Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
01)
A. Tujuan Praktikum: - Mempelajari sifat bayangan suatu lensa - Menentukan panjang titik api lensa postif dan lensa negatif A. Pelaksanaan praktikum: a. b. Hari,tanggal : Kamis, 19 April 2007 Tempat: Laboratorium Fisika Dasar UPT MIPA Unram
B. Landasan teori Lensa adalah sistem optik yang dibatasi oleh dua atau lebih permukaan pembias yang mempunyai sumbu persekutuan. Permukaan pembias dapat berupa permukaan cekung atau cembung. Ada dua macam lensa tipis yaitu lensa cembung/lensa positif /lensa konvergen dan lensa cekung/lensa negatif/lensa divergen (Anonim, 2006: 13). Bentuk-bentuk lensa tipis dapat digambarkan sebagai berikut.
Lensa cembung
lensa cekung
Lensa konvergen/lensa positif adalah lensa yang lebih tebal di pusat daripada di sisi dan akan memusatkan suatu berkas sinar sejajar pada titik api nyata. Lensa divergen/lensa negatif adalah lensa yang lebih tipis di pusat daripada di sisi dan akan memancarkan suatu berkas sinar sejajar dari suatu titik api maya (Soedojo, 1986: 99).
Dalam sistem lensa dikenal sumbu utama optik, pusat optik, titik focus dan panjang focus (f) dan bidang fokus. Suatu lensa tipis mempunyai dua titik focus yang berjarak focus (f) di kiri kanan dari pusat optik. Pada percobaan lensa tipis sering digunakan rumus lensa : 1 = 1 + 1 f s s dimana : s = jarak benda s = jarak bayangan (Anonim, 2006: 14). Lensa cembung Lensa cembung adalah lensa yang permukaan lengkungnya menghadap keluar. Lensa cembung juga memiliki bagian tengah yang lebih tebal daripada bagian tepinya. Selain itu lensa cembung ada yang berbentuk bikonveks (lensa cembung dua), plankonveks (cembung datar), dan konkafkonveks (cembung cekung). Lensa cembung bersifat mengumpulkan sinar (konvergen), yaitu sinar sejajar sumbu utama lensa dibiaskan menuju titik fokus lensa.
Pada lensa cembung terdapat tiga sinar istimewa sebagai berikut : a) Sinar datang sejajar sumbu utama lensa, dibiaskan melalui titik fokus.
c) Sinar datang melalui titik pusat optik, tidak dibiaskan melainkan diteruskan.
Lensa Cekung Lensa cekung adalah lensa yang permukaan lengkungnya menghadap
kedalam. Lensa cekung juga dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu lensa cekung dua (bikonkaf), cekung datar (plankonveks), dan cekung cembung (konveks-konkaf). Lensa cekung bersifat menyebarkan sinar (divergen), yaitu sinar sejajar sumbu utama lensa dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus lensa.
a)
b) utama.
c) pembiasan.
Dalam sistem lensa dikenal sumbu utama optik, pusat optik, titik fokus dan panjang fokus dan bidang fokus. Suatu lensa tipis mempunyai dua titik fokus yang berjarak fokus di kiri kanan dari pusat optik (Sutrisno, 1983: 78). C. Alat dan Bahan : 1. Alat Praktikum
Sumber cahaya (lampu) Bangku optik beserta penjepit lensa dan layar. Lensa positif, lensa negatif Mistar 2. Bahan Praktikum Lilin perekat D. Prosedur Percobaan A. Menentukan Panjang Titik Api Lensa Positif. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Meletakan sumber cahaya (benda), lensa positif dan layar secara Mengatur letak lensa positif untuk ukuran yang wajar kemudian catat Menggeser-geserkan letak layar hingga didapat bayangan benda yang Mecatat jarak bayangan dengan lensa (s). Melakukan untuk beberapa kali pengamatam untuk s yang berbeda. Mencatat hasil pengamataan di atas dengan tabel pengamatan. beraturan. jarak benda dengan lensa (s). paling tajam dan jelas.
B. Menentukan Panjang Titik Api Lensa Negatif dengan susunan Lensa Negatif terletak di Belakang Lensa Positif. 1. Melakukan cara titik A.1 sampai A.4, kemudian catat s1 dan s1. 2. Meletakan lensa negatif di antara lensa positif dan layar, serta atur posisi layar hingga didapat gambar yang jelas dan tajam pada layar. 3. Mengukur jarak antara kedua lensa (x) serta jarak bayangan dangan lensa negatif (s2). 4. Mengulangi cara di atas beberapa kali pengamatan untuk s1 yang berlainan. 5. Mencatat hasil pengamatan pada tabel. 6. Untuk menghitung titik api lensa negatif gunakan persamaan :
f2 =
E. Hasil Pengamatan Menentukan fokus lensa positif. s (cm) 20 20 20 20 20 s' (cm) 28,5 28 27 27,5 27,6 f (cm) 11,75 11,67 11,49 11,58 11,60
Menentukan fokus lensa negatif (terletak dibelakang lensa positif) s1(cm) 20 20 20 20 20 s1' (cm) 28,5 28 27 27,5 27,6 s2' (cm) 4 9,5 6,7 5,5 6,5 x (cm) 24 23 26 25,5 24,5 f2 (cm) 36 -10,56 -1,17 -3,14 -5,93
F. Analisis Data Menentukan fokus lensa positif 1 Dik: s1 = 20 cm s1 = 28,5cm dit: f ? jwb: 1/f = 1/s + 1/s
1
menentukan standar deviasi dari lensa positif : 1. Fokus rata-rata, dengan n = 5 f = f1+ f2 + f3 + f4 + f5 5 = 11,75 +11,67 + 11,49+11,58+11,60 5 = 58,09 5 = 11,62 cm 2. (fi -f) = (f1 f)2 + (f2 -f) + (f3 -f) + (f4 -f) + (f5 -f) = (11,75-11,62) + (11,67-11,62) + (11,49-11,62) + (11,58-11,62) + (11,60-11,62)2 = 0,0169+0,0025 +0,0169 +0,0016+0,0004 = 0,038
3. SD =
4.
5.
Ralat =
SD ~ x 100 % f
= 0,75% Menentukan fokus lensa negatif (terletak dibelakang lensa positif) 4 ( x s1 ' ) s 2 ' ( x s1 ' ) + s 2 ' (24 28,5).4 = = 36 cm (24 28,5) + 4 5 Data 4 f = ( x s1 ' ) s 2 ' ( x s1 ' ) + s 2 ' (25,5 27,5).5,5 = (25,5 27,5) + 5,5 = -3,14 cm 2 Data 2 ( x s1 ' ) s 2 ' f = ( x s1 ' ) + s 2 ' (23 28).9,5 = (23 28) + 9,5 = -10,56 cm Data 5 f = ( x s1 ' ) s 2 ' ( x s1 ' ) + s 2 ' (24,4 27,6).6,5 = (24,4 27,6) + 6,5
1 Data 1 f =
= -6,30 cm Data 3
f =
= -1,17cm
~ Jumlah (f - f )2 = 1414,44 ~ (f - f ) 2 SD = n 1414,44 = 16,82 = 5 SD Ralat = ~ x 100% f 16,82 = x 100% 2,96 = 568,22 %
G. Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan serangkaian percobaan untuk mempelajari sifat banyangan suatu lensa dan untuk menentukan panjang titik api (fokus) lensa positif dan lensa negatif . Percobaan pertama yaitu penentuan fokus lensa positif dengan meletakkan sumber cahaya , benda ,lensa positif dan layar sejajar . Letak layar digeser geser untuk mendapatkan bayangan yang paling tajam dan jelas . Sifat bayangan yang terjadi adlah nyata , terbalik , dan diperbesar . Data jarak benda (s) dan jarak bayangan (s) diperoleh , kemudian fokus lensa positif ( f ) dapat dihitung dengan rumus . Berdasarkan perhitungan dan analisis data didapat harga f yang sama disetiap ulangan (5 kali ulangan). f (f rata rata) adalah 11,62 cm . Hal ini berarti benda diletakkan di depan fokus lensa positif yaitu 20 cm. Nilai ralat atau persen kesalahan dari analisis data sekitar 0,75%. Hal ini menunjukkan hasil yang diperoleh cukup akurat . Kemudian percobaan yang kedua yaitu penentuan fokus lensa negatif dengan meletakkan lensa negatif di belakang lensa positif agar terbentuk bayangan yang nyata dan tampak di layar. Lensa negatif menghasilkan bayangan maya , tegak , diperkecil. Namun karena terdapat lensa positif di depan lensa negatif , bayangan yang terbentuk yaitu nyata , terbalik , diperkecil atau hampir sama besar dengan benda . Setelah lensa negatif diletakkan di belakang lensa positif , posisi layar dan lensa negatif diubah ubah . Data v dan diperoleh . Kemudian fokus lensa negatif dihitung dengan rumus , sehingga harga f dari 5 kali ulangan diketahui . Ternyata harga f yang diperoleh berbeda beda dan tidak sesuai dengan teori yang ada . Seharusnya fokus lensa negatif berharga negatif , tetapi f yang diperoleh dari analisis data bernilai positif f=2,96 cm . Hal ini merupakan data eror yang disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam menentukan jarak layar dan ketajaman bayangan . Sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai teori .
H. Kesimpulan 1. jika pada lensa positif : s = 2f maka bayangan sama besar dengan benda. s > 2f maka bayangan diperkecil f<s<2f maka bayangan diperbesar s < 2f maka bayangan maya s=f maka bayangannya sangat jauh (~) 2. pada lensa cekung, benda yang diletakkan di depan lensa cekung, bayangannya tidak mungkin nyata, selalu maya dan diperkecil. 3. ketidaksamaan fokus lensa dikarenakan perbedaan tanggapan terhadap jelas tidaknya bayangan. 4. pada lensa cembung, bagian yang lebih tebal adalah bagian tengah sehingga mudah untuk mengumpulkan sinar, sedangkan pada lensa cekung lebih cenderung menghamburkan cahaya karena bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian tepinya.
Saran
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Mataram: Universitas Mataram. Soedojo, P. 1999. Fisika Dasar edisi pertama. Yogyakarta : UGM Press. Sutrisno. 1983. Fisika Dasar. Bandung: ITB Press.