Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang Masalah


Semua makhluk hidup yang berada di bumi membutuhkan air untuk kelangsungan hidup. Karena Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Begitu juga dengan manusia. Air merupakan kebutuhan primer kedua bagi manusia setelah udara. Manusia menggunakan air untuk keperluan mandi, mencuci dan minum. Bagi manusia kegunaan air yang paling utama untuk di konsumsi atau diminum, Karena Tubuh manusia terdiri dari 5% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air setiap hari untuk menghindari dehidrasi dan Air yang dikonsumsi merupakan air yang harus sesuai dengan standar air yang layak diminum. Ini dilakukan agar tubuh manusia terhindar dari bakteri jahat yang menyebabkan terjadinya penyakit. Air yang baik dan sehat berasal dari sumber air yang baik pula. Dari sumber air tersebut masyarakat mengambil dan menggunakannya untuk minum dengan dimasak terlebih dahulu. Namun sebagian masyarakat hanya mengetahui air yang layak dikonsumsi secara fisik saja, seperti air yang tidak berwarna, berbau dan berasa. Padahal secara kimia, air yang sehat memiliki kadar pH-nya netral dan kandungankandungan mineralnya terbatas. Bahkan bila diteliti secara mikrobiologi air yang sehat tidak boleh mengandung bakteri E coli. Jika air yang telah mengandung bakteri dikonsumsi, akan mengakibatkan kesehatan manusia terancam. Masyarakat desa di cisarua Bogor menggunakan air dari sumber mata air pegunungan yang disalurkan melalui pipa-pipa kerumah mereka. Air tersebut biasa digunakan mereka untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka tidak mengetahui apakah air yang mereka gunakan untuk dikonsumsi sudah memenuhi standar air layak minum. Karena mereka hanya tahu air yang tidak berwarna, berbau dan berasa termasuk air sehat dan terlebih lagi mereka berpikir bahwa air yang berasal dari sumber pegunungan merupakan air yang sehat dan baik untuk dikonsumsi. Padahal belum tentu air yang mereka gunakan layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan latar belakang tersebut kami tim penulis akan mencoba meneliti air yang di konsumsi oleh masyarakat Kp.Puri di cisarua Bogor.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada, maka tim peniliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah sumber mata air yang dikonsumsi masyarakat cisarua Bogor layak untuk dikonsumsi? 2. Standar air yang seperti apakah yang layak dikonsumsi masyarakat cisarua Bogor ? 3. Termasuk dalam golongan apakah air yang dikonsumsi oleh masyarakat cisarua Bogor?

1.3 Tujuan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sumber mata air mana yang baik dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat cisarua Bogor 2. Mengetahui standarisasi dari air yang baik dan sehat 3. Mengetahui golongan jenis air sesuai kegunaannya

1.4 Luaran yang diharapkan


Luaran yang diharapkan setelah penilitian ini dilaksanakan yaitu: 1. Masyarakat cisarua Bogor mampu mengetahui sumber mata air yang layak dikonsumsi 2. Masyarakat cisarua Bogor mampu membedakan air yang sehat dan yang tidak sehat

1.5 Manfaat
Masyarakat di cisarua bogor banyak beranggapan bahwa air pegunungan yang mereka konsumsi adalah air yang baik dan sehat karena mereka hanya melihat secara fisik dari air tersebut. Melalui penelitian menguji kelayakan air konsumsi, masyarakat mampu mengetahui sumber mata air mana yang layak untuk dikonsumsi dan bisa memahami golongan jenis air sesuai kegunaannya.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tinjauan Pustaka


1. Definisi Air Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 C). Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di bumi.[3] Adanya air terjadi karena adanya Siklus Hidrologi yaitu fenomena alam yang mempelajari siklus air pada semua tahap yang dilaluinya, mulai dari proses evaporasi, kondensasi uap air. Secara umum pergerakan air di alam terdiri dari berbagai peristiwa yaitu : a. Penguapan air (evaporasi) b. Pembentukan awan (kondensasi). c. Peristiwa jatuhnya air ke bumi/hujan (presipitasi) d. Aliran air pada permukaan bumi dan di dalam tanah Manusia lebih banyak menggunakan air dari Aliran air permukaan bumi di dalam tanah atau biasa disebut air sumur. Sumur merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dan kota di Indonesia. Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis : Sumur Dangkal Sumur dimana sumber airnya berasal dari resepan air hujan diatas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah, Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi dengan air kotor yang berasal dari kegiatan MCK sehingga perlu sekali diperhatikan persyaratan sanitasi yang ada.. Sumur Dalam Sumur dimana sumber airnya berasal dari proses purifikasi alamiah air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah dan tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi. 2. Sifat Air Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut (Dugan, 1972; Hutchinson, 1975; Miller. 1992). a. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 C (32 F) -100 C, air berwujud cair. Suhu 0 C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100 C merupakan titik didih (boilingpoint) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai, danau. dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan; sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60% 90% bagian sel makhluk hidup adalah air (Peel, 1990).
3

b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin. c. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab meng-apa kita merasa sejuk pada saat bcrkcringat. Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi. d. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit, scdangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter (Tebbut, 1992). Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk ke badan air. e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability). Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadi-nya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang yang kecil). Dengan adanya sistem kapiler dan sifat sebagai pelarut yang baik, air dapat membawa nutrien dari dalam tanah ke jaringan tumbuhan (akar, batang, dan daun). Adanya tegangan permukaan memungkinkan beberapa organisme, misalnya jenis-jenis insekta, dapat merayap di permukaan air. 3. Standarisasi air Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat diguakan sesuai dengan kriterianya. Menurut peruntukannya, air pada sumber air dapat dikategorikan menjadi empat golongan, yaitu: Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat digunakan untuk usaha perkotaan, industry, dan listrik tenaga air. (Kristanto, 2002)
4

Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) serta ketentuan/peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Public Health Association), layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan secara fisik, secara kimia, dan secara biologis. 3.1 Kualitas Secara Fisik a. Kekeruhan kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya gahan-bahan organik dan anorganik, seperti lumpur dan buangan dari permkiman tertentu yang menyebabkan air air sungai menjadi keruh. Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan kalau diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan. b. Warna Warna air berubah bergantung kepada warna buangan yang memasuki badan air. (Unus, 2005) Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. Untuk kepentingan keindahan, warna air sebaiknya tidak melebihi 15 PtCo. Sumber air untuk kepentingan air minum sebaiknya memiliki nilai warna antara 5-50 PtCo. (Hefni Effendi, 2003) c. Temperatur Kenaikan temperature atau suhu di dalam badan air, dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) air. (Unus Suriawira, 2005) Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut: Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air Meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati. (Kristanto, 2002) d. Bau dan Rasa Bau dan Rasa yang terdapat di dalam air baku apat dihasilkan oleh kehadiran organisme seperti mikroalga dan bakteri. Dari segi estetika, air yang berbau, apalagi bau busuk sperti bau teller yang membusuk (oleh H2S misalnya), ataupun air yang berasa secara alami, tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh peraturan dan ketentuan yang berlaku.(Unus Suriawira, 2005) 3.2 Kualitas Air secara Kimia Kualitas air secara kimia meliputi Nilai pH. Kandungan senyawa kimia dalam air Contohnya: Logam berat seperti Hg (air raksa) dan Pb (timbal) merupakan zat kimia berbahaya jika masuk kedalam air. Kandungan residu atau sisa. Misalnya: residu pestisida, deterjen, kandungan senyawa toksik atau racun, dan sebagainya. 3.3 Kualitas Air Secara Biologis Kualitas secara biologis, khususnya secar mikrobiologis, ditentukan oleh banyak parameter yaitu: Parameter Mikroba Pencemar Patogen Penghasil toksin. (Unus Suriawira, 2005)

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Tujuan operasional Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sumber air mana yang layak diminum yang diteliti secara fisik dan kimia 3.2 Tempat dan Waktu penelitian Tempat : Sumber air rumah warga Kp.Puri di cisarua Bogor Waktu penelitian : 12 November 2011 selama 3 jam Tabel 3. Jadwal kegiatan N Kegiatan Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 o 1 Mengambil sampel air dan wawancara warga 2 Meneliti sampel air 3 Membuat laporan penelitian 3.3 Metode Penelitian kami menggunakan metode penelitian secara deskriptif, Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best,1982:119) Penelitian menguji air layak minum memperhatikan beberapa acuan seperti berikut: 1. Bau Syarat bau air minum yaitu tidak berbau. Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak diminati oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhan algae. Banyak 13 bau yang kurang sedap itu disebabkan oleh adanya campuran dari nitrogen, sulfur, fosfor dan juga berasal dari pembusukan protein dan lain-lain, bahan organik yang terdapat dalam air limbah, bau yang paling menyengat adalah berasal dari hidrogen sulfida. 2. Rasa Syarat rasa air minum yaitu tidak berasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan adanya berbagai zat yang membahayakan kesehatan. Rasa logam/amis, pahit, asin dan asam. 3. Kekeruhan Batas ambang air dinyatakan baik bila nilai kekeruhannya kurang dari 5 unit (PP NO 82, 2001) . Kekeruhan air disebabkan oleh zat-zat yang tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan tanaman
6

atau hewan. Buangan industri dapat juga menjadi sumber kekeruhan. Zat organik dapat 14 menjadi makanan bakteri sehingga mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini merupakan zat organik yang tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah kekeruhan air pula. Demikian juga dengan algae yang berkembang biak karena adanya unsur hara N, P, K akan menambah kekeruhan air pula. Air yang keruh relatif sulit untuk didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentunya berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu patogen. Kekeruhan mengurangi kejernihan air dan diakibatkan oleh pencemarpencemar yang tersuspensi secara halus yang ada di dalam air. Ada tiga metode pengukuran kekeruhan : metode Nefelometrik (unit kekeruhan nefelometrik Ftu atau Ntu), metode Hellige Turbidimetri (unit kekeruhan silika), dan metode visual (unit kekeruhan Jakson). Dengan menggunakan alat Hellige Turbidimeter, yang prinsip kerjanya adalah membandingkan intensitas cahaya yang melalui larutan baku standar kekeruhan silika. 4. Warna Air minum sebaiknya tidak berwarna dengan alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat yang secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urine. Oleh karena itu masyarakat tidak menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa khloroform yang beracun. Warnanya dapat berasal dari buangan industri. Warna dalam air dapat disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam (besi dan mangan), hunus, plankton, tanaman air dan buangan industri. Warna air biasanya dihilangkan untuk penggunaan air industri dan air minum. pH pH menyatakan intensitas keasaman dan alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnnya. pH tidak mengukur seluruh kemasaman atau alkalinitas; suatu metode titrasi (penurunan kadar) yang dibutuhkan untuk memperkirakan jumlah yang sebenarnya dari pada keasaman atau alkali yang ada. 15 Dalam air murni yang tidak bersifat asam atau mengandung alkali, jumlah ion hidrogen adalah sama dengan jumlah ion hidroxyl. Apabila terdapat kelebihan ion hidrogen, maka air tersebut menjadi asam; kekurangan ion hidrogen menyebabkan air mengandung alkali. Jadi konsentrasi ion hidrogen bertugas sebagai petunjuk mengenai reaksi air, air limbah atau air selokan. pH air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka jika dengan pH yang tidak netral dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya, sehingga dapat merusak kualitas air. Batas pH yang memenuhi SNI 06-6989.11- 04 adalah 6,5 8,5. Jika di bawah 7 termasuk asam dan jika di atas 7 termasuk basa. 3.4 teknik Pengambilan data Jenis dan cara pengambilan data dilakukan sebagai berikut:
7

5.

1. Variabel Variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari suatu (objek) dan mampu memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori (Soewarno 1978:51-52). Variabel ada dua macam yaitu variabel bebas (independen variabel) variabel terikat (dependen variabel/variabel terpengaruh) variabel ini ditentukan berdasarkan masalah yang dibahas dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independen variabel) yaitu sampel air warga berdasarkan sifat fisik dan kimia. Dan yang menjadi variabel terikat(dependen variabel) dalam penelitian ini adalah sampel air warga. 2. Populasi dan sampel penelitian Populasi penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah sumber air yang di gunakan warga. Baik itu air tanah, air sumur, air sungai,dll. Sampel penelitian Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang di anggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 1997:57). Sampel penelitian ini adalah air yang digunakan warga Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Adapun pengambilan data sesuai dengan jenis datanya adalah sebagai berikut Data primer Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan metode observasi. Dalam penelitian ini digunakan observasi lapangan, yaitu melihat kondisi fisik air secara langsung. Data sekunder Dalam penelitian ini data sumber berupa berbagai sumber tulisan yang berkenaan dengan penelitian. Metode ini dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi,sampel dan data-data yang mendukung penelitian ini. 3.5 Instrumen Penelitian Alat : - Elktrolizer - Indikator universal - wadah Bahan : - Sumber air warga 3.6 Teknik Analisa Data a. Mengambil sampel air dari rumah warga b. Menguji air dengan elektrolizer Dengan alat ini kita bisa melakukan penelitian terhadap kualitas air secara mandiri. Elektrolizer yang beredar di Indonesia kebanyakan dibuat berdasarkan panduan dari American Environment Protection Bureau (Biro Keselamatan
8

Lingkungan Negara Amerika). Daya kerja elektrolizer mampu menguraikan atau melepaskan ikatan-ikatan zat padat terlarut dalam air melalui sistem anoda katoda. Alat ini cocok digunakan untuk mengetahui tingkat kekeruhan dalam air atau Total Disolved Solid (TDS), serta membandingkan dua jenis air yaitu air oxy dan air sampel yang telah disiapkan dalam dua botol. Cara kerjanya juga tak merepotkan, masukkan masing-masing sepasang kaki elektrolizer (logam karbon) kedalam masing-masing gelas (bisa dua gelas dengan ukuran sama warna transparan) yang telah diisi air dan hendak dites dengan air oxy, hubungkan kabel dengan baterai satu atau dua menit, kemudian hasilnya akan langsung dilihat secara kasat mata. Dari situ bisa dilihat apakah apakah ada perubahan warna atau tidak. Bila warna air tetap (jernih) maka air itu memiliki kualitas yang bagus. Namun jika ada perubahan warna bisa jadi air yang diminum mengandung bahan pencemar seperti besi oksida, arsen, alumunium sulfat, phospat, cuprum oksida, chlorin, kalsium magnesium, arsen, pestisida atau zat lain yang bila dibiarkan dalam jangka panjang tentu juga akan mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Biasanya warna air yang dicemari zat-zat itu akan muncul warna yang berbeda-beda. Bisa kuning, hijau, putih biru atau hitam. Tabel 1. Deteksi pencemar air minum
Warna Endapan Hijau Bahan Pencemar Cuprun terosida Clorin Calcium Aliminium Pengaruh Terhadap kesehatan -Penyakit ginjal -Gangguan syaraf pusat -Pemicu kanker (karsinogen) -Batu ginjal -Kencing batu -Penyakit hati -Gangguan syaraf -Pemicu kanker (karsinogen) -Pemicu kanker (karsinogen) -Bakteri, virus, algae - pemicu kanker (karsinogen) -Penyakit hati -Gangguan syaraf -Penyakit ginjal -Gangguan air seni -Ketidak seimbangan metabolisme Baik

Hitam Putih

Arsenic Mucitage (getah) Biru Aluminium sulfat Organic fosfat Pestisida Besi teroksida

Jingga

Bening

Tidak ada

Sumber : Deteksi pencemar air minum (CV Aneka Ilmu)

c. Indikator Universal Kertas indikator universal dapal digunakan untuk menentukan nilai pH suatu larutan. Kertas indikator universal mempunyai empat buah garis warna, kuning, hijau,
9

jingga. dan jingga kecoklatan. Kertas indikator tersebut dicelupkan pada larutan yang akan ditentukan nilai pH-nya. Ketika sudah tercelup. warna-warna pada kertas akan berubah warna. Keempat garis warna yang berubah dicocokkan dengan skala pH dari 0 sampai 14 yang terdapat pada kemasan kertas indikator. Tabel 2.Urutan warna pada kertas indikator
pH 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Bawah Ungu tua Ungu Ungu muda Cokelat Cokalat muda Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Tengah 1 Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kehijauan Hijau pucat Hijau Hijau tua Biru Biru Biru Binj Biru Tengah 2 Jingga Jingga Jingga Jingga Jingga Jingga Jingga Jingga Jingga Jingga Jingga Kecokelatan Cokelat muda Cokelat Cokelat Atas Jingga Kecokelatan Jingga Kecokelatan Jingga Kecokelatan Jingga Kecokelatan Jingga Kecokelatan Jingga Kecokelatan Jingga Kecokelatan Jingga

Sumber: IPA kelas VII (grafindo,2006)

Daftar pustaka
Arisworo,Djoko dkk. 2006. IPA kelas VII. Jakarta:Grafindo Hefni, Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air .Yogyakarta: Kanisius

10

Anda mungkin juga menyukai