Anda di halaman 1dari 5

Berhasil Tinggal di Unesa

Dua tahun yang lalu, tepatnya saya masih duduk di kelas 3 SMA. Waktu itu adalah masa yang penuh tantangan dan masa yang penuh perjuangan untuk menghadapi UN. Hal lain juga perjuangan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri yang diinginkan. Melanjutkan ke perguruan tinggi negeri memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi dengan serius. Selain harus lulus dari UN serta nilai rapor yang bagus. Banyak hal yang harus juga dipikirkan seperti pemilihan jurusan, pemilihan universitas, saingan peminat dari berbagai kota, dan biaya yang akan dikeluarkan. Namun, tantangan yang paling berarti adalah lulus dari UN. Karena hal itu merupakan salah satu kunci mutlak atau syarat bisa masuk ke perguruan tinggi negeri. Dan Alhamdulillah waktu itu Tuhan mengizinkan saya lulus dari UN dan sudah tentu mengizinkan saya untuk menempuh pendidikan ke tingkat berikutnya yaitu kuliah. Menurut saya, pengalaman saya ketika berniat ingin masuk ke perguruan tinggi negeri sangat rumit. Terbukti begitu banyak proses yang harus saya jalani. Dimulai dari proses ikut jalur PMDK, SNMPTN, SPMB I, SPMB II. Dari keempat proses tersebut tantangannya adalah menghadapi tingginya peminat dari perguruan tinggi yang saya pilih yaitu Unesa. Proses pertama yang harus saya jalani yaitu ikut jalur PMDK. Dimana waktu pelaksanaannya dua bulan sebelum UN. Syarat yang harus dipenuhi adalah nilai rapor dari kelas 1 sampai kelas 3 semester gasal. Tidak hanya saya yang ikut mendaftar di jalur PMDK ini. Sebanyak 50 orang teman saya juga berpartisipasi ingin mengenyam pendidikan di Universitas yang berpusat di Ketintang tersebut. Jurusan yang dipilih pun berbeda-beda. Saya memilih jurusan matematika, sedangkan teman-teman saya ada yang memilih jurusan penjaskes, bahasa inggris, kimia, dan biologi. Tapi sayang sungguh sayang. Ketika tanggal pengumuman kelulusan tiba, tak satu pun siswa SMA Negeri 2 Pamekasan yang ikut jalur PMDK ini diterima. Padahal, umumnya setiap sekolah yang mendaftar ke Universitas manapun, pasti mendapat jatah yaitu satu atau dua anak didiknya lulus. Tapi kenyataannya tidak. Kemudian setelah dikonfirmasi ke salah satu pihak BK, Beliau mengatakan bahwa sekolah Kami bermasalah dengan pihak Unesa. Permasalahan itu berawal dari kakak kelas yang mengundurkan diri menjadi mahasiswa Unesa ketika mereka telah dinyatakan lulus dari progam jalur PMDK pada masanya. Sehingga pada akhirnya berpengaruh pada adik kelasnya seperti saya dan teman-teman. Tetapi tidak masalah, karena masih ada kesempatan lainnya.

Setelah lulus dari sekolah, kesempatan berikutnya untuk masuk ke perguruan tinggi negeri adalah jalur SNMPTN. Waktu pelaksanaanya serentak diselenggarakan di tanggal dan hari yang sama di seluruh wilayah Indonesia. Calon pesertanya pun berasal dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Namun, dengan pilihan Universitas yang berbeda pula dari setiap peserta. Sehingga kesempatan untuk lulus di Universitas yang diinginkan masih terbuka lebar bagi semua peserta. Pada formulir jalur SNMPTN terdapat pilihan I dan pilihan II. Dimana dari dua pilihan tersebut peserta berhak memilih jurusan dan Universitas yang berbeda-beda. Saya tetap dengan pilihan yang sama dengan pilihan pada jalur PMDK yaitu pilihan I jurusan matematika dan pilihan II jurusan fisika. Keduanya merupakan jurusan di Unesa. Dengan bermodalkan belajar yang kurang maksimal, tetapi tetap dengan semangat yang tinggi, saya datang ke SMP Negeri 19 Surabaya untuk mengikuti ujian SNMPTN. Benar saja, pada waktu ujian tersebut begitu banyak soal yang tak bisa saya jawab. Mulai dari mata pelajaran fisika, matematika, kimia, biologi, bahasa Indonesia, bahasa inggris, hingga IPA terpadu. Saya mengalami kesulitan dengan rumus-rumus pada mata pelajaran fisika dan matematika. Saya juga banyak lupa dengan materi mata pelajaran biologi yang sifatnya berupa hafalan. Akhirnya, ya sudahlah. Hati saya pasrah dengan hasil yang akan terjadi nantinya. Sungguh benar dibalik kepasrahan hati saya. Hal buruk terjadi kembali pada diri saya. Tepat di hari pengumuman kelulusan jalur SNMPTN yang diumumkan melalui koran Jawa Pos, tak satu pun terlihat nomor peserta 11102352009 berada diantara ribuan nomor peserta lainnya. Hal ini membuat diri saya pribadi sedih. Sedangkan kakak dan orang tua hanya bisa memarahi saya. Mereka mengatakan bahwa saya bodoh, saya kurang berdoa, dan saya kurang belajar. Kata-kata yang mereka ucapkan wajar karena dalam kondisi marah. Tetapi kata-kata itu mungkin ada benarnya juga, sebab saya merasa kenyataannya memang demikian. Namun di tiga hari kemudian kakak dan orang tua mengizinkan saya untuk ikut jalur seleksi berikutnya di Unesa yaitu SPMB I. Saya merasa senang dan bersyukur karena kakak dan orang tua masih mendukung keinginan saya. Jalur seleksi selanjutnya adalah SPMB I yang merupakan jalur non regular dari Unesa. Disini terdapat dua tekhnik pengujian yaitu ujian tulis dan wawancara, sama seperti tekhnik pengujian pada jalur PMDK. Biaya pendaftaran pada jalur ini pun cukup mahal, dua kali lipat dari biaya PMDK dan SNMPTN. Biaya untuk memilih satu jurusan adalah Rp225.000,00 sedangkan biaya untuk dua jurusan adalah sebesar Rp400.000,00. Memang cukup tinggi biayanya jika dibandingkan dengan biaya masuk melalui jalur PMDK dan SNMPTN yang hanya Rp150.000,00. Namun meskipun cukup mahal biayanya, peminat masih tetap tinggi. Pada jalur SPMB I ini, saya tetap bersikukuh memilih jurusan yang sama pula ketika ikut di SNMPTN, yaitu matematika dan fisika. Karena matematika sudah mendarah dalam diri saya. Dengan kata

lain saya sangat suka dengan mata pelajaran matematika. Sedangkan fisika merupakan pilihan kakak saya. Namun sungguh sayang. Nasib baik belum berpihak pada saya. Melalui jalur SPMB I ini, kegagalan masih tetap saya pegang. Semuanya tak sesuai harapan. Artinya saya tidak lulus lagi. Karena tidak lulus untuk ketiga kalinya, jumlah orang marah pun bertambah. Seisi rumah semakin murka pada saya. Entah, mungkin Tuhan belum mengizinkan saya untuk lulus. Mungkin masih banyak hal yang ingin Tuhan lihat. Mulai dari kesungguhan saya dalam belajar dan kesungguhan saya beserta orang seisi rumah dalam berdoa. Seisi rumah memaklumi ketidaklulusan ini. Mereka masih memberi kesempatan serta dukungan untuk ikut jalur seleksi berikutnya yaitu SPMB II. Jalur SPMB II merupakan jalur seleksi terakhir dari progam Unesa yang tidak boleh disia-siakan. Karena Jalur ini adalah harapan dan kesempatan terakhir saya. Tekhnik pengujiannya masih tetap sama. Waktu pelaksanaanya sebulan setelah pengumuman kelulusan dari jalur SPMB I selesai. Biaya yang harus dikeluarkan pun sama halnya dengan biaya di SPMB II. Kali ini peminat untuk jurusan matematika sangat tinggi. Optimisme saya mulai kendor untuk memilih jurusan matematika lagi. Saya berpikir hanya akan ada peluang kecil untuk saya lulus dari jalur ini. Akhirnya saya pindah haluan. Saya memilih jurusan yang memberikan peluang lebih besar untuk lulus. Dengan kemantapan hati, saya pilih jurusan fisika. Saya berpaling dari jurusan yang sudah mendarah pada diri saya. Karena saya benar-benar ingin menempuh pendidikan di Unesa. Semua kesungguhan, lebih saya tingkatkan. Salah satunya kesungguhan dalam belajar. Untuk beberapa hari, saya mengurangi kegiatan rutin yang selalu saya lakukan, seperti bermain dengan teman-teman dan menonton televisi. Kegiatan itu saya ganti dengan belajar mengerjakan soal-soal semua mata pelajaran. Namun, berdoa pun tidak lupa untuk tetap saya panjatkan. Hari ujian tiba. Dengan semangat tinggi dan persiapan yang sudah matang, saya jalani dua tekhnik pengujian yang dilaksanakan dalam satu hari tersebut. Alhamdulillah, saya tidak mengalami kesulitan pada ujian tulis. Rumus-rumus yang telah saya pelajari, masih saya ingat betul. Wawancara pun berjalan dengan lancar. Sungguh saya merasa tenang dalam menjalani ujian di jalur ini. Keyakinan pun muncul, bahwa saya akan lulus dari jalur SPMB II ini. Sungguh benar dugaan saya. Setelah pengumuman kelulusan tiba. Di jalur dan kesempatan terakhir itu nama saya terpampang di daftar calon mahasiswa yang lulus. Benar-benar hari yang membawa senyuman dan tak ternilai harganya. Saya, kakak, dan orang tua sangat bersyukur atas kelulusan ini. Meskipun untuk hari selanjutnya begitu banyak biaya yang harus dikeluarkan. Tapi tidak mengapa. Karena memang itu resiko orang mengenyam pendidikan.

Keesokan harinya saya langsung melakukan registrasi dengan biaya yang cukup tinggi yaitu kurang lebih sebesar sepuluh juta. Dan demi salah satu anak tercintanya, dengan ikhlas orang tua saya mengeluarkan uang sebesar itu. Sungguh proses yang sangat panjang dan butuh kesungguhan ikhtiar demi memperoleh tempat mencari ilmu. Hal ini akan saya jadikan pengalaman yang sangat indah dan akan tetap berada dalam ingatan.

Tugas Bahasa Indonesia Bercerita Tentang Pengalaman Pribadi

Disusun oleh : SUHATI NINGSIH 093184234 PEND. FISIKA NR 2009

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2011

Anda mungkin juga menyukai