Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK ACARA II SEL DARAH MERAH

Disusun Oleh: Kelompok V Syaiful Ahnanta Khairunisa Yusmalina Humam Yoggi Galang Andika Ibrahim Faisal Hutomo Sarah Amien Fahrianto Adi Win Amali Sholeh Tri Cipto Saputra Asisten : Nang Pranawa PT/6098 PT/6111 PT/6112 PT/6115 PT/6117 PT/6124 PT/6125 PT/6192

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA 2012

ACARA II SEL DARAH MERAH

Tinjauan Pustaka Sel darah merah (SDM) atau orythrocyte berasal dari bahasa yunani crythro merah dan cyte sel, berasal dari erythrom yang merupakan deferensiasi sel darah dalam sumsum tulang belakang. Pengaruh hormon erythropoietin akan berkembang menjadi erythoid. Erythoid akan

berkembang menjadi erythroblast awal, erythroblast awal terus mengalami perkembangan mnjadi erythroblast akhir kemudian berkembang menjadi refikulosit dan akhirnya menjadi erythrosite (Nurcahyo,1998). Sel darah berwarna merah kekuningan. Warna merah itu berasal dari hemoglobin SDM dapat mengikat oksigen karena adanya

hemoglobin. Selain itu, SDM mengkatalis reaksi antara CO 2 dan air karena SDM mengandung anhidrase karbonat dalam jumlah besar. Reaksi ini memungkinkan darah bereaksi dengan jumlah besar CO 2 dan mengangkutnya dari jaringan ke paru-paru (Pratiwi, 2000). SDM berfungsi untuk mengangkut oksigen. Berdiameter rata-rata 7.5 nm. SDM merupakan cakram yang berbentuk biconcave dengan pinggiran serkuler 1.5nm dan mempunyai pusat yang tipis (Frandson, 1992). Darah yang kekurangan kandungan oksigen akan berwarna kebirubiruan yang disebut sianasis. Darah yang jumlah hemoglobinnya berkurang jauh dibawah standar karena pembentukan yang kurang memadai disebut dengan anemia. Anemia juga disebabkan oleh penyakit kronis,akut,kecelakaan yang mengeluarkan banyak darah. Selain itu juga disebabkan oleh defisiensi zat Fe, Cu, Vitamin, dan asam amino. Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat disbanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru (Frandson, 1993). Proses pergantian sel darah merah dari atau oleh sel darah merah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 sampai 4 bulan. Sel darah merah

mengalami desintegrasi atau pemecahan sehingga melepas hemoglobin ke dalam sel darah dan pecah. Sel darah merah yang mengalami degradasi ini kemudian disendirikan dari sirkulasi yang dilakukan oleh system makrofag atau system reticuloendotelia. Sel-sel makrofag mencengkeram fibrin. Fragmennya dicerna dan dilepaskan dalam darah. Globin dari haemoglobin mengalami degradasi menjadi asam amino. Besi diambil oleh tranferin globin kemudian didekomposisi kedalam tulang disimpan sebagai sel-sel jaringan sebagai homosiderin. Pembentukan sel darah merah pada orang dewasa pada sumsum tulang belakang dan pada bayi pada hati, limpa, nodula limphatica, dan kelenjar thymus, kemudian setelah tua atau susah dirombak oleh hati dan limpa dijadikan zar warna empedu atu bilirubin (Frandson, 1993).

Materi Dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, pipet haemocytometer dan kamar hitung Neubauer. Bahan. Bahan yang digunakan damalm percobaan antara lain darah dan larutan hayem.

Metode
Mula-mula disiapkan sampel darah yang akan diperiksa atau dipakai dalam praktikumkali ini menggunakan sampel darah domba, setelah itu dihisap dengan pipet haemocytometer sampai skala 0.5 kemudian dibersihkan ujung pipet dengan kapas atau tissue. Selanjutnya larutan hayem dihisap dengan menggunakan pipet sebelumnya sampai skala 101. Kemudian ujung pipet ditutup dengan ujung jari sedangkan ujung lainnya dengan jari tengah dan dikocok selama kurang lebih 3 menit. Cairan yang tidak mengandung sel darah merah dibditeteskan ke

dalam kamar hitung Neubauer yang sudah ada kaca penutupnya kemudian diperiksa dengan mikroskop, perbesaran obyektif 10x lalu 40x.

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Berdasarkan percobaan yang dilakukan sebagai probandus domba untuk mengetahui jumlah sel darah merahnya, diperoleh data sebagai berikut : Bilik kiri atas Bilik kanan atas : 61 : 69

Bilik kanan bawah : 67 Bilik kiri bawah Bilik tengah : 52 : 64

Jumlah Jumlah SDM/mm3 adalah: = = ( ( ) )

: 313

= 313.10000 = 3130000/mm3 Keterangan : X 400 80 200 0.1 = jumlah SDM pada kelima bilik = jumlah seluruh bilik kecil = jumlah bilik kecil dari kelima bilik = pengenceran = volume bilik-bilik kecil (1mmx1mmx0.1mm)

Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa jumlah sel darah merah pada domba adalah 3.130.000/mm 3 . Hal ini tidak sesuai dengan jumlah eritrosit yang terdapat pada domba yakni berkisar 816x106/mm3 (Guyton, 1993). Penyebab SDM bias jauh dari kisaran karena sel-sel darah menggerombol sehingga menyulitkan praktikan dalam menghitung sehingga terjadi kesalahan dalam perhitungan. Kelebihan sel darah merah dinamakan Erythocytosis atau

Polycythaemia yaitu kenaikan RBC atau level Hb diatas normal. Secara relatif ini dihasilkan dari turunnya volume plasme darah, yang pada umumnya disebabkan karena dehidrasi. Abnormalitas RBC lainnya adalah anemia. Anemia adalah penurunan Hb atau jumlah RBC per unit volume darah dibawah normal. Anemia ini disebabkan oleh hilangnya darah, kurangnya erythropoiesis dan RBC. Anemia menyebabkan kurangnya oksigen di dalam jaringan sehingga dapat menyebabkan naiknya denyut jantung, frekuensi pernafasan dan darah yang dipompakan (Frandson, 1993) Tabel 1. Kisaran Normal Jumlah SDM Pada Beberapa Spesies Spesies Sapi Kambing Kuda Domba Babi Jumlah SDM/mm 3 x 106 7-8 8-18 8-14 8-16 5-8 (Guyton, 1993)

Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa banyak sedikitnya SDM dipengaruhi oleh umur, pemberian gizi, stress, penyakit, parasit, dan lain-lain. Abnormalitas RBC pada darah yaitu anemia dan erythrocytosis. Anemia adalah kekurangan sel darah merah sedangkan erythrocytosis adalah kelebihan sel darah merah.

DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press Yogyakarta. Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak edisi IV. Gadjah University Press. Yogyakarta Guyton, DC. 1993. Fisiologi Hewan edisi 2. EGC Jakarta Thomy, Z. 1998. Bintap Biologis. Yrama Widya. Bandung

Anda mungkin juga menyukai