Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PKWN

REPELITA

NAMA : SELLY MEINDA DWI CAHYANINGSIH KELAS : XII IPA 2 ABSEN : 31

[Pick the date]

REPELITA

Repelita program pemerintah pada masa orde baru yang digagas oleh presiden Soeharto. Repelita merupakan kepanjangan dari Rencana Pembangunan Lima Tahun dan mulain dilaksanakan pada tahun 1969-1974 atau dikenal dengan Repelita I, kemudian Repelita II dilaksanakan tahun 1974-1979, Repelita III tahun 1979-1984, Repelita IV 1984-1989, dan Repelita V tahun 1989-1994. A. Repelita I REPELITA I 1969 1974 dengan sasaran: (a) stabilitas perekonomian; (b) pertumbuhan ekonomi; dan (c) pemerataan hasil pembangunan. Dengan fokus pembangunan dengan bidang pertanian. Untuk memenuhi sasaran tersebut dibuatlah program-program diantara lain : 1. Memberikan bibit unggul kepada petani dan melakukan beberapa eksperimen untuk mendapatkan bibit unggul yang tahan hama tersebut. 2. Memperbaiki infrastuktur yang digunakan oleh sektor pertanian seperti jalan raya, sarana irigasi sawah dan pasar yang menjadi tempat dijualnya hasil pertanian. 3. Melakukan transmigrasi agar lahan yang berada di kalimantan, sulawesi, maluku dan papua dapat diolah agar menjadi lahan yang mengahasilkan bagi perekonomian. Untuk menunjang sasaran-saran tersebut maka dibuatlah beberapa kebijakan yaitu Kebijakan Oktober 1966, kemudian Kebijakan Juli 1968 dan terakhir untuk menunjang seluruh kegiatan dilakukanlah beberapa penyempurnaan dan menghasilkan Kebijakan 16 April 1970. Sasaran Pokok Kebijakan Oktober 1966 adalah: * Penertiban keuangan negara yang serba kalut. * Pengaturan kembali urusan moneter dan dunia perbankan * Memberikan kebebasan kepada dunia perdagangan yang terbelenggu oleh sistem "jatah" yang tidak wajar dan terbeku oleh peraturan berbelit yang mematikaninisiatif masyarakat. Kebijakan Juli 1968 mempunyai sasaran pokok: * Penguasaan harga pangan, harga sandang, dan valuta asing. * Penyediaan yang cukup bagi sarana-saran untuk peningkatan produksi dalam negeri, khususnya pangan dan sandang. * Perbaikan prasarana yang menunjang proses produksi * Perbaikan kelembagaan di bidang perdagangan, perbankan dan fiskal. Sasaran kebijaksanaan April 1970: * Lebih memperkuat stabilitas ekonomi. * Mendorong ekspor untuk peningkatan penerimaan devisa

* Mendorong peningkatan produksi * Mendorong dan memperlancar perdagangan * Memperluas kegiatan ekonomi masyarakat yang berarti juga memperluas lapangan kerja Program Repelita 1 sangat berguna bagi perekonomian di Indonesia karena Indonesia adalah negara agraris, karena itu penduduk di Indonesia yang berprofesi sebagai petani mengalami peningkatan pendapatan dan hal tersebut juga mendorong perekonomian Indonesia karena dari sektor pertanian Indonesia sudah tidak lagi mengimpor beras melainkan sekarang Indonesia mengekspor beras dan hal itu merupakan bukti keberhasilan program Repelita 1 yang dicanangkan oleh pemerintah saat itu. Selama masa Repelita I harga barang-barang dan jasa pada umumnya menunjukkan perkembangan yang lebih stabil dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Dalam tahun 1966 indeks biaya hidup di Jakarta yang dipergunakan sebagai ukuran laju inflasi meningkat dengan 650%. Dalam tahun 1967 kenaikannya adalah 120%, sedang dalam tahun 1968 adalah 85%. Dalam tahun pertama Repelita I, yakni tahun 1969/70, laju inflasi adalah sebesar 10,6%, dalam tahun 1970/71 menjadi 7,8% dan dalam tahun 1971/72 hanya 0,9%.

B.

REPELITA II Repelita II atau Rencana Pembangunan Lima Tahun II merupakan tindak lanjut dari Program sebelumnya yaitu Repelita II. Tujuan Repelita II adalah meningkatkan dan pemerataan pembangunan di pulau-pulau selain Jawa, Bali dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi. Sebagaimana halnya dengan setiap tahap pembangunan maka tujuan Repelita II ialah : 1) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat; kedua, meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya 2) Sebagai bagian daripada serangkaian tahap-tahap pemba-ngunan maka Repelita II merupakan kelanjutan dan sekaligus peningkatan daripada Repelita I. 3) Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Pemerataan pembangunan dalam pengertian ini tidak hanya dalam arti pemerataan antar individu atau antar kelompok masyarakat, tetapi juga pemerataan antara daerah. Untuk itu dalam Repelita II, pembangunan di Indonesia mulai dengan pembangunan yang berwawasan ruang. Dalam Repelita II Indonesia dibagi dalam wilayah-wilayah pembangunan dengan tujuan agar pembangunan tidak hanya Jawasentris, atau bahkan Jakarta sentris. Masalah-masalah lain yang dihadapi dalam Repelita II pada dasarnya merupakan masalahmasalah yang belum dapat dipecahkan dalam Repelita I, yaitu perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, pembagian pendapatan dan hasil-hasil yang lebih merata, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah-daerah, penyempurnaan dan peningkatan fasilitaspendidikan,

kesehatan, perumahan rakyat. Masalah-masalah tersebut semakin nampak justrunsetelah Repelita I mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi (6-7% per tahun). Kebijaksanaan ekonomi dalam periode ini setelah tingkat hiper inflasi mampu dikendalikan, seperti halnya kebijaksanaan perkreditan, aspek fiskal (sebagai sumber pendapatan dan sekaligus sebagai pengarahan perkembangan ekonomi) dan aspek perdagangan ( dalam rangka memperlancar arus barang yang akan mampu meningkatkan produksi). Pada akhir periode Repelita II, semakin dirasakan bahwa pengaruh krisi moneter internasional, juga pengaruh dari kebijaksanaan proteksi, semakin membuat produk Indonesia tidak dapat bersaing di pasaran Internasional. Untuk mengatasi masalah ini, dan sebagai upaya peningkatan ekspor pemerintah memberlakukan kebijaksanaan devaluasi rupiah terhadap dollar AS sebesar kurang lebih 45% pada bulan november 1978. Sementara itu tantangan yang dihadapi dalam Repelita II ini secara garis besarnya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Merosotnya kegiatan ekonomi dunia terutama di negara-negara industri, telah melemahkan permintaan atas ekspor hasil produksi Indonesia sedangkan inflasi di negara-negara tersebut telah meningkatkan pula harga barang-barang modal yang diperlukan bagi pembangunan. 2. Krisis pertamina (1974/75-1976/77) merupakan suatu musibah dan pengalaman yang sangat mahal bagi usaha pembangunan Indonesia. Kenaikan harga minyak bumi di pasaran dunia yang seharusnya melipat gandakan kemampuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan, ternyata harus dipakai untuk membayar hutang-hutang jangka pendek Pertamina. 3. Hambatan-hambatan dalam produksi pangan oleh karena musim keringyang luar biasa (krisis beras tahun 1974/1975) Faktor pendorong utama laju pertumbuhan ekonomi pada periode ini adalah meningkatnya harga minyak dipasaran Internasional.
REPELITA III

Prestasi: Ekspor neto migas turun 38 persen Ekspor nonmigas turun 30 persen Impor nonmigas meningkat Neraca berjalan (current account) dari suprlus US $2.7 milyar menjadi difisit US $6.7 milyar PDB tumbuh hanya 2,24 persen Laju inflasi rata-rata 9 persen Porsi pelunasan hutang 17,3 persen dari pengeluaran

Kondisi:

Boom minyak tahun 1982/1983 Kemelut minyak dan resesi dinegara industri menyebabkan OPEC memotong harga dan produksi minyak Devaluasi 28 persen tahun 1983

Kebijakan: Penghematan anggaran belanja Penambahan pinjaman luar negeri Penggalakan ekspor nonmigas Pembatasan impor barang mewah Pengurangan perjalanan ke luar negeri Penggalakan penggunaan barang dalam negeri Penjadualan ulang dan pembatalan 50 persen proyek sektor publik Gaji pegawai negeri tidak dinaikkan Penaikan harga bahan bakar minyak tahun 1984 dengan mengurangi subsidi Pengurangan subsidi atas pupuk, pesticida, dan pangan Pembaharuan UU perpajakan tahun 1984 Deregulasi parcial sistem perbankan dengan menyerahkan penentuan tingkat bunga kepada masing-masing bank peniadaan sistem pagu kredit

REPELITA IV

Prestasi: Pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,32 persen Beban hutang luar negeri menjadi membesar Penghematan anggaran dan pengawasan serta penertiban penggunaan anggaran Perkembangan pasar modal dan sektor perbankan yang luar biasa Laju inflasi rata-rata 9 persen Porsi pelunasan hutang 41,2 persen dari pengeluaran

Kondisi: Harga minyak turun menjadi US $10

Kebijakan: Deregulasi dan debirokratisasi untuk mengurangi cambur tangan pemerintah untuk memberikan kesempatan pihak swasta dan investor asing dalam pembangunan Devaluasi untuk meningkatkan ekspor non migas

REPELITA V Prestasi: Pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,7 persen Ekspor komoditas non migas meningkat Porsi pelunasan hutang 44,6 persen dari pengeluaran

Kondisi: Harga minyak turun menjadi US $10

Kebijakan: Deregulasi dan debirokratisasi terus dilakukan untuk menekan ekonomi biaya tinggi dan meningkatkan efisiensi nasional

Anda mungkin juga menyukai