Anda di halaman 1dari 3

TEOLOGI ISLAM

Setelah rasulullah wafat terjadi banyak perpecahan dan persoalan-persoalan, salah satu diantara persoalan-persoalan tersebut ialah persoalan yang terjadi dalam lapangan politik pada pada masa kepemimpinan setelah Rasulullah yang akhirnya membawa pada persoalan-persoalan teologi. Timbullah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir dalam arti siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Dari persolan-persoalan diatas aliran-aliran teologi penting yang timbul dalam Islam ialah aliran Khawarij, Murjiah, Mutazilah, Asyariah dan Maturidiah. Aliran-aliran ini sudaah tidak berwujud lagi kecuali dalam sejarah, namun ada juga yang masih bertahan sampai saat ini ialah aliran-aliran Asyariah dan Maturidiah, dan keduanya disebut Ahl Sunnah wa al-Jamaah. Ada juga golongan Qadariah dan Jabariah yang tidak begitu diikuti banyak kaum muslim. golongan Maturidiah banyak dianut oleh umat Islam yang bermadzhab Hanafi, sedang Aliran Asyariah pada umumnya dipakai oleh umat Islam sunni lainnya. Dengan masuknya kembali paham rasionalisme ke dunia Islam, yang dahulu masuknya itu melalui kebudayaan Yunani klasik akan tetapi sekarang masuknya itu melalui kebudayaan Barat modern, maka ajaran-ajaran Mutazilah mulai timbul kembali, terutama sekali dikalangan kaum intelegensia Islam yang mendapat pendidikan Barat. Kata neoMutazilah mulai dipakai dalam tulisan-tulisan mengenai Islam. Berikut adalah pemikiran-pemikiran setiap golongan:1. Khawarij: Semua permasalahan harus diselesaikan dengan merujuk pada hukum Allah berdasarkan al-Quran, iman tidak cukup hanya dengan pengakuan melainkan harus disertai amal shaleh dan diyakini dalam hati serta diaplikasikan dengan perbuatan, menurut mereka kafir ialah setiap orang mumin yang melakukaan dosa besar. 2. Mutazilah: orang yang berdosa besar bukanlah orang mumin dan bukan pula orang kafir, tetapi mengambil posisi diantara keduanya, mutazilah mempercayai AlAdl yang berarti Allah wajib bersikap adil kepada hambaNya dan Al-waad wa al-waid adalah janji dan ancaman Allah, golongan ini juga berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat tetapi Tuhan dapat mengetahui, berkuasa melihat dan mendengar, dsb, wahyu bagi kaum ini mempunyai fungsi member penjelasan tentang perincian hukuman dan upah yang akan diterima manusia diakhirat. 3. Murjiah: mereka berpendapat bahwa iman itu cukup diyakini dalam hati saja tanpa perlu diaplikasikan dalam bentuk amal perbuatan, tentang dosa besar mereka tidak mau untuk saling mengkafirkan. 4. Maturidiah: golongan ini sependapat dengan asyariah

bahwa orang yang berdosa besar masih tetap mumindan akal tidak dapat sampai kepada kewajiban mengetahui adanya Tuhan dan iman haruslah merupakan tasdiq , tentang al-waad wa al-waid mereka sefaham dengan mutazilah, mereka juga berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu. 5. Qadariah dan Jabariah: manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya sedangkan jabariah: manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya, golongan ini menganut pahan free will dan free act. 6. Asyariah: orang yang berdosa besar tetap mumin, keadilan Tuhan menurut golongan ini Tuhan berkuasa mutlak dan tidak suatu pun yang wajib bagiNya, bagi golongan ini perbuatan manusia bukanlah diwujudkan oleh manusia tetapi diciptakan oleh tuhan dan mereka menegaskan bahwa Tuhan menghendaki segala apa yang mungkin dikehendaki , mereka berkeyakinan bahwa akal manusia tidak bisa sampai kepada kewajiban mengetahui Tuhan dan kewajiban dapat diketahui hanya melalui wahyu. Semua Aliran teologi dalam Islam, baik Asyariah, Maturidiah, apalagi Mutazilah samasama mempergunakan akal dalam menyelesaikan persoalan-persolan teologi yang timbul dikalangan umat Islam. Perbedaan yang terdapat diantara Aliran-aliran itu ialah perbedaan dalam tingkatan kekuatan yang diberikan kepada akal. Kalau Mutazilah berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang kuat, Asyariah sebaliknya berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang lemah. Semua Aliran juga berpegangan kepada wahyu Allah. Dalam hal ini perbedaan yang terdapat antara Aliran-aliran itu hanyalah perbedaan dalam interpretasi mengenai teks ayat-ayat al-Quran dan Hadis. Perbedaan dalam interpretasi inilah sebenarnya yang menimbulkan aliranaliran yang berlainan itu. Hal ini tidak ubahnya sebagai hal yang terdapat dalam hukum Islam atau Fiqih. Di situ juga terdapat perbedaan interprestasi yang melahirkan madzhab-madzhab seperti yang sudah dikenal yaitu madzhab Hanafi, madzhab Maliki, madzhab Syafii, madzhab Hanbali. Teologi berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang sangat kuat member interpretasi yang liberal tentang teks ayat-ayat al-Quran dan Hadis. Dengan demikian timbullah teologi liberal seperti yang terdapat dalam Aliran Mutazilah. Teologi yang berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang lemah memberikan interpretasi harfi atau dekat dengan arti harfi dari teks

al-Quran dan Hadis. Sikap demikian menimbulkan teologi tradisional sebagaimana yang ada dalam aliran Asyariah. Teologi liberal menghasilkan paham dan pandangan liberal tentang ajaran-ajaran Islam. Penganut-penganut teologi ini hanya terikat dengan dogma-dogma yang jelas dan tegas disebutkan dalam ayat-ayat al-Quran dan Hadist yaitu teks ayat-ayat al-Quran dan Hadist yang tidak bisa diinterpretasikan lagi mempunyai arti selai arti leterlek yang terkandung didalamnya. Ayat-ayat seperti ini yang mempunyai arti qati, tidak banyak terdapat dalam al-Quran. Dengan demikian, ruang gerak dalam menyesuaikan hidup dengan peredaran zaman dan perubahan kondisi dalam masyarakat bagi para penganutnya adalah luas. Para penganutnya tidak banyak menghadapi kesulitan-kesulitan dalam menyelesuaikan hidup dengan perkembangan-

perkembangan yang timbul dalam masyarakat modern, terutama dalam lapangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain dalam masyarakat yang menganut teologi liberal, kemajuan dan pembangunan dapat berjalan lebih lancar. Dalam teologi tradisional, sebaliknya penganutnya kurang memiliki ruang gerak karena mereka tidak hanya terkait pada dogma-dogma saja, tetapi juga pada ayat-ayat yang mengandung arti zanni, yaitu ayat-ayat yang menagndung arti lain dari arti leterlek yang terkandung di dalamnya. Dan ayat-ayat ini mereka artikan secara leterlek. Dengan demikian para penganut teologi ini sukar dalam mengikuti perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat modern. Rasanya tidak terlalu jauh dari kebenaran, jika dikatakan bahwa teologi tradisional merupakan salah satu dari faktor-faktor yang memperlambat kemajuan dan pembangunan. Teologi liberal dengan keadaannya banyak berpegang pada logika lebih sesuai dengan jiwa dan pemikiran kaum terpelajar. Sebaliknya teologi tradisional, dengan teguhnya ia berpegang pada arti harfi dari teks ayat-ayat al-Quran dn Hadis ditambah dengan kurangnya ia menggunakan logika, kurang sesuai dengan jiwa dan pemikiran golongan terpelajar. Teologi liberal, selanjutnya dengan pembahasannya yang bersifat filosofis, sukar dapat ditangkap oleh golongan awam. Tetapi teologi tradisional, dengan uraiannya yang sederhana, mudah dapat diterima oleh umat awam. Dalam masyarakat Islam, pada umumnya golongan yang menganut teologi liberal. Pada hakikatnya semua aliran itu tidaklah keluar dari Islam tetapi tetap dalam Islam hanya saja perbedaan pemikiran yang membuat tidak sama(berbeda).

Anda mungkin juga menyukai