)


FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
medium pendingin utama. Condenser adalah cooler yang tujuan utamanya untuk
memanfaatkan panas laten menggantikan panas sensible. Reboiler adalah penyuplai panas
yang diperlukan pada proses distilasi sebagai panas laten. Evaporator berfungsi untuk
memekatkan larutan dengan menguapkan airnya. Dan jika yang diuapkan bukan air, maka
disebut vaporizer.
Dalam menangani alat-alat perpindahan panas tersebut diatas, ada dua hal yang perlu
diperhatikan dan ditetapkan batasannya, yaitu:
1. Hal yang berkaitan dengan kemampuan alat untuk mengalihkan panas dari fluida
dingin lewat diding pipa/tube.
2. Hal yang berkaitan dengan penurunan tekanan yang terjadi pada masing-masing
fluida ketika mengalir melalui alat tersebut.
Suatu alat perpindahan panas dinilai mampu berfungsi dengan baik untuk penggunaan
tertentu, apabila memenuhi dua ketentuan berikut:
a. Mampu memindahkan panas sesuai dengan kebutuhan proses/operasi dalam keadaan
kotor (fouled).
b. Penurunan tekanan yang terjadi pada masing-masing aliran berada dalam batas-batas
yang diizinkan/ditentukan, yaitu:
Untuk aliran uap dan gas : p tidak melebihi 0.5 2 psi
Untuk aliran liquida : p tidak melebihi 5 10 psi
Heat exchanger memiliki dua buah aliran yaitu :
a. Arah aliran searah (co current)


Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-4
T
1
T
2
t
1
t
2
Length of Exchanger
T
e
m
p
e
r
a
t
u
r
Cold fluid in
(t
1
)





Hot fluid in
(T
1
)




Cold fluid out (t
2
)


Hot fluid out (T
2
)


FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Gambar II.3 Arah Aliran Searah
b. Arah aliran berlawanan (counter current).





Gambar II.4 Arah Aliran Berlawanan
Sedangkan tipe dari exchanger yang umum digunakan adalah :
Shell and Tube Heat Exchanger
Merupakan jenis exchanger yang paling banyak digunakan pada industri, karena luas
permukaan perpindahan panasnya cukup besar, yakni lebih dari 100 130 ft
2
dengan jenis
aliran kontinyu. Alat ini terdiri dari sebuah shell yang didalamnya berisi banyak tabung-
tabung kecil yang sumbunya sejajar dengan sumbu shell. Turbulensi pada bagian tube dapat
ditingkatkan dengan mengatur banyak lewatan (n), sedangkan turbulensi pada bagian shell
diatur dengan pemasangan sejumlah baffle tegak.
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-5
T
1
T
2
t
1
t
2
Length of Exchanger
T
e
m
p
e
r
a
t
u
r
Cold fluid in
(t
1
)
Hot fluid in (T
1
)
Cold fluid out
(t
2
)
Hot fluid out
(T
2
)
Cold fluid in
(t
1
)





Hot fluid in
(T
1
)




Cold fluid out (t
2
)


Hot fluid out (T
2
)


FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dari sejumlah variasi tipe shell and tube, tiga contoh penting adalah
1. Fixed Tube Exchanger
Tipe ini lebih murah karena konstruksinya sederhana tetapi kebersihan secara
mekanis dari tube bagian luar tidak dapat dilakukan dan karenanya dipergunakan untuk
fluida lewat shell yang bersih.
2. U- Tube Exchanger
Tipe ini juga sederhana dan memungkinkan terjadinya perbedaan dalam pemuaian
antara tube dan shell. U- Tube Exchanger ini tidak mahal, tetapi karena adanya bengkokan
tube fluida yang memudahkan terbentuknya endapan maka fluida yang kotor tidak boleh
mengalir di dalam tabung dan tabungnya jarang bias diganti.
3. Floating Head Exchanger
Kebanyakan shell and tube exchanger yang fleksibel dirancang dimana satu ujung
dari ikatan tabung adalah tutup terapung yang dapat bergerak bebas didalam shell, ini
dikerjakan dengan menggunakan sliding seal diantara ikatan tabung dan shell (tipe packed
tube shell) atau mengikatkan tutup pemisah bagian dalam terhadap tutup terapung
(digunalkan claimp ring atau tutup baut). Packed unit digunakan untuk pelayanan dimana
bahan yang korosi, beracun pada suhu dan tekanan tinggi mengalir dibagian tabung dan
fluida yang tidak berbahaya (seperti air) mengalir dibagian sheel. Tutup yang diklem/dibaut
digunakan untuk pelayanan fluida yang korosi/beracun mengalir pada bagian shell dan
bagian tabung. Keunggulannya dapat dibersihkan dan diperbaiki di bagian dalam dan luar
dengan kerusakan kecil. Tipe floating head banyak digunakan dalam industri proses dan
industri minyak (petroleum).
Heat Exchanger jenis ini memiliki dua jenis yaitu single pass exchanger dan paralel
counter flow heat exchanger.
Gambar II.5 Cross Flow Heat Exchanger
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-6
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4. Double Pipe Heat Exchanger
Merupakan jenis exchanger yang sederhana. Double pipe exchanger pada dasarnya
terdiri dari dua buah pipa konsentrik, dimana satu fluida mengalir lewat pipa dalam
sedangkan fluida yang satu lagi mengalir lewat annulus antara pipa dalam dan pipa luar.
Fluida dapat mengalir secara searah (cocurrent) atau berlawanan (countercurrent). Panjang
efektif exchanger tipe ini biasanya 12, 15, dan 20 ft. Exchanger tipe ini mudah dibuat dari
bahan-bahan standart dan harganya relative murah (Geankoplis, 1997).
Heat Exchanger Tubes
Heat exchanger tube mengarah sebagai condenser tube. Outside diameter heat
exchanger tube secara actual outside diameter dalam inchi dengan toleransi yang sangat
teliti. Heat exchanger tube tersedia dalam berbagai logam yang meliputi baja, tembaga,
alumunium, 70 30 copper nikel. Ukuran tube umumnya menggunakan outside diameter
dan I inchi OD.
Heat exchanger Shell
Shell dirancang dari steel pipa dengan nominal IPS diameter 12 inc (table 11 kern).
Diatas 12 dan meliputi 24 inc. diameter outside actual dan nominal pipa diameter adalah
sama. Standar ketebalan dinding untuk shell dengan inside diameter dari 12 hingga 24 inc.
secara sederhana tipe exchanger shell dan tube adalah fixed atau stationary shell and tube
exchanger (Kern, D.Q, 1965).
Beberapa pertimbangan fluida ditempatkan di shell atau di tube :
1. Potensi fouling, jika salah satu fluida memiliki potensi fouling/scaling (misalnya karena
punya komponen pengotor) maka sebaiknya ditempatkan di tube. Karena tube lebih
mudah dibersihkan/dirawat dengan mudah.
2. Kebutuhan jenis material, jika suatu fluida memerlukan peralatan dengan jenis material
khusus (misalnya harus alloy yang mahal) maka sebaiknya fluida itu di dalam tube.
Karena material tube itu tersedia dalam berbagai variasi, sedangkan material shell
biasanya cuma carbon steel.
3. Jenis fasa, jika dalam heat exchanger tersebut ada perubahan fasa maka sebaiknya fluida
yang berubah fasa tersebut berada di shell (misalnya evaporator chiller dan surface
condenser). Karena kalau di tube ada resiko hammering. Walaupun ada juga fluida yang
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-7
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
berubah fasa berada di tube dengan arrangement khusus tentunya (misalnya HP boiler,
dan air cooled condenser) karena pertimbangan perawatan, material, dsb.
Jadi pada intinya desain alat itu secara umum harus melalui pertimbangan maintainability,
operability, reliability, constructability, safety, dan economy.
Best practice penempatan fluida di shell atau di tube :
Fluida yang mengalir pada shell :
Condensing vapours
Allowable pressure drop yang lebih rendah
Jumlah aliran yang lebih besar dengan sifat fisis yang sama dengan fluida di tube
Fluida viscous yang clean
Vaporizing
Fluida yang mengalir pada tube :
Cooling water
Fluida tekanan tinggi
Fluida korosif/alloy construction
Khusus untuk cooling water, pertimbangkan penggunaannya jika temperatur proses
tinggi, karena temperatur proses yang tinggi dalam water-cooled exchanger dapat
menyebabkan :
Overheating cooling water pada tube wall (akan menyebabkan mineral scaling)
Perbedaan temperatur yang tinggi antara shell dan tube (mechanical problem)
Best practice-nya, jangan gunakan cooling water jika fluida panas > 200
o
C untuk
mencegah terjadinya fouling yang disebabkan oleh hardness salts dalam air. Selain itu,
temperatur air keluar dibatasi maksimum 50
o
C.
Individual Heat Transfer Koefisien .
Adalah koefisien perpindahan panas untuk menyatakan besarnya perpindahan panas
antara fluida yang mengalir dalam suatu permukaan dengan permukaan tersebut. Untuk
mencari besarnya individual heat transfer biasanya dipergunakan analisa dimensional dari
bilangan-bilangan tak berdimensi, antara lain :
1. Reynold Number (N
Re
)
N
Re
=

GxD
....................................(4)
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-8
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. Nusselt Number ( N
Nu
)
N
Nu
=
k
hD
..................................... (5)
3. Prandtl Number (N
Pr
)
N
Pr=
k
c
............................................(6)
Pada aliran turbulen, menurut penemuan empirik sieder dan Tate, yaitu Nusselt
number merupakan suatu fungsi dari Reynold number dan Prandtl number, sedangkan aliran
laminer dipergunakan faktor koreksi yang sama. Persamaan Sieder dan Tate untuk Nre <
2100 yaitu
14 , 0
3
1
86 , 1

,
_

1
]
1

,
_

,
_

,
_

w
i
L
D
k
c DG
k
D h

........................................... (7)
Sedangkan untuk Nre > 2100 maka persamaan Sieder dan Tate menjadi
14 , 0
3
1
8 , 0
027 , 0

,
_

,
_

,
_

w
i
k
c DG
k
D h

........................................... (8)
Karena untuk perhitungan OHTC harus dipergunakan satu harga luas perpindahan
panas yang biasanya adalah permukaan luar pipa,maka individual heat transfer coeficient
aliran dalam pipa harus diubah dengan menggunakan persamaan:
h
io
=h
i
o
i
D
D
........................................... (9)
Harga OHTC bersih dapat dihitung secara teoritis dari data-data variabel proses yang
diketahui dan dari neraca panas sepanjang heat exchanger.
Apabila dianggap fluida panas dialirkan melalui pipa dan fluida dingin melalui
annulus maka akan terjadi proses perpindahan panas melewati dinding pipa. Jika proses
dianggap steady state dan adiabatis, maka berlaku persamaan berikut :
Q
H
= Q
C
(mc
p
)
h
(T
H1
T
H0
) = (mc
p
)
c
(T
C0
T
C1
) ........................................... (11)
Pada aliran panas yang tidak steady, Q dapat diambil dari harga rata-rata panas yang
dilepaskan air panas dan panas yang diterima air dingin.
Sehingga overall heat coefficiemt pada keadaan bersih (U
c
) yaitu :
o io c
h h U
1 1 1
+
........................................... (12)
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-9
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
shell dan tube atau bundle cross flow area a
s
a
s
=
144 x P
CB x ID
T
........................................... (13)
di mana massa velocity : G
S
=
s
a
W
........................................... (14)
Logarithmic Mean Temperature Difference ( LMTD )
Pada umumnya kedua fluida yang mengalir bervariasi tidak linear dengan temperatur
Pada setiap titik T-t antara kedua aliran berbeda sehingga LMTD diperlukan untuk
mempelajari T-t vs Q. Sehingga persamaan perpindahan panas menjadi
Q=U
d
xAxLMTD ........................................... (15)
Di mana, untuk co current :
) t (T
) t (T
ln
) t (T ) t (T
LMTD
2 2
1 1
2 2 1 1

. (16)
untuk counter current :
) t (T
) t (T
ln
) t (T ) t (T
LMTD
1 2
2 1
1 2 2 1

(17)
Harga efisiensi
Menurut Dodge, efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara panas
yang diberikan dengan panas yang seharusnya dapat diberikan secara maksimum, atau dapat
didefinisikan sebagai berikut :
ideal panas n perpindaha jumlah
aktual panas n perpindaha jumlah

Berdasarkan gambar II.1.1 dan II.1.2 , diperoleh effisiensi untuk heat exchanger :
a. Aliran Counter flow :
( )
( )
2 1
2 1
t t
T T

........................................... (18)
b. Aliran Counter Current :
Qh > Qc
) (
) (
1 2
2 1
t t
T T
t Cp m
T Cp m
Qc
Qh
c c c
h h h

........................................... (19)
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-10
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
) (
) (
. .
. .
1 1
2 1
;
;
t T
T T
T C m
T C m
c c p c
h h p h


........................................... (20)
Qc > Qh
) (
) (
2 1
1 2
T T
t t
t Cp m
T Cp m
Qh
Qc
h h h
c c c

........................................... (21)
) (
) (
. .
. .
1 1
1 2
;
;
t T
t t
T C m
T C m
h h p h
c c p c


........................................... (22)
c. Aliran Co-Current
Qh > Qc
) (
) (
1 2
2 1
t t
T T
t Cp m
T Cp m
Qc
Qh
c c c
h h h

........................................... (23)
) (
) (
. .
. .
1 2
2 1
;
;
t T
T T
T C m
T C m
c c p c
h h p h


........................................... (24)
Qc > Qh
) (
) (
2 1
1 2
T T
t t
t Cp m
T Cp m
Qh
Qc
h h h
c c c

........................................... (25)
) (
) (
. .
. .
2 1
1 2
;
;
t T
t t
T C m
T C m
h h p h
c c p c


........................................... (26)
(Anonim, 2012)
Neraca panas :
Q
h
= Q
c
........................................... (27)
W
h
C
ph
(T
1
T
2
) = W
c
C
pc
(t
2
t
1
) ........................................... (28)
Di mana :
Q
h
= panas yang dilepas oleh fluida panas, kJ/s
Q
c
= panas yang dilepas oleh fluida dingin, kJ/s
W
h
= laju alir fluida panas, kg/s
W
c
= laju alir fluida dingin, kg/s
C
ph
= kapasitas panas untuk fluida panas, kJ/kgK
C
pc
= kapasitas panas fluida dingin, kJ/kgK
Sedangkan besarnya panas di dalam double pipe exchanger dapat ditulis sebagai berikut :
Q = A U
D
T
LMTD
........................................... (29)
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-11
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Di mana :
A = luas perpindahan panas, m
2
U
D
= overall heat transfer coefficient, kJ/sm
2
K
T
LMTD
= logarithmic mean temperature difference, K
T
LMTD
untuk counter current :
) t (T
) t (T
ln
) t (T ) t (T
LMTD
1 2
2 1
1 2 2 1

........................................... (30)
T
LMTD
untuk co current :
) t (T
) t (T
ln
) t (T ) t (T
LMTD
2 2
1 1
2 2 1 1

........................................... (31)
Penurunan dari perbedaan temperatur antara kedua fluida pada aliran berlawanan
berlaku asumsi-asumsi dibawah ini :
1. koefisien perpindahan panas total, U, adalah konstan pada
keseluruhan proses.
2. Laju alir massa adalah konstan karena aliran dianggap steady
state.
3. Panas spesifik dalah konstan pada keseluruhan proses
4. Tidak ada perubahan fase dalam sistem yaitu penguapan dan
kondensasi. Penurunan itu dapat dipakai pada perubahan panas sensibel dan pada
saat penguapan atau kondensasi adalah isothermal pada keseluruhan proses.
5. Kehilangan panas diabaikan.
Persamaan untuk mencari koefisien perpindahan panas individual untuk air
diturunkan oleh Eagle dan Fergusson. Persamaan untuk air melalui pipa adalah sebagi
berikut :
hi = 4200 (1,35 + 0,02T) U
t
0,8

n
/ di
0,2
........................................... (32)
ho = 4200 (1,35 + 0,02t) U
t
0,8

n
/ de
0,2
........................................... (33)
Dimana :
hi = koefisien perpindahan panas untuk air pada bagian pipa, kJ/m
2
K
ho = koefisien perpindahan panas untuk air pada bagian annulus, kJ/m
2
K
t = suhu air dingin, K
T = suhu air panas, K
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-12
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
U
t
= kecepatan air, m/s
di = diameter dalam pipa, m
de = diameter equivalen annulus, m

n
= bilangan koreksi
Untuk aliran laminar
Re
log
) 3 / 1 01 , 0 1 ( 25 , 2
N
N
Gr
n
+

........................................... (34)
Untuk aliran transisi
n = 1
Dengan persamaan Nusselt
( )
hL
kl
l l v gh L
lkl T
fg

1
]
1
1
113
3
1
4
,


........................................... (35)
Dimana :

l
= densitas liquida; kg/m
3

v
= densitas vapor
g = 9,8066; m/s
2
L = tinggi permukaan pipa vertikal; m

l
= viskositas liquida (Pa.s)
k
l
= konduktivitas panas liquida; J/m K
T = Tsat Tw; K
hfg = panas laten kondensasi (J/kg) pada Tsat
Fouling Factors.
Koefisien overall dari perpindahan panas diperlukan untuk memperoleh kondisi
proses dapat diperoleh dari persamaan Fourier bila luas permukaan A diketahui dan Q dan t
dihitung dari proses. Lalu U = Q/A t. Abaikan resistennsi dinding pipa :
o io
o io
h h
R R
U
1 1 1
+ +
........................................... (36)
o io
o io
h h
h h
U
+

........................................... (37)
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-13
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Timbulnya kerak atau kotoran yang menempel pada pipa sehingga perpindahan
panas tidak lagi efektif adalah sebagai masalah dalam pengoperasian dalam double pipe heat
exchanger. Makin tebal kerak tersebut maka tahanan terhadap proses perpindahan panas
makin besar sehingga koefisien perpindahan panas menjadi kecil. Untuk menyatakan hal
tersebut maka secara matematis dapat ditulis :
ho hio
ho hio
Uc
ho hio Uc
+

+
.
1 1 1
........................................... (38)
Gambar II.6 Lokasi Fouling Factor dan Koefisien Perpindahan Panas
d
R
Uc Ud
+
1 1
........................................... (39)
R
d
= R
di
+ R
do
........................................... (40)
Di mana :
U
c
= overall heat transfer coefficient dalam keadaan bersih, kJ/sm
2
K
U
d
= overall heat transfer coefficient dalam keadaan kotor, kJ/sm
2
K
R
d
= factor kekotoran gabungan, sm
2
K/kJ
Faktor Koreksi
Dalam aliran laminer pada kecepatan rendah di dalam suatu pipa, konveksi alamiah
dapat berlangsung sedemikian rupa sehingga persamaan di atas perlu dimodifikasi. Karena
Eagle dan Fergusson menurunkan persamaan di atas untuk alliran turbulen, maka untuk
aliran laminer perlu diberi suatu faktor koreksi, antara lain :
Re
N log
3
1
GR
N 0.01 1 x 2.25


,
_

( )

av
t
av
T x x
2
x
3
D
GR
N

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-14
Pipa luar
hi
Pipa dalam
hio
ho
R
di
R
do
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Efek dari deposit dan fouling biasanya diperhatikan dalam design dengan
menambahkan resistance dari fouling pada inside dan outside tube ke dalam persamaan :
( )
do o
i
o o
i
Alm i
i i o
di i
i
h A
A
h A
A
A k
A r r
h h
U
+ +

+ +

1 1
1
. (41)
Di mana :
h
di
= fouling factor untuk inside tube (W/m
2
.K)
h
do
= fouling factor untuk outside tube (W/m
2
.K)
( )
o Alm A
o i o
i i
o
h A k
A r r
h A
A
Uo
1
1
+

(42)
Untuk aliran laminar fluida di dalam tube atau pipa horizontal, persamaan Sieder
dan Tate (S1) bisa digunakan untuk N
Re
< 2100 :
( )
14 . 0
3
1
Pr Re 86 . 1

,
_

,
_

,
_


w
b a
a Nu
L
D
N N
k
D h
N

. (43)
Di mana :
D = diameter pipa (m)
L = panjang pipa sebelum terjadi mixing dalam pipa (m),

b
= viscosity fluida pada bulk average temperatur (pa.s)

w
= viscosity pada wall temperatur
c
p
= heat capacity (W/m2)
k = thermal conductivity (W/m.K)
h
a
= average heat transfer coefficient (W/m2.K)
N
Nu
= dimensionless Nusselt Number
Hal-hal yang mempengaruhi letak fluida dalam heat exchanger antara lain :
1. Debit
Fluida yang mempunyai debit lebih besar masuk ke pipa yang luas penampangnya
lebih besar. Agar P yang terjadi tidak berlebihan
2. Viskositas
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-15
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Jika nilai N
Re
suatu fluida tinggi maka viskositas fluida tersebut juga besar. Untuk
fluida yang viskositasnya besar masuk ke pipa yang luas penampangnya lebih besar agar P
yang terjadi kecil.
3. Jika fluida mempunyai sifat korosif, maka fluida tersebut sebaiknya masuk ke pipa
yang dalam. Dikarenakan untuk faktor ekonomis.
4. Jika fluida mempunyai tekanan yang besar, maka fluida tersebut sebaiknya masuk ke
pipa yang dalam. Dikarenakan untuk faktor ekonomis.
II.2 Aplikasi Industri
Tinjauan Komprehensif Perancangan Awal
Pabrik Furfural Berbasis Ampas Tebu di Indonesia
Dalam industri pengolahan tebu menjadi gula, ampas tebu yang dihasilkan jumlahnya
dapat mencapai 90% dari setiap tebu yang diolah, sedangkan kandungan gula yang
termanfaatkan hanya sebesar 5%. Selama ini, pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan baku
particle board, pulp, bahan baker, pupuk, dan pakan ternak bersifat terbatas dan bernilai
ekonomi rendah. Dibutuhkan teknologi baru untuk mendiversifikasikan pemanfaatan ampas
tebu tersebut menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, salah satu alternatifnya adalah diolah
menjadi Furfural [1,2]. Ampas tebu dapat diolah menjadi furfural karena memiliki
kandungan pentosan yang merupakan komponen utama dalam proses sintesis furfural. Bahan
baku lain yang dapat digunakan dalam produksi furfural selain ampas tebu antara lain:
tongkol jagung, sekam padi, kayu, rami dan sumber lainnya yang mengandung pentosan [3].
Furfural banyak digunakan sebagai pelarut dalam industri pengolahan minyak bumi dan
pembuatan pelumas pada pembuatan nilon. Selain itu furfural juga berfungsi sebagai
senyawa intermediate untuk pembuatan furfuril alkohol, tetrahidrofuran, industry farmasi,
herbisida, dan aplikasi pada pewangi [4,5,6,7]. Tingginya permintaan furfural dan belum
adanya produsen furfural di dalam negeri, menyebabkan Indonesia selama ini mengimpor
furfural dari luar negeri, seperti dari Cina yang merupakan produsen furfural terbesar di
dunia [7]. Karena alasan-alasan tersebut, maka perlu dilakukan pengkajian kelayakan
teknis/ekonomis mengenai pendirian pabrik yang akan memproduksi furfural dengan bahan
baku berupa ampas tebu. Dengan demikian dapat diketahui peluang pembangunan pabrik
furfural di Indonesia.
Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk perancangan awal pabrik ini adalah :
1. Melakukan analisa pasar furfural di Indonesia untuk menentukan kapasitas pabrik
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-16
FTI-ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. Membuat deskripsi serta diagram alir proses lengkap berdasarkan mode proses yang
digunakan.
3. Menghitung neraca massa dan energy menggunakan piranti lunak CHEMCAD 5.2
4. Melakukan analisa teknis terhadap rancangan yang dibuat berdasarkan parameter
proses, desain peralatan proses utama dan pendukung, serta kebutuhan utilitas.
5. Membuat rancangan detail reaktor, kolom ekstraksi, kolom distilasi, kolom flash, dan
unit penukar panas (heat exchanger).
6. Menentukan lokasi pabrik.
7. Membuat tata letak pabrik, manajemen proyek, dan struktur organisasi.
8. Menghitung kelayakan ekonomi dari pabrik.
Kinerja proses pabrik furfural ini ditunjukkan melalui efisiensi energy sebesar 93,7%
dan efisiensi karbon sebesar 83,7%. Dari hasil perhitungan ekonomi, untuk mendirikan
pabrik furfural ini, total investasi kurang lebih sebesar US$ 4,7 juta dengan biaya manufaktur
sebesar US$ 1,1 juta. Nilai Net Present Value (NPV) kurang lebih sebesar US$ 3,3 juta,
tingkat pengembalian internal/ internal rate of return (IRR) sebesar 12,3%, dengan waktu
pengembalian kurang lebih selama 3 tahun 9 bulan. Perubahan yang paling sensitif terhadap
kelayakan pabrik ini adalah kapasitas terpasang pabrik, dimana kapasitasnya tidak boleh
kurang dari 463 ton/tahun.
Dari data diatas dapat disimpulkan:
1. Proses pembuatan furfural dengan bahan baku ampas tebu dilakukan dengan kombinasi
system batch-kontinyu, dengan reaksi utama adalah hidrolisis yang diikuti dengan reaksi
dehidrasi menggunakan katalis asam sulfat.
2. Untuk memenuhi kebutuhan pasar pada tahun pertama produksi (2006), maka kapasitas
terpasang pabrik adalah :
- Produk Utama, Furfural : 510 kg/tahun.
- Produk Samping, Glukosa : 600 kg/tahun.
2. Reaktor yang digunakan adalah reaktor batch berpengaduk yang dioperasikan pada
tekanan 3 atm dan suhu 128oC selama 180 menit. Reaktor ini berdimensi 10 x 6 m, yang
terdiri dari 4 buah lembaran baja 2,5 m dengan tebal 5/8 in. Reaktor ini menggunakan
torispherical head dengan tebal 1 in. dan didukung oleh skirt setebal in.
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
Program Studi D3 Tekinik Kimia
II-17

Anda mungkin juga menyukai