Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL

SEJARAH PALANG MERAH

A. PALANG MERAH INTERNASIONAL

ARTI PALANG MERAH : Suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan secara sukarela kepada setiap manusia yang sedang menderita tanpa membeda bedakan bangsa, golongan, agama dan politik. SEJARAH Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan Perancis dan Italia melawanAustria pada tahun 1859 di Selferino (Italia Utara), Henry Dunant menyaksikan terjadinya perang tersebut dimana banyak korban perang yang tidak mendapat pertolongan, sehingga timbul ide atau gagasan untuk memberi pertolongan kepada korban perang tersebut. Pengalaman selama beberapa hari bergelut di medan perang, ia tuangkan di dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1962 bejudul A Memory of Solferino (Kenangan di Solferino). Buku tersebut berkisah tentang kondisi yang ditimbulkan oleh peperangan dan mengusulkan agar dibentuk satuan tenaga sukarela yang bernaung di bawah suatu lembaga yang memberikan pertolongan kepada orang yang terluka di medan perang. 1. KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH ( KIPM ) (International Committee of the Red Cross) Latar belakang berdirinya Buku kenangan di Solferino (a memory of solferino) sangat menarik perhatian masyarakat diantaranya 4 orang penduduk Jenewa, yaitu : 1. General Dufour 3. Dr. Theodore Maunoir 2. Dr. Louis Appia 4. Gustave Moynier 4 orang tersebut bersama Henry Dunant membentuk Komite Lima (1963), mereka merintis terbentuknya KIPM yang kemudian menjadi Internasional Committee of the Red Cross (ICRC). Pada tanggal 22 agustus 1864 atas prakarsa ICRC, pemerintah Swiss menyelenggarakan suatu konferensi yang diikuti oleh 12 kepala negara yang menandatangani perjanjian Internasional yang dikenal dengan : KONVENSI JENEWA I Tentara yang terluka atau sakit harus diobati. Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang perlindungan menggunakan tanda Palang Merah di atas dasar putih, yang terjadi dengan mempertukarkan warna warna federal. Lambang ini hendaknya dipakai untuk Rumah Sakit, Ambulance dan para petugas penolong dimedanperang/konflik bersenjata. Karena tanda Palang Merah diasumsikan mempunyai arti khusus, maka pada tahun 1876 simbol bulan sabit merah disahkan untuk digunakan oleh Negara-negara Islam. Kedua symbol tersebut memiliki arti dan nilai yang sama. Konferensi Internasional Palang Merah yang diselenggarakan 4 tahun sekali dan dihadiri oleh ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional dan Pemerintah peserta peratifikasi Konvensi

Jenewa tahun 1949. Pertemuan itu membahas persoalan persoalan umum dan menampung usul usul serta resolusi di samping mengambil keputusan.Para peserta konferensi memilih anggota Standing Commission (Komisi Tetap) yang bersidang pada waktu diantara dua konferensi Internasional.

2. FEDERASI INTERNASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH (IFRC) (International Federation of The Red Cross) Latar belakang berdirinya Dengan berakhirnya Perang Dunia I, berbagai epidemi penyakit berjangkit bencana kelaparan menjalar. Melihat kenyataan itu, Henry P. Davidson warga negara Amerika, merasa perlu mendirikan suatu organisasi yang menangani masalah bantuan tersebut. Organisasi ini resmi didirikan pada tanggal 5 Mei 1919 dalam suatu Konferensi Kesehatan Internasional di Cannas Perancis. Palang Merah Indonesia termasuk anggota ke 68. Organisasi BADAN TERTINGGI ORGANISASI : Badan tertinggi penentuan kebijaksanaan adalah disebut General Assembly Board of Gevernors. General Assembly atau sidang umum dihadiri oleh wakil-wakil dari semua anggota federasi dan bersidang tiap 2 tahun, Presiden Federasi dipilih tiap 4 tahun. Jika General Assembly tidak besidang, maka kebijakan tertinggi dilaksanakan oleh Executive yang aggotanya terdiri dari 16 Perhimpunan Nasional (dipilih berdasarkan letak goegrafis), Presiden dan Sekjen Federasi. 3. PRINSIP PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi Internasional Palang Merah ke XX di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986. 1. KEMANUSIAAN ( Humanity ) Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia. 2. KESAMAAN ( Impartiality ) Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah. 3. KENETRALAN ( Neutrality ) Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi.

4. KEMANDIRIAN (Independence ) Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip prinsip gerakan ini. 5. KESUKARELAAN ( Voluntary Service ) Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun. 1. KESATUAN ( Unity ) Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. 7. KESEMESTAAN ( Universality ) Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH (KIPM)

FEDERASI PERHIMPUNAN INTERNASIONAL PALANG PALANG MARAH dan MERAH DAN BULAN SABIT BULAN SABIT MERAH MERAH NASIONAL Internasional Committee of the International Federation of the Perhimpunan Nasional Red Cross (ICRC) Red Cross and Red Crescent harus mendapat pengakuan Markas Besar di Jenewa, dari KIPM, baru sah society. anggota dewan ekskutifnya Markas Besar di Jenewa. menjadi anggota federasi. maksimal 25 orang warga negara Secretariat Federasi dipimpin Juga harus diakui oleh Swiss. oleh Sekjen mempunyai pegawai Pemerintahannya sebagai TUJUAN : yang terdiri dari bermacam Perhimpunan penolong Menjadi perantara NETRAL macam bangsa. yang bersifat sukarela dan mengenai hal kemanusiaan dalam Tujuan : turut membantu pertikaian politik, perang saudara Mencegah dan meringankan Pemerintah. Sampai tahun dan kerusuhan dalam negeri. penderitaan manusia melalui 1992 anggota federasi ada TUGAS kegiatan Palang Merah dan Bulan 153 negara, PMI termasuk Memberikan perlindungan kepada Sabit Merah nasional yang anggota ke-68. korban militer maupun sipil merupakan sumbangan untuk Tugas : sebagai akibat konflik bersenjata, perdamaian. Beraneka ragam tergantung gangguan dan ketegangan dalam Tugas : kebutuhan negara yang negeri. 1. Menggiatkan bersangkutan, antara lain : Petugas KIPM mengunjungi PEMBENTUKAN dan 1. Memberikan bantuan tawanan perang/tawanan politik pengembangan PERHIMPUNAN darurat untukberdialog tanpa saksi NASIONAL di seluruh dunia. 2. Pelayanan kesehatan sehingga dapat diperoleh Federasi juga bertindak sebagai 3. Bantuan sosial bagi gambaran yang nyata tentang perantara, koordinator antara perorangan maupun kondisi penahanan juga Perhimpunan Palang Merah kelompok membantu menyampaikan berita Internasional. 4. Latihan P3K keluarga. Laporan tersebut 2. Memberikan saran dan 5. Melatih tenaga perawat

membantu Perhimpunan 6. Transfusi darah bersifat rahasia. Memberikan bantuan (sandang, Nasional dalam meningkatkan, 7. Pembinaan remaja pangan medis dan sanitasi) mengkoordinasi BANTUAN 8. Di masa perang, kepada korban konflik bersenjata Internasional untuk KORBAN membantu tawanan, tersebut. BENCANA ALAM dan PARA pengungsi dan kaum Melakukan pencarian pada saat PENGUNGSI di luar daerah interniran. terjadi konflik bersenjata maupun pertikaian, seringkali dengan sesudahnya. Mencari berita melancarkan permintaan bantuan sampai mempersatukan keluarga ke seluruh dunia. yang terpisah akibat perang. 3. Mengembangkan Melakukan pembentukan rencana PENYEBARLUASAN HPI dan KESIAPSIAGAAN NASIONAL prinsip prinsip dasar gerakan terhadaP BENCANA ALAM. Palang Merah dan Bulan Sabit 4. Menggiatkan dan Merah dengan tujuan mengkoordinasi pertukaran menganjurkan penghormatan bagi gagasan kemanusiaan bagi kelompok non-kombatan (tentara pendidikan anak dan remaja yang luka, tawanan serta warga diantara Perhimpunan Nasional sipil). Disamping membatasi demi membina hubungan baik kekejaman, pengrusakan dan antara remaja di seluruh dunia. mempermudah bantuan yang 5. Membantu ICRC segera, netral serta tidak memihak menyebarluaskan HPI dan kepada para korban konflik PRINSIP PRINSIP DASAR bersenjata. GERAKAN PALANG MERAH Dana, sumbangan sukarela dari dan BULAN SABIT MERAH. pemerintah dan Perhimpunan Dana, iuran tahunan dari Nasional. anggota dan sumbangan sukarela untuk bantuan dan pengembangan. HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL ( H P I ) ( Internasional Humaniterian Law ) Definisi : HPI adalah bagian dari hukum internasional yang memberikan perlindungan terhadap anggota angkatan perang yang luka, sakit, dan tidak dapat lagi ikut dalam peperangan serta penduduk sipil yang tidak ikut berperang. Selain itu juga mengatur metode perang. Maksud dan tujuan adanya HPI : Mengatur perang yang terjadi lebih manusiawi, bila perang itu tidak terhindarkan, menentukan orang orang yang tidak ikut dalam peperangan atau tidak dapat lagi ikut dalam peperangan hendaknya dianggap manusia biasa yang patut dihargai dan diperlakukan secara manusiawi. Sasaran penyerangan hanya boleh dilakukan terhadap obyek militer dan bukan obyek sipil. HPI sangat erat kaitannya dengan Palang Merah, dimulai dengan lahirnya Konvensi Jenewa 1864 ( pertama ). Konvensi Jenewa telah dilengkapi dan diperbaiki pada tahun 1906, 1928, 1949 dan 2 protokol ditambahkan pada konvensi tersebut ditahun 1977. 4 konvensi Jenewa 1949 : Konvensi I : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di darat yang luka dan sakit, petugas kesehatan serta petugas dibidang agama.

Konvensi II : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di laut, petugas kesehatan, petugas agama serta kapal perang yang kandas. Konvensi III : Perlindungan terhadap tawanan perang. Konvensi IV : Perlindungan terhadap orang orang sipil di masa perang. Karena ke 4 Konvensi tersebut belum mencakup perlindungan terhadap semua penderita yang diakibatkan oleh pertikaian, maka pada tahun 1977 dikeluarkan 2 protokol : Protokol I : diterapkan pada konflik bersenjata internasional. Protokol II : diterapkan pada konflik non internasional. Tiap negara di dunia ikut mengesahkan dan menyetujui konvensi tersebut. Sekarang lebih dari 160 negara telah ikut menjadi peserta Konvensi Jenewa tahun 1942. HPI perlu disebarluaskan : Sesuai ketentuan, negara penandatanganan Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol I dan II 1977, mentaati dan menjamin, bahwa isi Konvensi tersebut diketahui dengan sebaik baiknya terutama oleh angkatan perang, Dinas Kesehatan dan Rohaniawan ( golongan ini mempunyai hak dan kewajiban dalam Konvensi Jenewa ). Masyarakat dan penduduk sipil juga harus memahami HPI ini, agar mereka juga mengetahui hak hak serta kewajiban dimasa pertikaian bersenjata. Kegiatan perikemanusian Palang Merah untuk menolong dan melindungi korban perang merupakan hak dan kewajiban dibawah ketentuan Konvensi Jenewa 1949. Kegiatan ini harus semata mata bertujuan menolong korban perang sebagai manusia, terlepas dari pertimbangan politik atau militer. Untuk itu PMI turut menyebar luaskan HPI, terutama untuk kalangan PMI, yang dilakukan bersama dengan penyebarluasan prinsip prinsip Palang Merah.

B. PALANG MERAH INDONESIA Seperti Palang Merah Internasional, lahirnya PMI juga berkaitan dengan kancah peperangan, diawali pada: A. MASA SEBELUM PERANG DUNIA II 1. 21 Oktober 1873 Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) didirikan Belanda. 2. Tahun 1932 Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan merencanakan mendirikan badan PMI. 3. Tahun 1940 pada sidang konperensi NERKAI, rencana diatas ditolak karena menurut Pemerintah Belanda, rakyatIndonesia belum mampu mengatur Badan Palang Merah Nasional. B. MASA PENDUDUKAN JEPANG. Dr. RCL Senduk berusaha lagi untuk mendirikan Badan PMI namun gagal, ditolak Pemerintah Dai Nippon. C. MASA KEMERDEKAAN RI 1. 17 Agustus 1945 RI Merdeka.

2. 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan kepada Menteri Kesehatan Dr. Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional. Pembentukan PMI dimaksudkan juga untuk menunjukan pada dunia Internasional bahwa negaraIndonesia adalah suatu fakta yang nyata. 3. 5 September 1945 Menkes RI dalam Kabinet I ( Dr. Boentaran ) membentuk Panitia 5 : Ketua : Dr. R. Mochtar. Penulis : Bahder Djohan. Anggota : Dr. Djoehana. Dr. Marzuki. Dr. Sintanala. 4. 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch. Hatta yang sekaligus beliau sebagai Ketuanya. D. MASA PERANG KEMERDEKAAN. Pada masa itu peperangan terjadi dimana mana, dalam usia muda PMI menghadapi kesulitan, kurang pengalaman, kurang peralatan dan dana. Namun orang orang secara sukarela mengerahkan tenaganya, sehingga urusan Kepalangmerahan dapat diselenggarakan. Dari pertolongan dan bantuan seperti : Dapur Umum ( DU ). Pos PPPK ( P3K ). Pengangkutan dan perawatan korban pertempuran. Sampai penguburan jika ada yang meninggal. Dilakukan oleh laskar laskar Sukarela dibawah Panji Palang Merah yang tidak memandang golongan, agama dan politik. Pada waktu itu dibentuk Pasukan Penolong Pertama ( Mobile Colone ) oleh cabang cabang, anggotanya terdiri dari pelajar.

E. BEBERAPA PERISTIWA SEJARAH PMI 1. Tanggal 16 Januari 1950. Dikeluarkan Keputusan Presiden RI No. 25 / 1950 tentang pengesahan berdirinya PMI. 2. Tanggal 15 Juni 1950. PMI diakui oleh ICRC. 3. Tanggal 16 Oktober 1950. PMI diterima menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dengan keanggotaan No. 68. F. NAMA NAMA TOKOH YANG PERNAH MENJADI KETUA PMI 1. Ketua PMI ke 1 ( 1945 1946 ) : Drs. Moch. Hatta.

2. Ketua PMI ke 2 ( 1945 1948 ) : Soetarjo Kartohadikoesoemo.

3. Ketua PMI ke 3 ( 1948 1952 ) : BPH Bintoro. 4. Ketua PMI ke 4 ( 1952 1954 ) : Prof. Dr. Bahder Djohan. 5. Ketua PMI ke 5 ( 1954 1966 ) : P. A. A. Paku Alam VIII. 6. Ketua PMI ke 6 ( 1966 1969 ) : Letjen Basuki Rachmat. 7. Ketua PMI ke 7 ( 1970 1982 ) : Prof. Dr. Satrio. 8. Ketua PMI ke 8 ( 1982 1986 ) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo. 9. Ketua PMI ke 9 ( 1986 1992 ) : Dr. H. Ibnu Sutowo. 10. Ketua PMI ke 10 ( 1992 1998 ) : Hj. Siti Hardianti Rukmana. 11. Ketua PMI ke 11 ( 1998 2004 ) : Marie Muhammad. 12. Ketua PMI ke 12 (2004 sekarang : Marie Muhammad G. STRUKTUR ORGANISASI PMI M U N A S PENGURUS PUSAT M U S D A PENGURUS DAERAH M U S C A B PENGURUS CABANG M U S R A N PENGURUS RANTING ANGGOTA KETERANGAN : GARIS KOORDINASI __________________ GARIS KOMANDO Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi didalam perhimpunan PMI, dihadiri oleh utusan utusan Cabang, Daerah serta Pengurus Pusat. Diadakan tiap 4 tahun. Saat ini PMI memiliki 306 Cabang dari 31 Propinsi ( Daerah ). TUJUAN PMI : Meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya, dengan tidak membedakan golongan, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. LAMBANG PMI : 1. PMI menggunakan lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda PERLINDUNGAN sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional,

2. Lambang PMI sebagai anggota Palang Merah Internasional adalah Palang Merah di atas dasar warna putih, 3. Lambang PMI sebagai Perhimpunan Nasional adalah Palang Merah di atas dasar putih dilingkari bunga berkelopaklima . KEANGGOTAAN PALANG MERAH INDONESIA Didalam Anggaran Dasar PMI pada Bab VII pasal 11 disebutkan : Organisaasi PMI mempunyai anggota yaitu : 1. Anggota Remaja. 2. Anggota Biasa. 3. Anggota Kehormatan. 1. ANGGOTA REMAJA. Wanita Pria usia di bawah 18 tahun Warga NegaraIndonesia . Mendaftarkan diri secara sukarela di sekolah masing masing. Mendapat ijin atau persetujuan orang tua. KEWAJIBAN : A. Mengikuti pendidikan dan latihan dasar Kepalangmerahan. B. Bersedia membantu tugas tugas Kepalangmerahan dan tergabung dalam wadah / kegiatan Palang Merah Remaja. C. Menjaga nama baik organisasi serta mempererat persahabatan baik nasional maupun internasional. D. Mempertinggi ketrampilan dan kecakapan dalam tugas Kepalangmerahan. HAK : A. Dapat menjadi Anggota Biasa PMI jika telah mencapai usia 18 tahun. B. Mendapat kesempatan pendidikan Kepalangmerahan. C. Ikut aktif dalam Palang Merah Remaja. D. Dapat mengikuti kegiatan kegiatan sebagai Anggota Remaja baik di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri. PALANG MERAH REMAJA Palang Merah Remaja di bentuk oleh PMI pada bulan Maret 1950 yang merupakan perwujudan dari keputusan Liga Palang Merah ( League of the Red Cross and Red Crescent Societies ). Terbentuknya PMR di Indonesia ini dan juga PMR dibeberapa Palang Merah Nasional lainnya dilatarbelakangi oleh pecahnya Perang Dunia ke 1, dimana pada waktu itu Palang Merah Australia mengerahkan anak anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Kepada mereka diberikan tugas ringan, seperti mengumpulkan pakaian bekas, majalah majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya. Anak anak ini dihimpun dalam sebuah organisasi yang dinamakan Palang Merah Remaja , kemudian prakarsa ini diikuti oleh negara negara lain. Keanggotaan PMR dibagi dalam tiga tingkatan antara lain : PMR MULA : Setingkat usia murid SD, 7 12 tahun, Badge warna HIJAU. PMR MADYA : Setingkat usia murid SLTP, 13 16 tahun, Badge warna BIRU. PMR WIRA : Setingkat usia murid SLTA, 17 21 tahun, Badge warna KUNING. Walaupun PMR sesuai dengan tingkatnya, adakalanya diperbantukan pula dalam tugas tugas Kepalangmerahan, seperti turut membantu memberikan pertolongan P3K, dan lain lain, namun tugas kewajiban utama yang dibebankan kepada PMR adalah :

1. Berbakti kepada masyarakat. 2. Mempertinggi ketrampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan. 3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional. 2. ANGGOTA BIASA PMI Wanita Pria usia di atas 19 tahun Warga NegaraIndonesia. Mendaftarkan diri secara sukarela atas nama pribadi. Mengetahui azas dan tujuan PMI dan bersedia mengikuti tata tertib organisasi PMI. KEWAJIBAN : A. Membayar iuran anggota. B. Menyumbangkan pikiran, tenaga dan dana untuk menolong sesama yang menderita sesuai dengan kemampuan. C. Menjaga nama baik organisasi. D. Memajukan organisasi. HAK : A. Hak suara dalam rapat organisasi. B. Hak memilih dan dipilih, menjadi Pengurus PMI. C. Mendapatkan informasi tentang organisasi. D. Mendapatkan kesempatan pendidikan dan latihan Kepalangmerahan. E. Ikut aktif dalam Korps Sukarela. F. Mendapatkan kesempatan begotongroyong, dan saling menolong antara anggota PMI. G. Menikmati kepuasan batin sebagai insan yang memperhatikan nasib sesama. KETERANGAN : Anggota PMI adalah kekuatan inti organisasi. Anggota PMI adalah potensi sumberdaya dan dana organisasi. Anggota PMI pada suatu saat dapat menjadi Pengurus PMI dengan status keanggotaannya yang tetap. ANGGOTA BIASA DIHARAPKAN AKTIF DALAM TSR MAUPUN KSR SESUAI DENGAN MINAT DAN KONDISINYA. TSR (TENAGA SUKARELA), KSR (KORPS SUKARELA) 1. Setiap anggota biasa perhimpunan PMI pada dasarnya adalah tenaga sukarela ( TSR ) yang menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran dan dana, baik secara keseluruhan maupun bagian bagiannya untuk tugas kemanusiaan. 2. KSR adalah kesatuan atau unit didalam perhimpunan PMI yang beranggotakan pribadi anggota biasa perhimpunan PMI yang menyatakan diri menjadi KSR PMI. 3. Fungsi TSR dan KSR : A. Fungsi TSR PMI adalah sebagai tenaga pelaksana perhimpunan PMI dalam melaksanakan tugas kemanusiaan. B. Dalam menjalankan fungsinya, TSR PMI dan KSR PMI berstatus sebagai tenaga sukarela. C. Sebagai kesatuan maupun sebagai pribadi sukarelawan TSR PMI dan KSR PMI wajib mengikuti tata aturan dan ketentuan yang ditetapkan. 4. Tugas operasional : A. Tugas TSR / KSR PMI adalah melaksanakan pertolongan / bantuan secara pribadi atau secara berkelompok yang terarah.

B. Setiap KSR dapat bertugas membantu tugas KSR dalam bidang bidang tertentu. 3. ANGGOTA KEHORMATAN PMI. Wanita Pria tanpa batas usia. Telah berbuat jasa bagi PMI dan diusulkan oleh Pengurus untuk diangkat. Bersedia diangkat menjadi Anggota Kehormatan.

KEWAJIBAN : A. Menjaga nama baik organisasi. B. Memberi perhatian terhadap PMI. HAK : A. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus PMI. B. Mengikuti perkembangan organisasi. C. Ikut mengembangkan dan memajukan PMI dengan menyampaikan saran kepada Pengurus. KETERANGAN : Anggota Kehormatan PMI merupakan tanda Penghargaan bagi seseorang karena jasa jasanya dalam menyumbangkan pikiran, tenaga maupun dana yang luar biasa ( ekstra ordiner ). Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dapat mengusulkan seseorang untuk diangkat menjadi Anggota Kehormatan dengan alasan yang sangat kuat. Pengurus Pusat mengeluarkan Surat Keputusan Pengangkatan Anggota

TOKOH-TOKOH PALANG MERAH FLORENCE NIGHTINGANLE (Ibu Perawat Sedunia) Florence Nightinganle adalah anak dari seorang bangsawan Willian Edward Shore dan isterinya bernama Frances Smith berkebangsaan inggris, lahir tanggal 12 Mei 1920 di Kota Florence Italia. Walaupun berasal dari keluarga bangsawan ia lebih suka bergaul dengan anak-anak rakyat biasa dan suka menolong orang-orang yang tengah berada dalam kesulitan. Didorong oleh kepribadiannya itulah, maka ia memillih pendidikan pada sekolah perawat dan bukan sekolah yang khusus disediakan untuk para bangsawan, perawat masih dianggap pekerjaan yang hina Pada saat ia mengabdi sebagai perawat di rumah sakit ia mendengar betapa hebatnya penderitaan prajurit di medan perang Krim, berita itu langsung menyentuh hatinya, ia menetapkan untuk pergi ke medan perang untuk merawat prajurit yang terluka. Pada tanggal 1 Oktober 1854, dengan menumpang kapal laut ia berangkat menuju laut hitam, dan tiba di Scutary. Di Rumah Sakit Scutary inilah ia bersama teman-temannya membantu prajurit yang luka dan sakit walaupun dalam keadaan serba kekurangan. Florence menjalankan tugasnya 24 jam sehari dengan istirahat sebisanya, pada malam hari ia selalu berkeliling memeriksa pasien dengan menenteng lentera ditangannya sehingga ia dikenal dengan julukan Lady of the Lamp. Florence yang setiap saat berada dalam suasana prihatin, ia tidak membiarkan satu orang prajuritpun menghembuskan nafas terakhir tanpa ia saksikan sendiri. Akhirnya

peperangan dapat diselesaikan setelah berlangsung lebih dari dua tahun, bulan Juli 1856 angkatan perang Inggris akan ditarik kembali, tetapi Florence belum mau ikut pulang sebelum Rumah Sakit benar-benar kosong dari penderita.Sebagai pahlawan kemanusiaan Florence mendapat berbagai penghargaan dari pemerintah Inggris. Florence meninggal pada tanggal 13 Agustus 1910. JEAN HENRY DUNANT (Bapak Palang Merah Sedunia) Jean Henry Dunant lahir pada hari Kamis tanggal 8 Mei 1826, di Ridverdine Genewa Swiss. Ayahnya berna aJean Jacques Dunant seorang anggota Dewan Republik Swiss dan Ibunya bernama Anne Antoniette Colladone keturunan bangsawan Perancis.Terpengaruh oleh pekerjaan ayahnya sebagai ketua yayasan yatim piatu, Henry Dunant memiliki dasar-dasat kepribadian yang halus dan senantiasa menolong mereka yang menderita. Pada usia 18 tahun ia mengikuti Young Men Criton Assocacosution di Perancis sebuah perhimpunan yang bertujuan meringankan penderitaan sesama manusia. Di Alzazair Henry Dunant membangun usaha perkebunan dan penggilingan gandum, tetapi pada usia 30 tahun, ia dihadapkan pada cobaan dimana usahanya mulai mengalami kesulitan dana. Kesulitan lain yang dialami Dunant ialah karena ia bukan warga Negara Perancis, maka ia tidak begitu saja memperoleh konsensi atas penggunaan air bagi penggilingan gandumnya. Untuk itu, bagi Dunant tidak ada jalan lain kecuali berusaha menemui Napoleon III, yang kebetulan sedang berada di daerah Italia Utara untuk memimpin perang menghadapi Austria.Dengan tekad bulat ia berangkat ke Itali mengikuti angkatan perang Perancis dengan maksud akan lebih mudah bertemu dengan Napoleon III. Namun apa yang dialami Dunant bukannya bertemu dengan Napoleon III untuk kepentingan bisnisnya tetapi ia terperangkap dalam wilayah pertempuran Perancis Sardinia di Solferino. Dengan mengesampingkan bisnisnya, Dunant bersama masyarakat setempat melakukan berbagai usaha untuk membantu prajurit yang luka dan sakit. Sepulangnya dari Solferino ia mulai menulis buku, dan buku ini diterbitkan bulan November 1862 yang diberi judul Un Souvenir de Solferino atau kenang-kenangan di bukit Solferino. Buku ini tidak hanya memuat tentang betapa hebatnya pertempuran dan penderitaan prajurit kedua pihak yang berperang dan tentang pengalaman Dunant sendiri, tetapi yang lebih penting dari itu adalah ide Henry Dunant yang menyatakan perlunya organisasi-organisasi sukarela yang bersifat internasional dan bebas untuk melakukan kegiatan pemberian bantuan bagi prajurit yang luka dan sakit di medan pertempuran tanpa adanya diskriminasi. Dalam proses perkembangannya setelah terbentuknya perhimpunan-perhimpunan Palang Merah nama Jean Henry Dunant semakin populer dan mendapat sanjungan dimana-mana. Tetapi sebaliknya bisnis yang ia jalankan hancur dan mengalami

kebangkrutan usaha. Rumahnya terjual dan harta miliknya baik di Swiss maupun di luar negeri habis. Hancurnya bisnis dan habisnya harta Dunant justru karena kegiatannya di bidang kemanusiaan. Henry Dunant mengalami penderitaan demi penderitaan. Pada tahun 1867 Napoleon III mengadakan pameran besar di Paris. Dalam rangka pameran tersebut Henry Dunant menerima penghargaan berupa medali emas, dan Dunant diangkat oleh beberapa Negara di Eropa sebagai Ketua Palang Merah. Tahun 1901 Henry Dunant mendapat hadiah Nobel untuk perdamaian dunia. Dunant meninggal dalam usia 82 tahun, pada hari minggu tanggal 30 Oktober 1910 di Desa Appernzeller Heiden dan dimakamkan di Zurich. RIWAYAT HIDUP ANGGOTA KOMITE LIMA 1. Henry Dufour Henry Dufour pertama kali memasuki dinas kestentaraan yang akan dijalani seumur hidupnya pada tahun 1810, direkrut sebagai tentara Perancis Lima tahun sebelum Napoleon mangalami kekalahan di Waterloo. Dufour lahir di Costance pada tahun 1787. Ia mengalami luka pada tahun 1813 dan diobati di sebuah tahanan militer Inggris. Insinyur Sipil lulusan Encole Polytechnique Paris ini menghabiskan waktunya untuk membangun rel kereta api, jembatan dan perumahan.Swiss pada waktu itu belum membentuk konfederasi dan Dufour memainkan peran kunci dalam kampanye tentara Swiss untuk berjuang bagi sebuah negara bersatu. Pada tahun 1830, ia mengajukan khusus bagi bendera federal yang kemudian menjadi bendera negara tersebut dan sangat terkenal, Palang putih diatas dasar merah. Dufour, seorang Jendral menjadi kepala Staff tentara Swiss pada saat huru-hara seperti revolusi, perang kemerdekaan dan guncangan akibat pergantian rezim yang terjadi di seluruh Eropa. Namun ia adalah politisi yang sangat dihirmati. Pada awal tahun 1860an ia bertemu Henry Dunant dan membantunya untuk mendirikan Palang Merah. 2. Gustave Moynier Gustave Moynier sangat tertarik dengan bukunya Henrdy Dunant, A Memory of Solferino. Dua orang tersebut bertemu dan gabungkan gagasan. Mereka memainkan peran penting dalam pembentukan palang Merah.Moynier lahir pada tahun 1928, lulusan Sarjana Hukum di Jenewa dan Perancis. Menjadi seorang Pilantropis dan pembela hak-hak kemanusiaan dan sosial. Beliau menjadi Presiden dari ICRC sejak awal berdiri selama 46 tahun. Moynier dianggap sebagai arsitek utama organisasi. Pada tahun 1873, Moynier membantu pembentukan Institute of International Law di Jenewa yang kemudian dianggap sebagai tokoh pembela hak azasi manusia. Moynier sadar akan kabutuhan prioritas penyebaran makna hak azasi manusia secara luas. 3. Dr. Theodore Mounoir Dr. Theodore Mounoir, seorang pendiri dan anggota Gerakan Palang Merah. Lahir di Jenewa pada tahu 1806 dan belajar kedokteran di Inggris dan Perancis. Dia menjadi

ahli bedah dan anggota dari Dewan Kesehatan pada Komisi Kesehatan Lingkungan dan Kebersihan Masyarakat Jenewa. Talleyrand seorang Diplomat terkenal melihat bakat Mounoir dalam dunia diplomasi namun gagal membujuknya karena ia lebih memilih kedokteran. Mounoir adalah teman Louis Appia, seorang pendiri Palang Merah seperti dirinya. Buku Sejarah ICRC From Solferino to Tushima karya Pierre Boissier menggambarkan Mounoir sebagai seorang yang memiliki kualitas tinggi. Selain cerdas dia juga tampan, dan isi surat-suratnya mencerminkan ia mempunyai rasa humor yang tinggi. Pemikirannya yang jelas dan akurat sangat membantu Dunant, Dufour, Moynier, dan Appia untuk mendirikan sebuah organisasi yang kemudian menjadi sebuah gerakan sukarela terbesar di dunia. Sampai dengan kematiannya pada tahu 1819, ia selalu disosialisasikan dengan ICRC. 4. Dr. Louis Appia Dr. Louis Appia, Lahir pada tahun 1818 di Frankfurt dan memperoleh gelar Dokter di Heidelberg pada tahun 1843. Appia menaruh minat khusus pada perkembangan teknik bedah terhadap korban perang.Pada tahun 1859, pada suatu konflik, Appia memobilisasi sumber daya dan bantuan dana untuk menolong mereka yang terluka dan beliau sendiri bekerja di rumah sakit lapangan. Kerja sukarela untuk misi-misi seperti itu adalah bagian penting dari hidupnya. Dua tahun kemudian Appia diangkat sebagai Medical Society di Jenewa. Kamudian pada tahun 1863 beliau diminta untuk bekerja didalam sebuah komisi yang membahas gagasan Henry Dunant bagi peningkatan kondisi tentara tentara yang terluka di medan perang. Komisi ini kemudian menjadi ICRC. Pada bulan Oktober 1863, Appia menyarankan agar para sukarelawan di zona perang seharusnya memakai pita lengan putih untuk mengidentifikasi mereka. Jendral Dufour kemudian menyarankan agar semua tanda pita lengan Palang Merah saja yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai