Anda di halaman 1dari 5

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGEAH

POLA PENERAPAN BINMASPOL MASYARAKAT PERBUKITAN 1. PENDAHULUAN Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia telah menetapkan tugas pokok Polri yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat disamping sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat serta selaku penegak hukum. Secara khusus di dalam pasal 19 ayat 2 Undang-undang No 2 Tahun 2002 menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas dan kewenangan mengutamakan kegiatan pencegahan1. Upaya kegiatan pencegahan yang di laksanakan oleh Polri salah salah satunya bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat di bidang keamanan guna mendukung terciptanya perasaan aman dan tentram di dalam suatu lingkungan masyarakat atau kelompok masyarakat. Fungsi Binmaspol adalah sebagai fungsi operasional pengemban tugas bimbingan masyarakat mempunyai tanggung jawab besar dalam mendukung pencapaian tujuan tersebut. Masyarakat dalam berasal dari Bahasa Arab musyarak yang berarti turut serta atau berpatisipasi2. Sedangkan menurut Selo Sumarjan pengertian masyarakat adalah kelompok manusia yang mendiami suatu lingkungan dan menghasilkan kebudayaan.3 Dari kedua pengertian masyarakat di atas maka peran dari masyarakat adalah sebagai mitra kerja Kepolisian dalam memelihara keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat setempat yang mempunyai ciri dan sifat yang berbeda beda. Salah satu ciri masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah pegunungan atau perbukitan seperti di Kecamatan Lembang adalah memilikki ikatan batin atau emosional dan banyak kesamaan sehingga lebih mudah berkomunikasi. Selain itu kondisi geografis mempunyai pengaruh kuat dalam membentuk budaya masyarakat setempat, salah satu cirinya adalah memilikki pemimpin tradisional yang lebih di taati karena faktor kedekatan ( proximity ) Kondisi pegunungan dengan iklim yang dingin cenderung menyebabkan masyarakat pegunungan lebih ramah dibandingkan masyarakat yang berada di wilayah pantai. 2.
1

PEMBAHASAN

REPUBLIK INDONESIA, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,pasal 19 ayat 2 , Jakarta, 2002. 2 http://carapedia.com/pengertian_definisi_masyarakat_menurut_para_ahli_info488.html 3 http://www.anneahira.com/definisi-masyarakat.htm

a. Situasi umum wilayah pengamatan Sebagian besar besar wilayah Kecamatan Lembang terdiri dari pegunungan dan perbukitan yang membentang dari Barat ke timur, antara lain pegunungan batu lonceng, gunung Putri dan gunung Bukit tunggul serta Gunung Tangkuban Perahu. Kecamatan Lembang terdiri dari 16 desa mempunyai luas wilayah 10.620 km, berada di ketinggian 1.247 m dpl, dengan suhu rata-rata 15 C 30 C. Batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Jl. Cagak Subang, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parongpong, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cimenyan dan sebalah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cidadap Bandung. Sumber daya alam wilayah Kecamatan Lembang adalah lahan pertanian dan hutan seluas 1.082 km yang terdiri dari hutan homogen dan heterogen. Jumlah penduduk 154.602 jiwa yang mayoritas masyarakatnya hanya lulusan Sekolah Dasar. Dengan mayoritas pekerjaan penduduknya adalah petani dan Kecamatan Lembang memilikki sumber daya alam dan batu serta obyek pariwisata di beberapa tempat. Tindak pidana yang paling sering terjadi selama tahun 2010 adalah curanmor (59 kejadian ) dan pencurian dengan pemberatan ( 51 kejadian ). Berdasarkan tempat terjadi kejadian tindak pidana mayoritas terjadi di wilayah pemukiman penduduk. b. Kondisi masyarakat Kecamatan Lembang di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1) Faktor letak Geografis
a) Berada di ketinggian 1.247 m dpl menyebabkan tingginya curah hujan

merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor di wilayah pegunungan


b) Kondisi tanah yang berbukit bukit menyebabkan kemiringan tanah yang

curam di beberapa wilayah desa. Beberapa lokasi pemanfaatan lahan miring yang tidak sesuai dengan kondisi tanah sehinggan berpotensi menyebabkan terjadinya tanah longor
c)

Struktur tanah yang tidak keras atau labil menyebabkan terjadinya rawan tanah longsor khususnya di wilayah perbukitan.

d) Masyarakat masih mengunakan sungai atau dataran rendah sebagai tempat pembuangan sampah warga hal ini menyebabkan aliran sungai tidak lancar dan memungkinkan terjadinya banjir.
2

e)

Kondisi jalan yang di wilayah pemukiman padat yang minim rambu-rambu lalu lintas, sempit, banyak lubang, naik turun dan banyak belokan merupakan faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.

2) Faktor sosial budaya dan ekonomi Berdasarkan data hasil pengamatan di wilayah Kecamatan Lembang maka dapat di analisa bahwa :
a) Menurut data bahwa mayoritas penduduk adalah lulusan Sekolah Dasar

(berjumlah 12.000 jiwa) hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat kesadaran hukum masyarakat setempat.
b) Terjadinya peralihan status lahan pertanian dan hutan menjadi pemukiman

dan pertokoan di wilayah buffer zone longsor merupakan faktor penyebab terjadi bencana tanah longsor yang dapat mengakibatkan kerugian materiel dan jiwa dari masyarakat sekitar.
c)

Adanya kekhawatiran terjadinya kesejangan sosial secara ekonomi antara masyarakat pendatang dan masyarakat asli di lihat dari kondisi pemukiman yang ada merupakan faktor terjadinya kecemburuan sosial dan faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencurian di wilayah pemukiman.

d) Munculnya linkungan pertokoan modern dan berkembangnya industri

pariwisata berpengaruh terhadap pola hidup dan gaya hidup masyarakat lokal, hal ini merupakan faktor yang menyebabkan tingginya angka kejahatan dan potensi konflik. c. Pola penerapan Binmaspol 1) Pertimbangan faktor geografis
a)

Meningkatkan peran Babinkamtibmas dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang antisipasi bencana tanah longsor dan banjir dalam rangka upaya mengurangi jumlah korban jiwa dan materiel dari penduduk di sekitar daerah rawan tanah longsor. Kegiatan ini dapat melibatkan instansi terkait seperti pejabat pemerintah desa, tokoh agama dan masyarakat serta dinas lingkungan hidup, dinas sosial dan TNI di wilayah Kabupaten Bandung.atau Kecamatan Lembang.

b)

Melaksanakan pengaturan lalu lintas di wilayah yang rawan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas dan meningkatkan koordinasi dengan instansi dinas perhubungan darat dalam rangka penambahan rambu-rambu lalu lintas di wilayah yang rawan kecelakaan.
3

c)

Melaksanakan upaya deteksi dini dan terus mengalang tokoh-tokoh masyarakat dan elemen masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum masyarakat guna turut serta dalam menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan dan komunitas masing-masing.

d)

Menghidupkan kembali fungsi pos kamling dalam rangka meningkatkan rasa aman dan tentram dari gangguan pencurian dan tindak pidana lainnya di wilayah rawan dan lingkungan padat pemukiman.

2) Pertimbangan faktor sosial budaya dan ekonomi a) Meningkatkan kegiatan deteksi dini di lingkungan yang berpotensi terjadinya konfli horizontal dengan mengalang tokoh agama, masyarakat dan pemuda serta elemen masyarakat lainnya termasuk instansi terkait guna mencegah terjadinya konflik yang merugikan.
b) Babinkamtibmas di wilayah atau desa aktif meningkatkan kesadaran hukum

masyarakat
c)

Melaksanakan koordinasi dengan dinas terkait guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat desa.

d) Mengalang tokoh masyarakat dan berbagai komunitas masyarakat dalam

memelihara keamanan dan ketertiban di lingkungan masing-masing. 3. PENUTUP a Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1) Kondisi geografis Kecamatan Lembang yang berada di wilayah pegunungan

mempengaruhi kondisi tempat hidup masyarakatnya yang jika tidak di sikapi secara tepat berpotensi terjadinya bencana alam.
2) Perubahan dan perkembangan aspek sosial budaya masyarakat Kecamatan

Lembang menyebabkan masyarakat berubah dalam memegang nilai-nilai tradisionalnya. Hal tersebut merupakan potensi terjadinya benturan budaya yang mengarah terhadap konflik di dalam masyarakat dan bencana alam yang di disebabkan human error atau made disaster.
3) Pola penerapan Binmaspol

Dalam pelaksanaan tugas fungsi binmaspol di masyarakat perbukitan harus senantiasa mempertimbangkan kondisi lingkungan masyarakatnya, faktor-faktor yang harus di pertimbangkan adalah faktor geografis dan sosial budaya. Kedua faktor ini mempunyai dampak yang berpotensi terjadinya gangguan kemanan dan
4

ketertiban suatu masyarakat perbukitan, antara lain : tanah longsor, banjir, pencurian, konflik horizontal dan lain lain. Berikut adalah bentuk-bentuk pola binmaspol yang di terapkan antara lain :
a) Bimbingan dan penyuluhan terhadap kelompok masyarakat atau komunitas b) Meningkatkan kegiatan lapangan Babinkamtibmas c)

Pengaturan lalu lintas di wilayah padat Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait yang berkepentingan

d) Penguatan deteksi dini dan pengalangan terhadap tokoh masyarakat

e) b

Rekomendasi 1) Bahwa masyarakat dan kepolisian harus menyikapi secara bersama sama perkembangan tantangan geografis dan sosial budaya dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban di lingkungan.
2) Kepolisian

setempat harus senantiasa terus memonitor perkembangan

lingkungan dan kondisi masyarakat khususnya dalam menyikapi perubahan kondisi lingkungan yang terus berubah, perbedaan sikap dalam menghadapi perubahan kondisi alam dan sosial berpengaruh terhadap pemeliharaan keamanan dan ketertiban lingkungan. Lembang, April 2012 Penulis

FX. ARENDRA WAHYUDI 201204002062

Anda mungkin juga menyukai