Anda di halaman 1dari 8

A.

Proses Pembentukan Minyak Bumi


Minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan fosil tumbuhan dan hewan purba yang tertimbun dan mengendap berjuta-juta tahun yang lalu. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan ini tertimbun endapan lumpur, pasir, dan zat lain, serta mendapat tekanan dari panas bumi secara alami. Bersamaan proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa minyak bumi yang terkumpul dalam pori-pori batu kapur / batu pasir. Dengan adanya gaya kapiler, minyak bumi bergerak perlahan-lahan ke atas. Jika gerakan ini terhalang batuan yang tidak berpori, maka terjadi akumulasi minyak dalam batuan. Inilah sebabnya mengapa minyak bumi disebut petroleum (petrus = batu, oleum = minyak). Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut antiklinal atau cekungan. Di dalam cekungan ini, lapisan paling bawah berupa air. Lapisan di atasnya adalah minyak bumi, dan rongga di atas minyak bumi berisi gas alam. Jika akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak (cukup menguntungkan secara komersial), minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran.

B. Komponen-Komponen Minyak Bumi


Minyak bumi merupakan campuran kompleks yang sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon. Hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi sebagian besar tersusun atas senyawa alkana (hidrokarbon jenuh), sedikit alkena, alkuna, dan alkadiena (hidrokarbon tidak jenuh).

Jenis Senyawa Hidrokarbon

Persentase (%) 90 99 0,1 7 0,06 0,4 0,01 0,9

Contoh Senyawa Alkana, sikoalkana, dan aromatis Tioalkana (R S R), alkanatiol (R S H) Asam karbosilikat (R COOH)

Senyawa belerang

Senyawa oksigen

Senyawa nitrogen

Pirol (C4H5N)
1

Organologam

<0,01

Senyawa-senyawa logam Ni dan V

dari

C. Proses Pengolahan Minyak Bumi


Ditinjau dari proses terbentuknya, maka minyak bumi berada kurang lebih 3 4 km dari bawah permukaan bumi. Untuk memeroleh minyak bumi, dilakukan dengan cara pengeboran. Hasilnya berupa minyak mentah yang belum dapat digunakan, sehingga harus diolah lebih lanjut. Minyak mentah dipisahkan menjadi sejumlah fraksi-fraksi melalui proses distilasi / penyulingan bertingkat. Pemisahan minyak mentah ke dalam komponen-komponen murni (senyawa tunggal) tidak mungkin dapat dilakukan. Selain tidak praktis, juga terlalu banyak senyawa-senyawa yang ada dalam minyak bumi. Alasan yang lain karena senyawa hidrokarbon mempunyai isomer yang titik didihnya berdekatan. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari distilasi minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang mendidih pada trayek suhu tertentu. Distalasi ini dilakukan dalam menara distilasi yang terdapat pelat-pelat dengan jarak tertentu dan merupakan sejumlah sungkup udara (bubble caps). Proses di dalam menara ini diawali dengan memompakan minyak mentah yang telah dipanaskan sampai suhu 340oC ke menara distilasi. Di dalam menara ini sebagian minyak mentah akan menguap dan bergerak melalui bubble caps, sebagian uap mencair dan mengalir melalui pelat sehingga terpisah dari fraksi lain. Uap yang tidak mencair terus naik ke atas dan akan mencair sedikit demi sedikit sesuai titik didihnya, sampai akhirnya diperoleh fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan titik didihnya, dalam fraksi-fraksi gas. Petroleum eter, bensin, nafta, kerosin, dan solar merupakan kelompok distilat (cairan hasil distilasi), sedangkan minyak pelumas, vaselin, lilin, dan aspal merupaka residu (padatan sisa distilasi). Fraksi-fraksi minyak bumi tersebut diperoleh melalui pengolahan minyak bumi. Pengolahan ini dilakukan pada kilang minyak melalui dua tahap. Tahap pertama pengolahan dikenal dengan nama primary processing. Proses melakukan dengan cara distilasi bertingkat. Adapun pengolahan tahap kedua dinamakan secondary processing. Proses ini dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut.

1. Primary Processing
Proses tahap pertama adalah proses distilasi bertingkat. Distilasi bertingkat, merupakan proses distilasi yang dilakukan berulang kali, untuk mendapatkan berbagai macam fraksi yang berbeda titik didihnya. Fraksi-fraksi hasil distilasi bertingkat minyak bumi adalah sebagai berikut. a. Fraksi pertama adalah elpiji. Elpiji merupakan gas yang dicairkan atau biasa disebut LPG (Liquid Pretoleum Gas). Kegunaan dari LPG adalah sebagai bahan bakar kompor gas, mobil dengan BBG (Bahan Bakar Gas), atau diolah menjadi bahan kimia lain. b. Fraksi kedua adalah gas bumi atau dikenal dengan nama nafta. Nafta tidak dapat langsung dipakai, namun diolah dahulu menjadi bensin atau bahan petrokimia lain. c. Fraksi ketiga adalah kerosin atau minyak tanah dan avtur yang digunakan sebagai bahan bakar pesawat jet. d. Fraksi keempat adalah solar. Solar biasa dipakai sebagai bahan mesin diesel. e. Fraksi kelima merupakan residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang. Residu ini dapat diolah ke dalam tahap selanjutnya menjadi senyawa karbon lain, aspal, dan lilin.

2. Secondary Processing
Proses tahap kedua ini merupakan proses lanjutan dari primary processing. Proses-proses yang terjadi pada tahap kedua ini meliputi sebagai berikut. a. Cracking (Perengkahan). Tujuan dari proses cracking adalah untuk mengubah struktur kimiawi senyawa-senyawa

hidrokarbon. Terdapat beberapa proses dalam cracking, yaitu: 1) Perengkahan / pemecahan rantai 2) Alkilasi (pembentukan alkil) 3) Polimerisasi / penggabungan rantai karbon
3

4) Reformasi / perubahan struktur 5) Isomerisasi (perubahan isomer) b. Proses ekstrasi, yaitu pembersihan produk dengan

menggunakan pelarut. c. Kristalisasi, merupakan proses pemisahan fraksi melalui perbedaan titik cairnya. Comtohnya, pemurnian solar dengan proses pendinginan, penekanan, dan penyaringan hingga diperoleh produk lilin. d. Treating atau pembersihan dari kontaminasi. Pembersihan ini dilakukan untuk mengantisipasi bila pada primary processing terjadi kontaminasi oleh kotoran. Pembersihan dilakukan dengan cara menambahkan soda kaustik (NaOH) atau tanah liat atau melalui proses hidrogenasi.

Hasil yang diperoleh dari tahap kedua, dikelompokkan berdasarkan jumlah atom C pada rantai karbon senyawa hidrokarbon dan titik didihnya. Berikut ini adalah table fraksi hidrokarbon hasil penyulingan minyak bumi tahap kedua. Fraksi Jumlah Atom C Gas C1 C4 C5 C6 C6 C12 C9 C14 Titik Didih (oC) -160 s.d. -30 30 90 70 140 140 180 180 250 Bahan bakar, sumber hydrogen Petroleum eter Pelarut Bahan bakar Zat aditif bensin Bensin (gasoline) C5 C12 Nafta (bensin berat) Minyak tanah, avtur C12 C18 C18 C22 C22 C25 270 350 Bahan bakar rumah tangga, mesin jet Solar, minyak diesel Pelumas Minyak bakar 350 ke atas 350 ke atas Bahan bakar diesel, industry Pelumas Bahan bakar
4

Kegunaan

Industri Parafin / lilin Aspal C20 ke atas C25 ke atas 350 ke atas 350 ke atas Penerangan Pelapis jalan raya

D. Kualitas Bensin
Bensin atau sering disebut gasoline / premium terdiri campuran isomer heptana (C7H16) dan oktana (C8H18). Bensin merupakan salah satu fraksi minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar mesin dan kendaraan bermotor. Sebenarnya, fraksi bensin dalam minyak tanah relatif sedikit. Oleh karena itu, pada pengolahan minyak bumi dilakukan proses cracking. Proses cracking adalah proses pemutusan rantai panjang hidrokarbon. Caranya, dengan memanaskan minyak bumi pada suhu 800oC agar fraksi berantai panjang yang kurang komersial pecah menjadi fraksi bensin yang mempunyai rantai ikatan lebih pendek. Mutu bahan bakar bensin ditentukan oleh jumlah ketukan (knocking) yang ditimbulkan. Jumlah ketukan dinyatakan dengan nilai oktan. Semakin tinggi mutu bensin, berarti jumlah ketukan semakin sedikit, dan nilai oktannya semakin tinggi. Sebagai pembanding dalam penentuan bilangan oktan pada bensin digunakan nilai n heptana dan isooktana. Kedua senyawa ini merupakan sebagian senyawa yang terdapat dalam bensin. Isooktana memberikan ketukan paling sedikit, diberi nilai oktan 100. n heptana menghasilkan ketukan ketukan paling sedikit, diberi nilai 0. Suatu campuran yang terdiri dari 80% isooktana dan 20% n heptana mempunyai nilai oktan sebesar : (0,08 x 100 + 0,20 x 0) = 80 Salah satu jenis bensin, misalnya premix, mempunyai nilai oktan 94. Ini berarti, mutu premix setara dengan campuran 94% isooktana dan 6% n heptana. Hal ini bukan berarti dalam premix hanya terdiri dari 94% isooktana dan 6% n heptana. Namun, mutu premix atau jumlah ketukan yang dihasilkan setara dengan campuran 94% isooktana dan 6% n heptana. Premium mempunyai nilai oktan antara 80 85, sedangkan super- TT nilai oktannya sekitar 98. Bensin yang digunakan sebagai bahan bakar motor, diperoleh langsung dari hasil penyulingan minyak bumi. Pada umumnya bensin menimbulkan banyak ketukan. Hal ini terjadi karena sebagian besar bensin yang merupakan hasil penyulingan terdiri dari alkana rantai lurus.

Bensin yang berantai hidrokarbon lurus kualitasnya kurang baik karena mengakibatkan penyalakan / knocking pada mesin sehingga mesin cepat rusak. Namun, knocking ini dapat dikurangi dengan menambahkan TEL (Tetra Ethyl Lead), yaitu Pb(C2H5)4. Penambahan 2 3 mL TEL ke dalam 1 galon bensin, dapat menaikkan nilai oktan 15 poin. Kekurangan dari penambahan TEL ini adalah dalam pembakaran bensin akan menghasilkan oksida timah hitam yang keluar bersama asap knalpot dan menempel pada mesin. Untuk mengantisipasinya, maka ke dalam bensin bertimbal ini dicampurkan 1,2 dibromo etana sehingga endapan PbO dalam mesin tidak terjadi. Rumus struktur dari TEL dan MTBE sebagai berikut. C2H5 | C2H5 Pb C2H5
`

CH3 | CH3 C O CH3 | CH3 MTBE (metal tersier butil eter)

| C2H5

TEL (Tetra Ethyl Lead)

E. Dampak Pembakaran Bensin Terhadap Lingkungan


Pemakaian TEL pada bensin, selain mampu mempercepat pembakaran bensin, ternyata juga memberikan dampak negatif yaitu menghasilkan partikulat Pb dari knalpot yang mengakibatkan pencemaran udara, mengganggu pernapasan, gigi rapuh, kerusakan tulang belakang, terhambatnya kerja enzim, dan terganggunya pembentukan hemoglobin. Untuk mengganti TEL digunakan MTBE (metal tersier butyl eter). Namun perlu diketahui bahwa memakai timbale atau bukan timbale, bensin tetap merupakan penyebab polusi udara terbesar karena merupakan sumber utama gas CO2. CO2 dihasilkan dari proses pembakaran sempurna. Reaksi pembakaran sempurna tersebut sebagai berikut. 2C8H18 + 25O2 16CO2 + 18H2O Selain itu, pembakaran bensin juga menghasilkan gas CO yang beracun dan dapat berikatan dengan hemoglobin dalam darah, menghalangi ikatan O2 dengan hemoglobin. Reaksinya sebagai berikut.
6

C8H18 + 17/2 O2 8CO + 9H2O Bila gas O2 yang tersedia cukup, maka reaksi tersebut akan berjalan sempurna. Namun jika tidak, maka akan terjadi pembakaran tidak sempurna yang menghasilkan gas CO. gas CO dapat berikatan dengan hemoglobin, yang seharusnya berfungsi mengikat O2. Namun karena kemampuan CO untuk mengikat tersebut lebih kuat, maka Hb yang telah berikatan dengan CO menjadi HbCO tidak bisa lagi mengikat O 2. Akibatnya tubuh akan kekurangan O2. Ambang batas CO di udara adalah < 100 ppm. Udara dengan kadar CO > 100 ppm menyebabkan sakit kepala dan cepat lelah. Adapun pada kadar CO > 750 ppm dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu, jangan menyalakan mesin di ruang tertutup. Pembakaran bensin yang mengandung belerang secara terus-menerus dan oksida belerang yang dilepas ke udara dalam jumlah banyak akan menimbulkan hujan asam. Selain itu, CO2 yang terlalu banyak di udara akan menyebabkan peningkatan suhu bumi (green house effect).

F. Residu Minyak Bumi Dalam Industri Petrokimia


Minyak bumi dan gas alam merupakan senyawa hidrokarbon. Kegunaan terpenting dari senyawa hidrokarbon adalah sebagai bahan bakar, baik bahan bakar minyak (BBM) ataupun bahan bakar gas (BBG). Gas elpiji, bensin, solar, dan minyak tanah adalah fraksi-fraksi dari minyak bumi yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat. Fraksi ringan dari minyak bumi, yang mempunyai atom C antara 5 12, sering difraksionisasi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih sempit. Sebagai contoh adalah nafta yang mempunyai atom C6 C10. Nafta merupakan bahan baku yang digunakan dalam berbagai industry seperti plastic, serat sintetis, karet sintetis, nilon, detergen, pestisida, kosmetik, obat-obatan, dan juga sebagai pelarut. Selain fraksi-fraksi minyak bumi, terdapat residu / padatan minyak bumi yang dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Misalnya aspal untuk pengeras jalan. Ada juga yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar kapal laut.

Kegunaan lain yang tak kalah penting adalah sebagai bahan baku produkproduk industry yang memakai bahan baku hidrokarbon (petrokimia) misalnya plastik, karet sintets, minyak pelumas, vaselin, dan lilin.

Anda mungkin juga menyukai