Anda di halaman 1dari 4

Kromolin

a) Jenis Kromolin atau natrium kromolin atau garam dinatrium dimasukkan sebagai obat antihistamin atau sebagai stabilisator sel mast karena menghambat degranulasi pelepasan histamin, TNF- dan mediator inflamasi lainnya, sehingga kromolin digolongkan sebagai obat anti-inflamasi non-steroid dan merupakan obat pengendali (profilaksis) (Deglin, et al., 2004; Zi-qing, et al., 2008).

b) Farmakodinamik Kromolin bekerja menghambat degranulasi sel mast (Schmitz, et al., 2008). Kromolin tidak merelaksasi bronkus atau otot polos lain. Kromolin juga tidak menghambat respons otot tersebut terhadap berbagai obat yang bersifat spasmogenik. Terapi kromolin menghambat pelepasan histamin dan autakoid lain termasuk leukotrin dari paru-paru manusia selama proses alergi yang diperantarai IgE. Hambatan pelepasan leukotrin penting bagi penderita asma bronchial karena leukotrin merupakan penyebab bronkokonstriksi. Kromolin bekerja pada mast cell paru-paru, yaitu sasaran primer dalam reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Kromolin tidak menghambat ikatan IgE dengan mast cell atau interaksi antara kompleks sel IgE dengan antigen spesifik, tetapi menekan respons sekresi akibat reaksi tersebut (FKUI, 2007).

c) Farmakokinetik Absorbsi : kromolin bersifat buruk setelah pemberian secara apapun, kerjanya bersifat lokal. Sejumlah kecil dapat mencapai sirkulasi sistemik setelah inhalasi, lebih sedikit lagi dari rute yang lain (Deglin, et al., 2004). Distribusi : karena hanya sejumlah kecil yang diabsorbsi, maka distribusinya tidak diketahui. Tidak menembus membran biologik dengan baik (Deglin, et al., 2004). Metabolisme dan ekskresi : sejumlah kecil yang diabsorbsi diekskresi dalam empedu dan urin tanpa mengalami perubahan (Deglin, et al., 2004). Waktu Paruh : 80 menit (Deglin, et al., 2004).

d) Sediaan Kapsul inhaler (kapsul berisi bubuk halus) 20 mg diberikan melalui turbo inhaler. Dapat pula berbentuk larutan kromolin 4% yang mengandung 5,2 mg dengan menggunakan nebulizer. Tersedia pula larutan kromolin 4% untuk tetes mata (FKUI, 2007).

e) Dosis Dosis untuk orang dewasa adalah 200 mg. Sedangkan untuk anak-anak (2-12 tahun) adalah 100 mg (Deglin, et al., 2004). Kromolin bentuk kapsul inhaler diberikan 4 kali sehari, sedang bentuk larutan dengan nebulizer 3-6 kali sehari untuk sekali semprot tiap lubang hidung, dan bentuk tetes mata diberikan 4-6 kali 1-2 tetes/hari (FKUI, 2007).

f) Efek Samping SSP : semua rute : sakit kepala, iritabilitas, sulit tidur. Nasal : iritasi hidung, bersin, kongesti hidung. Oftal : rasa terbakar pada okuler, rasa tersengat dan rasa tidak enak. Respirasi : iritasi tenggorok dan trakhea, batuk, bronkospasme, wheezing. Dermal : ruam, eritema. Lain-lain : mialgia, reaksi alergik, mual, disuria, mulut kering termasuk anafilaksis atau memburuknya kondisi yang sedang diobati (Deglin, et al., 2004; FKUI, 2007; FK Unsri, 2008).

g) Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi : Penggunaan utama kromolin untuk terapi profilaktik asma bronkial. Kromolin tidak bermanfaat untuk terapi asma bronkial akut atau pada status asmatikus. Kromolin diindikasikan pula untuk rhinitis alergika, konjungtivis, alergi makanan, colitis ulcerosa, proctitis ulcero-

haemorrhagica dan penyakit atopik mata (FKUI, 2007; Schmitz, et al., 2008). Selain itu juga efektif untuk asma kronik ringan atau sedang (Storms dan Kaliner, 2005).

Kontraindikasi : Kontraindikasi dari kromolin yaitu pada pasien dengan hipersensitivitas dan serangan asma akut. Perlunya pengawasan dan hati-hati apabila digunakan oleh wanita dalam status kehamilan dan laktasi (keamanan penggunaan belum ditetapkan). Untuk anak-anak < 2 tahun lebih baik penggunaan oral untuk mengatasi mastositosis yang parah. Tidak dapat mengurangi bahkan memperburuk bronkospasme akut (secara inhalasi) (Deglin, et al., 2004). Serta dikontraindikasikan pada pasien dengan infiltrat eosinofil pneumonik (Schmitz, et al., 2008).

h) Contoh Penulisan Resep

Daftar Pustaka : Deglin, Judith Hopfer, April Hazard Vallerand. 2004. Pedoman Obat untuk Perawat. Edisi 4. Jakarta : EGC. Schmitz, Gery, Hans Lepper, Michael Heidrich. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Edisi 3. Jakarta : EGC. FKUI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : FKUI. FK Unsri. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta : EGC. Storms, William, Michael A. Kaliner. 2005. Cromolyn Sodium : Fitting an Old Friend into Current Asthma Treatment. Journal of Asthma, vol. 42 : 7989. Zi-qing, Hei, Gan Xiao-liang, et al. 2008. Influence of Ketotifen, Cromolyn Sodium, and Compound 48/80 on the survival rates after intestinal ischemia reperfusion injury in rats. BMC Gastroenterology, vol 8 : 1186471.

Anda mungkin juga menyukai