Fullpaper228 Fauziah Revisi 2404
Fullpaper228 Fauziah Revisi 2404
Fauziah, Ina Agustina Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknologi Komunikasi & Informatika Universitas Nasional fauziah_z2@yahoo.com Abstraksi
Munculnya teknologi televisi digital (sistem Direct To Home) telah memberikan peluang bisnis baru bagi para penyelenggara jasa multimedia, termasuk Kabelvision. Bisnis DTH diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan dan keinginan pelanggan serta kepentingan internal Kabelvision. Namun berdasarkan pengalaman berbagai macam layanan yang telah ada, Maka Perhitungan ini sangat diperlukan apabila bisnis yang sedang direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi, sekurangkurangnya dilihat dari segi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitabilitas Index (PI), Payback Period (PP), maupun Accounting Rate of Return (ARR).
2. PEMBAHASAN
Dewasa ini masyarakat memasuki era perubahan yang luar biasa dan seringkali disertai ketidakpastian. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta berusaha memenuhi harapan kosumen dengan cara yang lebih baik daripada yang dilakukan pesaing. Adanya kesadaran akan hal tersebut manajemen Kabelvision dengan didukung sepenuhnya oleh para pemegang saham berusaha melakukan usaha pengembangan strategi yang sesuai, yaitu dengan cara menganalisa, merumuskan, dan mengevaluasi berbagai macam faktor yang berpengaruh langsung terhadap perusahaan. Alternatif strategi yang akan ditempuh oleh Kabelvision adalah Product Development Strategic dan Market Development Strategy. Strategi pengembangan produk dan pasar ini merupakan strategi yang diusahakan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan dan memodifikasi produk atau jasa yang ada sekarang dan
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
memperkenalkan produk dan jasa tersebut ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Rencana pengembangan produk atau jasa yang dimaksud adalah Pengembangan Bisnis Direct To Home Pay TV. Sistem Direct To Home merupakan hasil dari perkembangan teknologi digital pada suatu pentransmisian sinyal video untuk penyiaran (broadcasting) televisi dengan mengimplementasikan fungsi kerja satelit. Sistem ini mampu mendistribusikan jasa multimedia, dalam hal ini program siaran untuk diakses secara langsung oleh pelanggan di rumah dengan mempergunakan suatu penerima Integrated Receiver Decoder (IRD) yang sederhana dan antena penerima. Kabelvision melihat suatu kesempatan untuk menjangkau potensi pasar nasional dengan memanfaatkan satelit. Karena hanya dengan infrastruktur satelit maka seluruh potensi pasar nasional dapat dijangkau dalam waktu yang cepat
NPV merupakan alat ukur yang biasa dilakukan dalam mengukur kinerja perencanaan investasi. Tabel 2.1
(IRR)
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
Payback Periode
Berdasarkan kelima alat ukur investasi tersebut diatas menunjukan bahwa investasi DTH Pay TV bagi PT Broadband Mulitimedia sangat layak untuk dijalankan.
3. PENUTUP KESIMPULAN
Perhitungan kriteria investasi pada perencanaan bisnis DTH Pay TV dilakukan dengan perhitungan mengenai feasible atau tidaknya bisnis yang dikembangkan dilihat dari segi kriteria investasi. Hasil perhitungan juga merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek. Perhitungan ini sangat diperlukan apabila bisnis yang sedang direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi, sekurangkurangnya dilihat dari segi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitabilitas Index (PI), Payback Period (PP), maupun Accounting Rate of Return (ARR).
SARAN
Berdasarkan hasil analisis perhitungan atas rencana bisnis DTH Pay TV seperti yang disimpulkan di atas dinyatakan layak untuk dijalankan dengan berbagai analisis dan asumsi yang dipersyaratkan sebelumnya. Kelayakan tersebut tentutnya perlu ditinjau ulang bila
terdapat asumsi-asumsi yang berubah sehingga akan terjadi perubahan dalam analisis kelayakan usaha. Asumsi-asumsi yang berubah misalnya adalah tingkat suku bunga, nilai tukar valuta asing serta pertumbuhan ekonomi. Selain itu perlu pula dilakukan tinjuan atas aspek bisnis non finansial seperti faktor kebijakan pemerintah, ekonomi, sosial budaya dan teknologi, serta faktor internal perusahaan.
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
4. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Bambang Riyanto, Dasar Dasar Pembelanjaan perusahaan, Edisi 4, BPFE Yogyakarta, 1995. [2]. Ibrahim, H.M. Yacob, Studi Kelayakan Bisnis. PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1998. [3]. Ishadi SK, Media Audio Visual di Era Multimedia Kompas, Jakarta, Rabu 28 Juni 2000. [4]. Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan Implementasi dan Kontrol, jilid I, PT. Prenhalindo, Jakarta, 1997. [5]. Rangkuti, Freddy, Business Plan : Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001. [6] Reimers, Ulrich, Digital Video Broadcasting (DVB) The Future of Television. http://www.cbu.ch/dvb/dvb_articles/dvb_physics.htm, 1998.
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta