Anda di halaman 1dari 13

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kegunaan Penentuan Golongan Darah A, B, AB, O Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Informasi tentang golongan darah A, B, O seseorang mutlak diperlukan dalam keadaan yang berhubungan dengan transfusi darah, baik sebagai donor, maupun sebagai resipien. Oleh karena itu, sepatutnya seseorang mengetahui dengan pasti akan golongan darahnya sendiri, yang dapat dilakukannya dengan memeriksakan darahnya ke laboratorium. Golongan darah juga berfungsi sebagai salah satu petanda ( marker ) genetik, yang ikut menjadi bagian dari identitas seseorang.

2.2. Sifat Umum Darah Secara umum fungsi darah ialah sebagai berikut : 1. Alat transpor makanan, yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan ke seluruh tubuh. 2. Alat transpor O2 , yang diambil dari paru-paru atau insang untuk dibawa ke seluruh tubuh. 3. Alat transpor bahan buangan dari jaringan ke alat-alat ekskresi seperti paruparu (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk diteruskan ke empedu dan saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut dalam air). Http://www. Wordpress.com diakses tanggal 3 januari 2010 Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri dan berwarna ungu gelap di dalam vena, setelah melepas sebagian oksigen ke jaringan ( menyebabkan perubahan warna ) dan menerima produk sisa dari jaringan.Pembentukan sel darah berlangsung di dalam sumsum tulang dan sel-sel yang matang ( matur ) akan dilepas ke dalam aliran darah. Terbentuk 8 macam sel

Universitas Sumatera Utara

yang berbeda dan semua dihasilkan dari satu jenis sel batang pluripoten yang akan menurunkan 5 garis keturunan sel yang berbeda. Garis mieloblas menghasilkan tiga jenis sel granulosit, sedangkan garis monoblas dan limfoblas menghasilkan sel agranulosit. Eritrosit (sel darah merah ) dan trombosit dibentuk dari garis keturunannya masing-masing. Darah selalu dihubungkan dengan kehidupan, baik berdasarkan

kepercayaan saja maupun atas dasar bukti pengamatan. Penggunaan darah yang berasal dari individu lain dan diberikan secara langsung ke dalam pembuluh darah juga sudah lama pula dilakukan, paling tidak sejak abad pertengahan. Pada mulanya, pemberian darah seperti ini dan yang kini dikenal sebagai transfusi tidak dilakukan dengan landasan ilmiah, tidak

mempunyai indikasi yang jelas dan dilakukan secara sembarang saja. Tindakan ini lebih banyak dilakukan atas dasar yang lebih bersifat kepercayaan, misalnya darah sebagai lambang kehidupan. Indikasi juga tidak jelas, bukan terutama untuk mengobati penyakit atau memperbaiki keadaan karena perdarahan. Lebih sering hal ini dilakukan untuk tujuan seperti peremajaan jaringan ( rejuvenilisasi ). Mohamad Sadikin (2010) Sejak 100 tahun yang lalu ahli-ahli telah berpendapat, bahwa penderitapenderita yang kekurangan darah seperti orang-orang yang mengalami perdarahan yang hebat, seperti akibat kecelakaan, peperangan, persalinan ataupun penyakitpenyakit pendarahan dapat ditolong dengan penambahan darah kedalam tubuh penderita tersebut. Sel sel darah merupakan bagian figuratif atau berbentuk sehingga dapat dilihat oleh mata, meskipun dengan bantuan alat mikroskop. Sel sel darah terdiri atas Sel darah merah, lekosit, dan trombosit. Ketiga macam sel ini berasal sel sel asal yang sama disumsum tulang. Sel sel asal di sumsum tulang tersebut selanjutnya berdiferensiasi sehingga mengambil bentuk yang berbeda beda. Setelah matang, sel sel tersebut keluar dari sumsum tulang dan masuk ke dalam darah dan berada di tempat ini dalam jumlah yang berbeda dan menjalankan fungsi yang berbeda beda pula. Bahkan lekosit, seperti yang telah diuraikan terdiri atas 5 jenis sel dengan morfologi berbeda, ternyata juga mempunyai peran yang berbeda beda pula.

Universitas Sumatera Utara

Morfologi sel darah merah adalah sel yang terbanyak di dalam darah. Karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin, maka dengan sendirinya darah berwarna merah.

2.3. Transfusi Darah Transfusi darah adalah suatu proses pekerjaan memindahkan darah atau pemberian darah dari orang yang sehat kepada orang yang sakit. Ahli-ahli yang terdahulu sudah berpendapat, bila seseorang kehilangan darah yang banyak harus diganti dengan darah atau bila seseorang kekurangan darah harus ditambah dengan darah, agar organ-organ tubuh berfungsi normal. Kira-kira 100 tahun yang lalu sudah mulai dicoba melakukan transfusi, tetapi ternyata banyak menimbulkan bahaya atau kematian, sehingga sempat dilarang melakukan transfusi itu. Tetapi pada tahun 1900 setelah Dr.Karl Landsteiner menemukan golongan darah dan setelah ditemukan sel darah dapat diperpanjang hidupnya dalam larutan gula dan juga setelah ditemukannya anticoagulant, maka transfusi mulai berkembang dan banyak yang tertolong orang-orang yang kehilangan darah atau orang yang kekurangan darah. Sebenarnya transfusi itu sangat penting dan seharusnya merupakan program

nasional, tetapi sesuai dengan kondisi dan kemampuan negara hal ini belum merupakan masalah yang begitu dipikirkan.

2.3.1 Manfaat Transfusi Darah a. Menambah jumlah darah yang beredar dalam badan orang yang sakit, yang darahnya berkurang karena sesuatu sebab misalnya operasi atau perdarahan sewaktu melahirkan, kecelakaan. b. Menambah kemampuan darah dalam badan si sakit untuk membawa zat asam atau O2, misalnya untuk penyakit-penyakit dimana sel-sel darahnya tidak berfungsi dengan baik, sehingga sel-sel darah itu cepat pecah dalam badan sendiri dan kemampuan darah untuk mengolah zat asam jadi berkurang. Disini jumlah CC darah penderita sama saja dengan orang biasa, tetapi kalau darahnya ada 5 liter, yang berfungsi baik hanya 3 liter.

Universitas Sumatera Utara

Transfusi darah adalah suatu cara membantu pengobatan dan transfusi darah tidak bisa berdiri sendiri, jadi membantu cara pengobatan yang sudah ada. Suatu Kekhususan dari transfusi darah adalah sumber untuk darah itu terbatas. Sumber darah adalah tubuh manusia sendiri, dan tidak semua orang bisa menjadi donor, dan darah tidak dapat dibuat secara synthetis. Penentuan pasien yang akan diberi transfusi darah harus tepat dan diyakini benar-benar bahwa transfusi darah akan menolong sisakit. Ukuran orang-orang yang menderita Thalasemia, yaitu penyakit darah dimana sel-sel darahnya tidak bisa hidup sepanjang waktu yang normal, penghancuran sel darahnya lebih cepat, sedangkan tubuh tidak bisa mengikuti pembuatan sel darah lebih cepat, sehingga pada umur tertentu terjadi kekurangan darah, untuk ini harus diberi transfusi darah sesuai dengan kebutuhannya. Biasanya penderita ini akan meninggal pada usia muda / sebelum berusia 10 tahun. Bahaya transfusi darah diberikan kepada orang yang tidak kehilangan darah, misalnya untuk penderita Thalasemia tadi, ialah terjadinya penimbunan zat besi. Satu liter darah mengandung 50 mg zat besi. Tubuh kita hanya mampu mengeluarkan kelebihan itu sebanyak 1 mg perhari. Jadi dapat terjadi kelebihan zat besi di dalam tubuhnya, yang memerlukan pengobatan tersendiri (Haemosiderosis). Transfusi darah bukanlah pekerjaan yang tanpa resiko. Pada saat sekarang telah dipikirkan efisiensi penggunaan darah, yaitu darah tidak diberikan secara keseluruhan kepada orang sakit, tetapi apa yang dibutuhkan saja. Misalnya apabila yang dibutuhkan hanya sel darah merah, maka yang diberi hanya sel darah merahnya saja. Darah umumnya dipandang sebagai cairan tubuh yang kental, berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang tertutup yang dinamai sebagai sistem pembuluh darah. Uraian yang demikian tentang darah lebih bersifat deskriptif, hanya menyebutkan apa yang dilihat, dari pada bersifat definitif, yang bersifat menguraikan secara analitis tetapi ringkas tentang hakikat sesuatu yang didefinisikan tersebut. Batasan yang tepat bahwa defenisi Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain,berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai

Universitas Sumatera Utara

pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai bahan serta fungsi homeostasis.Gandasoebrata.R (1995) Penggolongan darah sebagai suatu jaringan didasarkan atas defenisi jaringan, yaitu sekelompok sel atau beberapa jenis sel, yang mempunyai bentuk yang sama dan menjalankan fungsi tertentu. Hanya saja, berbeda dengan jaringan lain,sel-sel yang terdapat dalam darah dan dinamai sebagai sel-sel darah tidaklah terikat satu sama lain membentuk suatu struktur yang bernama organ, melainkan berada dalam keadaan suspensi dalam suatu cairan. Dengan demikian, darah dapat dibagi 2 bagian besar. Bagian pertama adalah unsur yang berbentuk atau figuratif, yang dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Bagian kedua adalah unsur tidak berbentuk atau non-figuratif. Dinamakan demikian karna bagian ini tidak dapat dilihat secara kasat mata dengan bantuan alat apapun. Kehadiran unsur ini hanya dapat diketahui secara kimia. Dengan demikian dapatlah dikatakan,bahwa bagian ini terdiri atas berbagai bahan yang terlarut di dalam cairan darah.

2.3.2 SIFAT FISIKOKIMIA DARAH Darah, seperti yang telah didefinisikan dan yang dapat dilihat, adalah suatu cairan tubuh yang kental dan berwarna merah. Kedua sifat utama ini, yaitu warna merah dan kental, membedakan darah dari cairan tubuh yang lain. Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berbagai macam berat molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut di dalam darah. Warna merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah, disebabkan oleh adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel-sel darah merah yang tersuspensi dalam darah.

2.3.3 SEL-SEL DARAH Apabila setetes darah diletakkan di atas kaca objek yang bersih dan kering kemudian dibuat sediaan hapus dan diwarnai dengan pewarnaan May GrunwaldGiemsa, secara garis besar akan tampak sel-sel yang dapat dibagi dalam 3 kelompok besar : 1. Sel-sel bulat, tidak berinti dan berwarna merah kebiruan homogen, jumlahnya sangat banyak di seluruh lapangan pandangan. Sel-sel inilah yang memberi

Universitas Sumatera Utara

10

warna merah kepada darah, sehingga dinamai sebagai sel darah merah atau eritrosit. 2. Sel-sel yang berinti, dengan bentuk inti dan ukuran sitoplasma bermacammacam, yang dapat dijumpai disana sini dalam lapangan pandangan. Oleh karena sel-sel ini tidak memberi warna merah kepada darah, sel-sel ini dinamakan sebagai sel darah putih atau lekosit. Membran sel darah merah mengandung banyak protein dan karbohidrat berbeda yang mampu memicu pembentukan antibodi. Saat ini terdapat 26 sistem golongan darah, yang terdiri dari 194 antigen yang merupakan produk dari 27 gen. Untuk sebagian kecil antigen, peran biologiknya sudah diketahui; untuk sebagian kecil lain, komposisi kimiawi molekul sudah diketahui; dan untuk sebagian besar lainnya, struktur, fungsi, dan penyebab imunogenisitasnya masih merupakan misteri. Namun, gen-gen yang menentukan antigen sel darah merah tampaknya mengikuti hukum-hukum pewarisan mendelian. Apabila individu memiliki suatu pola genetik spesifik ( genotipe ), antigen-antigen ini biasanya mengekspresikan diri pada sel darah merah ( fenotipe ). Pola pewarisan ini disebut Kodominan. Secara kimiawi, antigen sel darah merah mungkin berupa protein seperti substansi golongan darah Rh, M, dan N, atau karbohidrat pada kerangka lemak atau protein seperti substansi golongan darah ABH, Lewis, Ii, dan P. Antigenisitas berbagai senyawa ini dipengaruhi oleh sifat biologi dan kimiawi, ukuran molekul, dan konfigurasi tiga dimensinya. Sebagian substansi golongan darah, seperti antigen Lewis, tersebar di seluruh jaringan tubuh. Yang lain lebih terbatas di sel darah merah seperti antigen Rh dan substansi golongan darah Kell. Aspek paling praktis dari antigen-antigen pada sel darah merah ini adalah kemampuannya memicu pembentukan antibodi apabila ditransfusikan kepada resipien. Muncul bukti bahwa beberapa kelainan pada antigen sel darah merah berkaitan dengan predisposisi penyakit tertentu.

2.4 GOLONGAN DARAH

Universitas Sumatera Utara

11

2.4.1. SISTEM GOLONGAN DARAH ABO Golongan darah adalah hasil dari pengelompokkan darah berdasarkan ada atau tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah merah ( eritrosit ). Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat, protein, glikoprotein, atau glikolipid. Golongan darah manusia bersifat herediter, dan sangat tergantung pada golongan darah kedua orang tua manusia yang bersangkutan. Darah perlu digolongkan untuk banyak kepentingan, khususnya untuk Transfusi Darah. Karl Landsteiner menemukan, bahwa darah manusia yang ditransfusikan ke manusia lain dapat inkompatibel, dan menimbulkan aglutinasi ( si penerima darah terlihat syok dan ikterik / kuning ). Transfusi dengan darah yang inkompatibel antara donor dan resipien ( penerima ) dapat berakibat fatal. Selain itu, golongan darah dapat bermanfaat untuk kepentingan forensik dan penentuan ayah sebagai metode penentu paling sederhana.

Berikut Tabel dari Golongan Darah dalam sistem ABO

Golongan darah sistem ABO dibagi berdasarkan struktur antigen permukaan eritrosit, yang disebut juga sebagai aglutinogen.

Universitas Sumatera Utara

12

Molekul sebagai penentu golongan darah dalam sistem ABO ada 4 macam, yaitu: 1. D-galactose 2. N-acetylgalactosamine 3. N-acetylglucosamine 4. L-fucose Harper H. (1971) 1. Golongan darah A memiliki antigen permukaan A. Antigen A tersusun dari 1 molekul fukosa, 2 molekul galaktosa, 1 molekul N-asetil galaktosamin, dan 1 molekul N-asetil glukosamin.

2. Golongan darah B memiliki antigen permukaan B. Antigen B ini sedikit berbeda dengan antigen A, dimana antigen ini tersusun dari molekul Nasetil galaktosamin digantikan oleh 1 molekul galaktosa.

B B

Universitas Sumatera Utara

13

3. Orang dengan golongan darah AB memiliki dua macam antigen permukaan, yang merupakan kombinasi dari antigen A dan antigen B.

4. Golongan darah O semula dianggap tidak memiliki antigen permukaan, namun terbukti bahwa golongan darah O masih memiliki ikatan karbohidrat pada permukaan eritrositnya yang terdiri atas 1 molekul fukosa, 1 molekul N-asetil glukosamin, dan 2 molekul galaktosa. Gugus ini tidak bersifat imunogenik, sehingga anggapan golongan darah O tidak memiliki antigen permukaan masih bisa diterima.

Universitas Sumatera Utara

14

Yang kelebihan N-acetylgalactosamine akan menjadi golongan A, dan kelebihan D-galactose menjadi golongan B. Sebelum D-galaktosa dapat menerima monomer karbohidrat yang menentukan aktivitas A atau B, molekul ini harus sudah mengikat monomer karbohidrat fukosa. Suatu gugus D-galaktosa yang sudah mengikat fukosa, tetapi tanpa Nasetilgalaktosamin aktif-A atau D-galaktosa aktif B, memiliki aktivitas antigenik yang disebut H. Sel-sel yang hanya memiliki konfigurasi monomer karbohidrat aktif-H tidak memiliki aktivitas A atau B dan disebut golongan O. Glikosiltransferase yang ditentukan oleh gen A dan B bergantung pada adanya substansi H prekursor untuk pengaktifannya. Perlekatan fukosa ke Dgalaktosa menyediakan prekursor ini. Perlekatan fukosa diperantarai oleh enzim lain, fukosa-transferase, yang keberadaannya ditentukan oleh gen H. Gen H terletak di luar lokus ABO dan ditemukan di kromosom 19. Gen H sangat sering dijumpai, dan hampir semua orang memiliki substansi H pada sel darah mereka. Beberapa orang bersifat homozigot untuk suatu gen inaktif di tempat itu, yang disebut h. Karena orang dengan dua gen h tidak dapat menghasilkan enzim yang diperlukan untuk melekatkan fukosa, sel-sel darah mereka tidak memiliki aktivitas H.

2.4.2. Antibodi dalam sistem ABO Walaupun anti-A dan anti-B bereaksi secara kuat dan spesifik dengan antigen sel darah merah yang sesuai, rangsangan bagi terbentuknya Anti-A dan Anti-B bukanlah pajanan ke sel darah merah. Ikatan galaktosa dengan Nasetilgalaktosamin yang sama atau galaktosa yang menjadi ciri glikosfingolipid sel darah merah juga dijumpai di dinding sel bakteri. Pajanan lingkungan yang terus menerus terhadap antigen-antigen yang tersebar luas ini memicu pembentukan antibodi pada individu yang mampu mengembangkan imun, asalkan antigennya bukan konstituen diri dari sel darah merah individu yang bersangkutan. Orang dengan golongan A hanya membentuk anti-B, dan mereka dengan golongan B hanya memiliki anti-A. Orang dengan golongan O memiliki anti-A dan anti-B, sedangkan individu AB tidak memiliki kedua antibodi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

15

Bakteri di lingkungan juga memiliki ikatan galaktosa-fukosa yang memperlihatkan aktivitas H. Namun anti-H jarang dijumpai karena hampir semua sel darah merah memiliki antigen H dalam jumlah yang berkisar dari sedikit sampai bermakna. Anti-A dan anti-B merupakan aglutinin kuat, yang mudah dibuktikan di laboratorium. Dalam sirkulasi, keduanya menyebabkan destruksi cepat melalui perantaraan komplemen terhadap semua sel yang tidak sesuai yang kebetulan masih ke aliran darah. Kecuali untuk beberapa sel janin yang masuk ke aliran darah ibunya selama kehamilan dan persalinan, satu-satunya cara sel yang tidak cocok golongan ABO nya masuk ke dalam sirkulasi adalah melalui transfusi yang salah identifikasinya. Identifikasi pasien, sampel darah, atau darah donor yang tidak tepat, atau pencatatan yang salah, merupakan penyebab tersering reaksi transfusi inkompatibel-ABO hemolitik. Sebagian besar aktivitas anti-A dan anti-B terletak pada kelas IgM imunoglobulin, yang menghasilkan aglutinasi cepat dan / atau hemolisis. Namun, sebagian aktivitas adalah IgG, dan antibodi dari kelas ini melekat ke permukaan sel tanpa langsung mempengaruhi viabilitas. Anti-A atau anti-B kelas IgG mudah melewati plasenta dan dapat menyebabkan penyakit hemolitik pada neonatus. Orang dengan golongan O lebih sering memiliki IgG anti-A dan Anti-B dibandingkan orang dengan golongan A atau B. Penyakit hemolitik ABO pada bayi baru lahir hampir seluruhnya mengenai bayi yang lahir dari ibu dengan golongan O. Jouvenceaux (1978)

Perubahan dalam Tipe ABO pada berbagai penyakit Melemahnya antigen A dapat terjadi pada beberapa orang yang mengidap leukemia akut atau pada penyakit mieloproliferatif kronis dengan evolusi leukemik. Kanker tertentu, terutama kanker kolon, mungkin berkaitan dengan akuisisi antigen B yang disebut B didapat. B didapat juga dapat terjadi pada infeksi gram-negatif tertentu dan obstruksi usus. Dengan demikian, pada penyakit ini kadang-kadang pasien dari fenotipe golongan O mungkin memperoleh B dan tampak sebagai golongan B, atau seseorang dengan golongan A mungkin memperoleh B dan menjadi golongan AB.

Universitas Sumatera Utara

16

Berdasarkan penelitian dari Lindsey Kinball Institute, New York, yang menemukan bahwa Alpha galactosidase, suatu enzim yang disarikan dari kopi, dapat mengubah golongan darah B menjadi O. Yang membedakan sel darah merah golongan B dari O adalah adanya kelebihan satu molekul D-galactose dalam sel darah merah golongan darah B. Enzim galactosidase dimanfaatkan untuk melepaskan satu molekul D-galactose yang berlebih tadi sehingga susunan molekulnya sama dengan sel darah merah golongan O. Adapun isi dari reagen golongan darah A, B, O, AB ini terdapat dari Invitro culture supernatants dari immunoglobulin sel tikus, kemudian dicampur dengan buffer phosphate, sodium chloride,dimana terjadi Anti serum A berwarna biru, Antiserum B berwarna kuning, Antiserum AB tidak berwarna. BCSH. Clin Lab Haem. (1990) Setelah darah ditetesi serum maka akan terjadi beberapa kemungkinan yang akan menunjukkan golongan darah tersebut. Beberapa kemungkinan tersebut yaitu: a. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah,maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)

b. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B)

c. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi induvidu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)

d. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi,maka individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O). (Wijaya. 2009)

Universitas Sumatera Utara

17

Struktur ABO Antigen

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai