Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan salah satu indicator ketenagakerjaan.

TPAK mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah pada periode waktu tertentu. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan rasio antara penduduk yang termasuk angkatan kerja (bekerja atau mencari pekerjaan) dengan total penduduk usia kerja. Data TPAK ini sangat penting untuk peramalan struktur dan keadaan angkatan kerja di masa yang akan datang. dalam pembangunan nasional, perencanaan pembangunan di bidang ketenagakerjaan ditekankan pada tiga masalah pokok, yaitu : perluasan lapangan kerja, peningkatan kualitas dan kemampuan tenaga kerja, serta perlindungan tenaga kerja. Semakin akurat data peramalan TPAK, semakin baik pula perencanaan yang dihasilkan. Manfaat dari TPAK ada dua yaitu: pertama, untuk menyusun perkiraan penduduk dengan menggunakan model demografi. Kedua, Unuk menyusun

perkiraan TPAK berdasarkan kenyataan masa lampu dan kecendrungan masa depan. Dengan mengetahui TPAK dan jumlah penduduk dalam usia kerja maka angkatan kerja dapat diketahui. Menurut teori Human Capital, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat produktivitas. Jadi,bukan hanya Tingkat Partisipasi angkatan Kerja (TPAK) yang perlu diperhatikan akan tetapi bagaimana meningkatkan partisipasi yang disertai dengan kualitas pekerja. Lalu sousi yang harus kita cari adalah bagaiamana menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja disertai dengan kualiatas para pekerja tersebut untuk kesejahteraan pekerja?.

Rumusan Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sumber daya manusia. Pendidikan juga menjadi indikator kemajuan suatu wilayah, khususnya dalam pembangunan sosial. Semakin banyak penduduk yang mempunyai pendidikan yang tinggi diharapkan pertumbahan pembangunan sosial dan ekonomi dapat meningkat pula.
Pendidikan angkatan kerja pada umumnya mengalami kemajuan selama periode 1986 2005, hal ini ditandai dengan meningkatnya mereka yang berpendidikan SLTP ke atas, sementara mereka yang berpendidikan SD lebih rendah.

Di tingkat pendidikan SLTP dan SLTA selama periode 1986 - 2005 kenaikannya 2 kali lebih banyak dibanding sebelumnya yaitu dari 8,5 persen pada tahun 1986 menjadi 20,1 persen pada tahun 2005 di tingkat SLTP, dan dari 9,2 persen menjadi 20,6 persen di tingkat SLTA. Sementara pendidikan pada tingkat perguruan tinggi jumlahnya masih sedikit (5,5 persen) pada umumnya belum menunjukkan kenaikan yang cukup berarti setiap tahunnya.

Program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah belumsepenuhnya terealisasi. Hal ini dapat dilihat bahwa angkatan kerja yang berpendidikan SD ke bawah persentasenya masih tetap cukup tinggi walaupun ada kecenderungan penurunannya. Peningkatan kualitas angkatan kerja juga ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja berpendidikan tinggi terutama perguruan tinggidengan pertambahan rata-rata 3,35 persen per tahun.

Persentase pendidikan perempuan di tingkat Sekolah Dasar dan di bawahnya lebih tinggi dibanding laki-laki dan di tingkat SLTP dan SLTA persentase pendidikan perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perempuan masih lebih rendah di banding laki-laki. Tetapi di tingkat perguruan tinggi persentase pendidikan laki-laki dan perempuan hampir sebanding.

Dari data diatas meskipun tren tingkat presentase angkatan kerja menurut pendidikan menglami kenaikan tetapi dirasa masih belum memuaskan karena peningkatan yang signifikan masih pada tingkat pendidikan SD dan SMP.

Seiring dengan kemajuan dan tuntutan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan yang lebih tinggi makan sangatlah penting untuk bagamana meningkatkat pendidikan serta mutunya. Jadi, solusi dari permasalahan tersebut adalah bagaimana menemukan cara atau strategi meningkatkan tingkat pendidikan serta mutu pendidikan bagi angkatan kerja agar dapat meningkatkan produktifitas serta kesejahteraan.

Kesimpulan Menurut teori Human Capital, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat produktivitas. Maka perlu: 1. Adanya standar tingkat pendidikan untuk dapat memacu calon tenaga kerja untuk meningkatkan tingkat pendidikannya. 2. Adanya pelatihan bagi tenaga kerja yang sudah bekerja. 3. Pemerintah hendaknya menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih banyak untuk meningkatkan kualitas pekerja seperti mendirikan Badan Latihan Kerja (BLK) 4. Diharapkan bukan hanya tingkat partisipasi angkatan kerja yang tinggi akan tetapi juga dibarengi dengan mutu dan tingkat pendidikan agar saling mengungtungkan, pengusaha mendapatkan produktifitas yang tinggi dan pekerja dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Anda mungkin juga menyukai