Contoh Senyawa Alkana, sikoalkana, dan aromatis Tioalkana (R S R), alkanatiol (R S H) Asam karbosilikat (R COOH)
Senyawa belerang
Senyawa oksigen
Senyawa nitrogen
Pirol (C4H5N)
1
Organologam
<0,01
dari
1. Primary Processing
Proses tahap pertama adalah proses distilasi bertingkat. Distilasi bertingkat, merupakan proses distilasi yang dilakukan berulang kali, untuk mendapatkan berbagai macam fraksi yang berbeda titik didihnya. Fraksi-fraksi hasil distilasi bertingkat minyak bumi adalah sebagai berikut. a. Fraksi pertama adalah elpiji. Elpiji merupakan gas yang dicairkan atau biasa disebut LPG (Liquid Pretoleum Gas). Kegunaan dari LPG adalah sebagai bahan bakar kompor gas, mobil dengan BBG (Bahan Bakar Gas), atau diolah menjadi bahan kimia lain. b. Fraksi kedua adalah gas bumi atau dikenal dengan nama nafta. Nafta tidak dapat langsung dipakai, namun diolah dahulu menjadi bensin atau bahan petrokimia lain. c. Fraksi ketiga adalah kerosin atau minyak tanah dan avtur yang digunakan sebagai bahan bakar pesawat jet. d. Fraksi keempat adalah solar. Solar biasa dipakai sebagai bahan mesin diesel. e. Fraksi kelima merupakan residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang. Residu ini dapat diolah ke dalam tahap selanjutnya menjadi senyawa karbon lain, aspal, dan lilin.
2. Secondary Processing
Proses tahap kedua ini merupakan proses lanjutan dari primary processing. Proses-proses yang terjadi pada tahap kedua ini meliputi sebagai berikut. a. Cracking (Perengkahan). Tujuan dari proses cracking adalah untuk mengubah struktur kimiawi senyawa-senyawa
hidrokarbon. Terdapat beberapa proses dalam cracking, yaitu: 1) Perengkahan / pemecahan rantai 2) Alkilasi (pembentukan alkil) 3) Polimerisasi / penggabungan rantai karbon
3
4) Reformasi / perubahan struktur 5) Isomerisasi (perubahan isomer) b. Proses ekstrasi, yaitu pembersihan produk dengan
menggunakan pelarut. c. Kristalisasi, merupakan proses pemisahan fraksi melalui perbedaan titik cairnya. Comtohnya, pemurnian solar dengan proses pendinginan, penekanan, dan penyaringan hingga diperoleh produk lilin. d. Treating atau pembersihan dari kontaminasi. Pembersihan ini dilakukan untuk mengantisipasi bila pada primary processing terjadi kontaminasi oleh kotoran. Pembersihan dilakukan dengan cara menambahkan soda kaustik (NaOH) atau tanah liat atau melalui proses hidrogenasi.
Hasil yang diperoleh dari tahap kedua, dikelompokkan berdasarkan jumlah atom C pada rantai karbon senyawa hidrokarbon dan titik didihnya. Berikut ini adalah table fraksi hidrokarbon hasil penyulingan minyak bumi tahap kedua. Fraksi Jumlah Atom C Gas C1 C4 C5 C6 C6 C12 C9 C14 Titik Didih (oC) -160 s.d. -30 30 90 70 140 140 180 180 250 Bahan bakar, sumber hydrogen Petroleum eter Pelarut Bahan bakar Zat aditif bensin Bensin (gasoline) C5 C12 Nafta (bensin berat) Minyak tanah, avtur C12 C18 C18 C22 C22 C25 270 350 Bahan bakar rumah tangga, mesin jet Solar, minyak diesel Pelumas Minyak bakar 350 ke atas 350 ke atas Bahan bakar diesel, industry Pelumas Bahan bakar
4
Kegunaan
Industri Parafin / lilin Aspal C20 ke atas C25 ke atas 350 ke atas 350 ke atas Penerangan Pelapis jalan raya
D. Kualitas Bensin
Bensin atau sering disebut gasoline / premium terdiri campuran isomer heptana (C7H16) dan oktana (C8H18). Bensin merupakan salah satu fraksi minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar mesin dan kendaraan bermotor. Sebenarnya, fraksi bensin dalam minyak tanah relatif sedikit. Oleh karena itu, pada pengolahan minyak bumi dilakukan proses cracking. Proses cracking adalah proses pemutusan rantai panjang hidrokarbon. Caranya, dengan memanaskan minyak bumi pada suhu 800oC agar fraksi berantai panjang yang kurang komersial pecah menjadi fraksi bensin yang mempunyai rantai ikatan lebih pendek. Mutu bahan bakar bensin ditentukan oleh jumlah ketukan (knocking) yang ditimbulkan. Jumlah ketukan dinyatakan dengan nilai oktan. Semakin tinggi mutu bensin, berarti jumlah ketukan semakin sedikit, dan nilai oktannya semakin tinggi. Sebagai pembanding dalam penentuan bilangan oktan pada bensin digunakan nilai n heptana dan isooktana. Kedua senyawa ini merupakan sebagian senyawa yang terdapat dalam bensin. Isooktana memberikan ketukan paling sedikit, diberi nilai oktan 100. n heptana menghasilkan ketukan ketukan paling sedikit, diberi nilai 0. Suatu campuran yang terdiri dari 80% isooktana dan 20% n heptana mempunyai nilai oktan sebesar : (0,08 x 100 + 0,20 x 0) = 80 Salah satu jenis bensin, misalnya premix, mempunyai nilai oktan 94. Ini berarti, mutu premix setara dengan campuran 94% isooktana dan 6% n heptana. Hal ini bukan berarti dalam premix hanya terdiri dari 94% isooktana dan 6% n heptana. Namun, mutu premix atau jumlah ketukan yang dihasilkan setara dengan campuran 94% isooktana dan 6% n heptana. Premium mempunyai nilai oktan antara 80 85, sedangkan super- TT nilai oktannya sekitar 98. Bensin yang digunakan sebagai bahan bakar motor, diperoleh langsung dari hasil penyulingan minyak bumi. Pada umumnya bensin menimbulkan banyak ketukan. Hal ini terjadi karena sebagian besar bensin yang merupakan hasil penyulingan terdiri dari alkana rantai lurus.
Bensin yang berantai hidrokarbon lurus kualitasnya kurang baik karena mengakibatkan penyalakan / knocking pada mesin sehingga mesin cepat rusak. Namun, knocking ini dapat dikurangi dengan menambahkan TEL (Tetra Ethyl Lead), yaitu Pb(C2H5)4. Penambahan 2 3 mL TEL ke dalam 1 galon bensin, dapat menaikkan nilai oktan 15 poin. Kekurangan dari penambahan TEL ini adalah dalam pembakaran bensin akan menghasilkan oksida timah hitam yang keluar bersama asap knalpot dan menempel pada mesin. Untuk mengantisipasinya, maka ke dalam bensin bertimbal ini dicampurkan 1,2 dibromo etana sehingga endapan PbO dalam mesin tidak terjadi. Rumus struktur dari TEL dan MTBE sebagai berikut. C2H5 | C2H5 Pb C2H5
`
| C2H5
C8H18 + 17/2 O2 8CO + 9H2O Bila gas O2 yang tersedia cukup, maka reaksi tersebut akan berjalan sempurna. Namun jika tidak, maka akan terjadi pembakaran tidak sempurna yang menghasilkan gas CO. gas CO dapat berikatan dengan hemoglobin, yang seharusnya berfungsi mengikat O2. Namun karena kemampuan CO untuk mengikat tersebut lebih kuat, maka Hb yang telah berikatan dengan CO menjadi HbCO tidak bisa lagi mengikat O 2. Akibatnya tubuh akan kekurangan O2. Ambang batas CO di udara adalah < 100 ppm. Udara dengan kadar CO > 100 ppm menyebabkan sakit kepala dan cepat lelah. Adapun pada kadar CO > 750 ppm dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu, jangan menyalakan mesin di ruang tertutup. Pembakaran bensin yang mengandung belerang secara terus-menerus dan oksida belerang yang dilepas ke udara dalam jumlah banyak akan menimbulkan hujan asam. Selain itu, CO2 yang terlalu banyak di udara akan menyebabkan peningkatan suhu bumi (green house effect).
Kegunaan lain yang tak kalah penting adalah sebagai bahan baku produkproduk industry yang memakai bahan baku hidrokarbon (petrokimia) misalnya plastik, karet sintets, minyak pelumas, vaselin, dan lilin.