Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 Pendahuluan A.

Latar Belakang
Bermula dari tentara Jepang yang masih bercokol di wilayah Semarang meskipun Soekarno Hatta atas nama Bangsa Indonesia telah mengumumkan kemerdekaan Indonesia melalui Proklamasi. Pada hari yang sama berita proklamasi tersebut tersiar juga siang harinya di Mesjid Kauman sebelum khotbah sholat jumat dilaksanakan. Bulan-bulan berikutnya tentara Jepang makin gelisah menghadapi keadaan yang semakin genti setelah tertembaknya seorang pejabat kesehatan, Dokter Kariadi. Tentara Jepang memutuskan bertindak dengan pertimbangan lebih baik menyerang terlebih dahulu daripada diserang oleh para pemuda Semarang. Tanggal 14 Oktober 1945, pergerakan tentara Jepang dari Markas Kido Butai di Jatingaleh sekarang digunakan sebagai markas Yon Arhanud 15) sebagai awal Pertempuran Lima Hari di Semarang dimulai. Formasi siap tempur tentara Jepang adalah:

Pasukan tempur anak buah dari Mayor Yagi, sebanyak 472 orang Kompi meriam dipimpin oleh Kapten Fukuda, sebanyak 66 orang Kompi 9 dipimpin oleh Kapten Motohiro, sebanyak 155 orang Kompi 10 dipimpin oleh Kapten Nakasima, sebanyak 155 orang Pasukan cadangan, dipimpin oleh Kapten Yamada, sebanyak 101 orang

Pergerakan formasi tentara Jepang meyerang Kota Semarang sebagai berikut. Mayor Yagi akan bertugas disebelah kiri dengan sasaran Markas BKR, Polisi, Jalan Pemuda, sebelah kiri dan kanan jalan dan seterusnya memelihara keamanan di daerah itu. Kompi 9 dan kompi 10 akan bergerak ke kanan dengan sasaran utama penjara Mlaten, sekolah dagang dan terus menuju Demak.

Tentu saja pegerakan tentara Jepang ini mendapat perlawanan seluruh penduduk Semarang. Semrang diberbagai tempat terjadi perlawanan hebat. Para pejuang bersatu untuk tetap mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih sampai titik darah penghabisan. Menurut catatan sejarah, pertempuran mereda pada tanggal 19 Oktober 1945. Oleh bangsa Indonesia, peristiwa itu dikenang sebagai peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang.

B. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo agar nantinya mengetahui perjuangan para pejuang dalam pertempuran 5 hari di Semarang.

BAB 2 A.Strategi
Kurang lebih 2.000 pasukan Kidobutai dibantu oleh batalion lain yang bersenjatakan lengkap dihadapi oleh TKR dan para pemuda. Pertempuran seru dan paling banyak memakan korban terjadi di Simpang Lima (Tugu Muda)., pertempuran baru berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang. Diperkirakan 2.000 rakyat Indonesia tewas dan 100 orang Jepang tewas dalam pertempuran tersebut. Untuk menghormati perjuangan. Selain itu strategi yang digunakan adalah

B. Taktik atau Siasat


Berita Proklamasi dari Jakarta akhirnya sampai ke Semarang. Seperti kota-kota lain, di Semarang pun rakyat khususnya pemuda berusaha untuk melucuti senjata Tentara Jepang Kidobutai yang bermarkas di Jatingaleh. Pada tanggal 13 Oktober, suasana semakin mencekam, Tentara Jepang semakin terdesak. Tanggal 14 Oktober, Mayor Kido menolak penyerahan senjata sama sekali. Para pemuda pun marah dan rakyat mulai bergerak sendiri-sendiri. Aula Rumah Sakit Purusara dijadikan markas perjuangan. Para pemuda rumah sakit pun tidak tinggal diam dan ikut aktif dalam upaya menghadapi Jepang. Sementara itu taktik perjuangan pemuda menggunakan taktik gerilya. Pasukan BKR dan para pemudanya dari Pati bergabung dengan pasukan Mirza Sidharta dan mengadakan serangan balasan terhadap Jepang yang telah menguasai tempat-tempat penting dalam kota, sehingga berlangsung dengan sengitnya. Taktik gerilya-kota dapatdilaksanakan dengan menghindari pertempuran terbuka, dengan tiba-tiba menyerang dan segera menghilang. Sekalipun belum adakomando terpusat, namun datangnnya serangan terhadap Jepang selalu bergantian dan bergelombang. Keberanian mereka benar-benarpatut dibanggakan, sehingga menyulitkan Jepang menguasai kota. kepada Jepang. Tapi Mr Wongsonegoro menolak tuntutan itu, karena selain tak menjamin penyerahan senjata itu, pun tak diketahui

siapa-siapa yang memegang senjata itu. Akhirnya Jepang menerima pendirian Mr Wongsonegoro itu soal penyerahan senjata, dan demikian tercapailah persetujuan gencatan senjata denganpihak Jepang.Pada umumnya para pemuda kecewa atas gencetan senjata itu, karena banyak kawan-kawan yang telah gugur dan mereka menghendakimenuntut balas. Setelah Sekutu mendarat di Semarang pada tanggal 19 Oktober 1945, maka berakhir pulalah pertempuran dengan pihak Jepang yangselama 5 hari itu. Kesimpulan pertempuran lima hari di Semarang itu mempunyai nilai tersendiri, khususnya bagi rakyat Jawa Tengah. Peristiwa itu menunjukkan kebulatan tekad rakyat untuk mengambil alih kekuasaan dari Jepang. Tindakan kekerasan harus diambil, karena cara berunding dan diplomasi diabaikan oleh Jepang.

C. Pertempuran
Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari di Semarang adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang melawan Tentara Jepang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi (bedakan dengan Peristiwa 10 November - perlawanan terhebat rakyat Indonesia dalam melawan sekutu dan Belanda). Pertempuran dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945 (walau kenyataannya suasana sudah mulai memanas sebelumnya) dan berakhir tanggal 20 Oktober 1945. 2 hal utama yang menyebabkan pertempuran ini terjadi karena larinya tentara Jepang dan tewasnya dr. Kariadi Kronologi Peristiwa Masuknya Tentara Jepang ke Indonesia Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan tokoh-tokohnya

Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada 6 dan 9 Agustus 1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Kaburnya tawanan Jepang Hal pertama yang menyulut kemarahan para pemuda Indonesia adalah ketika pemuda Indonesia memindahkan tawanan Jepang dari Cepiring ke Bulu, dan di tengah jalan mereka kabur dan bergabung dengan pasukan Kidobutai dibawah pimpinan Jendral Nakamura. Kidobutai terkenal sebagai pasukan yang paling berani, dan untuk maksud mencari perlindungan mereka bergabung bersama pasukan Kidobutai di Jatingaleh. Tewasnya Dr. Kariadi Setelah kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, 14 Oktober 1945, pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Kota Semarang Reservoir Siranda di Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal, (Sekarang menjadi kawasan industri Candi Semarang) waktu itu adalah satu-satunya sumber mata air di kota Semarang. Sebagai kepala RS Purusara (sekarang Rumah Sakit Kariadi) Dokter Kariadi berniat memastikan kabar tersebut. Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu. Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang

telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Isteri dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi mengingat keadaan yang sangat genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat lain, ia harus menyelidiki kebenaran desasdesus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga Semarang. Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan. Peristiwa Lain 1. Sebelum tanggal 20 Oktober, ada kejadian Gencatan Senjata antara kedua belah pihak, tetapi kendati demikian kejadian ini tidak memadamkan situasi, kejadian diperparah dengan pembunuhan sandera (lihat no. 2) 2. Di Pedurungan, orang-orang Semarang, terutama dari Mranggen dan Genuk menjadi satu untuk memindahkan tawanan, yang menjadi sandera. Karena janji Jepang untuk mundur tidak dipenuhi maka 75 sandera itu dibunuh, sehingga perang berlanjut. 3. Datangnya pemuda dari luar Kota Semarang untuk membantu menjadikan Jepang marah 4. Radius 10 km dari Tugumuda menjadi medan peperangan Tokoh-Tokoh yang terlibat Mengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang terlibat adalah sbb : 1. dr. Kariadi

dr. Kariadi adalah dokter yang akan mengecek cadangan air minum di daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Ia juga merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara. 2. Mr. Wongsonegoro Gubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan oleh Jepang. 3. Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta Tokoh Indonesia yang ditangkap oleh Jepang bersama Mr. Wongsonegoro. 4. Mayor Kido (Pemimpin Kidobutai) Pimpinan Batalion Kidobutai yang berpusat di Jatingaleh. 5. drg. Soenarti Istri dr. kariadi 6. Kasman Singodimejo Perwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia. 7. Jenderal Nakamura Jenderal yang ditangkap oleh TKR di Magelang

Monumen Tugu

Muda

Untuk memperingati Pertempuran 5 Hari di Semarang, dibangun Tugu Muda sebagai monumen peringatan. Tugu Muda ini dibangun pada tanggal 10 November 1950. Diresmikan

oleh presiden Ir. Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953. Bangunan ini terletak di kawasan yang banyak merekam peristiwa penting selama lima hari pertempuran di Semarang, yaitu di Jl. Pemuda, Jl. Imam Bonjol, Jl. Dr. Sutomo, dan Jl. Pandanaran dengan lawang sewu. Selain pembangunan Tugu Muda, Nama dr. Kariadi diabadikan sebagai nama salah satu rumah sakit di Semarang.

D. Logistik

BAB 3 Daftar Pustaka http://www.scribd.com/doc/27115817/mempertahankan-kemerdekaan http://kemonbaca.blogspot.com/2012/02/contoh-makalah-pendidikan.html http://garudamiliter.blogspot.com/2012/03/pertempuran-5-hari-disemarang.html http://windraseptamadya.wordpress.com/2012/03/21/perjuanganmempertahankan-kemerdekaan-bagian-1/

Anda mungkin juga menyukai