Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Ruang Lingkup Laporan Keuangan, Analisis Laporan Keuangan yang Diperbandingkan, Analisis Trend &

Analisis Common-size, Analisis Ratio (REVISI)

Dosen Pengajar : Abdul Hadi, SE, M.Si Disusun Oleh: Dwi Tyas Cahyo. W (C1B109118)

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Tahun 2011

PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk mengetahui tingkat keuntungan, tingkat risiko kerugian atau tingkat kesehatan suatu perusahaan maka pihak-pihak yang berkepentingan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Analisis keuangan yang mencangkup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Sebelum membahas secara mendalam mengenai bagaimana cara membaca, menganalisa dan menginterpretasikan atau menafsirkan kondisi keuangan suatu perusahaan melalui keuangannya, maka berikut ini akan diuraikan arti pentingnya laporan keuangan serta sifat maupun keterbatasan laporan keuangan dan perlunya laporan keuangan diperiksa oleh akuntan publik.

Tujuan Penulisan

Membantu mahasiswa menambah wawasan dan mengetahui ruang lingkup analisis laporan keuangan dari empat pokok bahasan berikut ini :
1. Ruang Lingkup Laporan Keuangan

2. Laporan Keuangan yang Diperbandingkan 3. Analisis Trend & Analisis Common-size 4. Analisis Ratio

BAB I

RUANG LINGKUP LAPORAN KEUANGAN

A. Arti Pentingnya Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menetukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, di mana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. (Munawir, 2010 : 1) Laporan keuangan bermaksud memberikan informasi mengenai kondisi keuangan Perusahaan. Laporan keuangan adalah wakil perusahaan dalam menjelaskan kondisi keuangannya (Jusuf, 2000: 4). Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan beserta tujuannya sebagaimana dikemukakan oleh Harahap (1999: 7-9) meliputi: Pemilik Perusahaan Bagi pemilik perusahaan laporan keuangan dimaksudkan untuk:

Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen Mengetahui hasil dividen yang akan diterima Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya Mengetahui nilai saham dan laba per lembar saham Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa datang Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi investasi

Manajemen Perusahaan Bagi manajemen perusahaan laporan keuangan ini digunakan untuk:

Alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik.

Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian, atau segmen tertentu. Mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi, bagian, atau segmen. Menilai hasil kinerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab. Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijaksanaan baru. Memenuhi ketentuan dalam UU, peraturan, AD (Anggaran Dasar), Pasar Modal, dan lembaga regulator lainnya.

Investor Bagi investor laporan keuangan dimaksudkan untuk:


Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan. Menilai kemungkinan melakukan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan. Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan di masa datang.

Kreditur atau Perbankan Bagi kreditur, banker, atau suplier laporan keuangan digunakan untuk: Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Menilai kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan. Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of return perusahaan. Menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar daam pertimbangan keputusan kredit. Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati.

Pemerintah dan Regulator

Bagi pemerintah atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk: Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar. Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijakan baru. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain. Menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan. Bagi lembaga pemerintah lainnya bisa menjadi bahan penyusunan data dan statistik.

Analis, Akademisi, Pusat Data Bisnis Bagi analis, akademisi, dan juga lembaga-lembaga pengumpulan data bisnis seperti PDBI, Moodys, Brunstreet, Standard & Poor, Pefindo laporan keuangan ini penting sebagai bahan atau sumber informasi primer yang akan diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi analisa, ilmu pengetahuan, dan komoditi informasi. B. Pengertian Laporan Keuangan dan Pengertian Dasar Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan 1. Laporan Keuangan adalah merupakan obyek dari analisis terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, memahami latar belakang penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan langkah yang sangat penting sebelum menganalisis laporan keuangan itu sendiri.
2. Menurut Kasmir, S.E.,M.M (2011;7) pengertian sederhana laporan keuangan yaitu laporan

yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau pada periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi).
3. Menurut Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan laporan keuangan yaitu Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada

akhir periode unt k suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan). 4. Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (IAI, 2004: 04) laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. 5. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. (IAI; 2004; 2) Pengertian Analisis Laporan Keuangan 1. Menurut Harahap (1999: 190) analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. 2. Menurut Bernstein (1983: 3) dalam Harahap (1999: 190) analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan. C. Syarat-syarat Laporan Keuangan

1. Relevan artinya bahwa informasi yang dijadikan harus adalah hubungan dengan pihakpihak yang memerlukan untuk mengambil keputusan. 2. Dapat dimengerti artinya bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan secara jelas dan mudah dipahami oleh para pemakainya. 3. Daya uji artinya bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan konsep-konsep dasar akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dianut, sehingga dapat diuji kebenarannya oleh pihak lain. 4. Netral artinya bahwa laporan keuangan yang disajikan bersifat umum, objektif dan tidak memihak pada kepentingan pemakai tertentu. 5. Tepat waktu artinya bahwa laporan keuangan harus di sajikan tepat pada waktunya . 6. Daya banding artinya bahwa perbandingan laporan keuangan dapat diadakan baik antara laporan perusahaan dalam tahun tertentu dengan tahun sebelumnya atau laporan keuangan perusahaan tertentu dengan perusahaan lain pada tahun yang sama. 7. Lengkap artinya bahwa laporan keuangan yang disusun harus memenuhi syarat-syarat tersebut diatas dan tidak menyesatkan pembaca. D. Keterbatasan Laporan Keuangan Kita mengakui bahwa laporan keuangan yang telah disusun sedemikian rupa terlihat sempurna dan meyakinkan. Dibalik itu sebenarnya ada beberapa ketidaktepatan terutama dalam jumlah yang kita susun akibat berbagai faktor. Sebagai contoh banyaknya pendapat pribadi yang masuk atau penilaian berdasarkan nilai historis. Masalah seperti ini kita sebut dengan keterbatasan kita dalam menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu, setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu. Menurut Kasmir, S.E.,M.M (2011;16-17) berikut ini beberapa keterbatasan yang dimiliki perusahaan :
a. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di mana data-data

yang diambil dari data yang masa lalu. b. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja.

c. Proses penyusutan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. d. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah. e. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya. Keterbatasan laporan keuangan tidak akan mengurangi arti nilai keuangan secara langsung karena hal ini memang harus dilakukan agar dapat menunjukkan kejadian yang mendekati sebenarnya, meskipun perubahan berbagai kondisi dan berbagai sektor terus terjadi. Artinya selama laporan keuangan disusun sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, maka inilah yang dianggap telah memenuhi syarat sebagai suatu laporan keuangan. E. Peranan Pemeriksaan Akuntan Publik Menurut Drs.S.Munawir (1979: 11-12 ) penganalisaan atau penilaian terhadap posisi atau keadaan keuangan dan perkembangannya suatu perusahaan dapat dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak yang ada dalam perusahaan (internal analis) di mana mereka ini bebas untuk melihat data-data akuntansi secara terperinci dan memperoleh laporan keuangan dalam bentuk yang asli. Sedang pihak kedua adalah pihak eksternal analis yaitu pihak-pihak lain di luar perusahaan yang tidak berwenang melihat data-data perusahaan secara terperinci. Bahkan mungkin laporan keuangan yang diperolehnya tidak asli karena sudah diolah sedemikian rupa sehingga kelihatan baik. Karena hal-hal yang demikian maka kita di samping harus menyadari adanya keterbatasan yang dimiliki oleh laporan keuangan, juga harus memperhatikan apakah laporan keuangan tersebut sudah diperiksa (audit) oleh akuntan publik atau belum. Sebagai alat untuk memeriksa laporan keuangan klien, audit mempunyai kegunaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Dengan demikian, kegunaan audit menurut (Darsono, 2005: 33) dapat dilihat dari perspektif berbagai pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan.

Manajemen

Untuk mengetahui kinerjanya dalam mengelola kekayaan perusahaan. Dalam audit akan ditemukan kekurangan dan kelemahan dari sistem akuntansi yang dijalankan perusahaan, sehingga dapat dilakukan perbaikan.

Pemegang Saham

Untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan pemegang saham. Dengan adanya audit, pemegang saham bisa memperoleh informasi yang lebih akurat tentang pengelolaan kekayaan karena telah diuji oleh pihak independen. Kecurangan dalam melaporkan dapat diminimalisir sampai sekecil mungkin, sehingga tidak terjadi salah informasi

Kreditur

Dapat membantu menilai kekayaan dan pengelolaan perusahaan oleh manajemen dan dapat juga dijadikan dasar dalam pemberian kredit karena mencerminkan seberapa valid dan relevan informasi keuangan perusahaan.

Pemerintah

Pemerintah berkepentingan terhadap pengelolaan perusahaan secara baik dan juga untuk mengestimasi kewajiban pajak perusahaan. Dengan adanya pendapat auditor, pemerintah akan memperoleh keyakinan atas laporan keuangan perusahaan sebagai dasar penetapan pajak.

F. Jenis dan Bentuk Penyajian Laporan Keuangan

Jenis Laporan Keuangan Menurut Kasmin (2008: 28-30) dalam prakteknya, secara umum ada lima laporan keuangan yang bisa disusun, yaitu:
1. Neraca (Balance Sheet) : laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada

tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksud adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) : laporan keuangan yang menggambarkan hasil

usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh.
3. Laporan Arus Kas : laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan

kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas terdiri arus kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu.
4. Laporan Perubahan Ekuitas : laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki

pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.
5. Catatan atas Laporan Keuangan : Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan

laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Bentuk Penyajian Laporan Keuangan 1. Neraca, memiliki dua bentuk penyajian (Djarwanto, 1999: 16) :

Bentuk rekening (account form). Dalam bentuk rekening, aktiva ditempatkan di sebelah kiri dan utang dan modal sendiri (disebut passiva) ditempatkan di sebelah kanan. Bentuk laporan (report form). Dalam bentuk ini, aktiva ditempatkan di bagian atas sedang utang beserta modal sendiri ditempatkan di bawah aktiva secara vertikal.

2. Laporan Laba Rugi, memiliki dua bentuk penyajian (Fraser dan Ailen Ormiston, 2004: 102)

Format satu tahap (single step format ) mengumpulkan pendapatan-pendapatan dalam satu kelompok kemudian dipotong dengan beban untuk mencapai laba bersih. Format fase berjenjang banyak (multiple step format), di mana disajikan laba berjenjang Laba kotor, laba usaha dan laba sebelum pajak sebelum sampai ke laba bersih untuk periode berjalan.

Pendekatan lain dalam penyusunan laporan laba rugi yaitu yang disebut dengan marginal contribution format.

G. Hubungan antar Berbagai Laporan Keuangan Neraca dan Laporan Laba/Rugi bukanlah merupakan dua laporan yang berdiri sendiri tanpa hubungan. Secara sistematis, hubungan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1 berikut (Jusuf, 2000: 40-41):

REVISI No 1 2 REVISI Menambah arti pentingnya laporan keuangan menurut Munawir Menghapus, Laporan Keuangan berupa Neraca, LRA, LAK yang disajikan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan keuangan oleh pejabat pemerintah daerah harus memiliki hubungan satu sama lain, alias harus sinkron. Karena tidak berhubungan dengan Ruang Lingkup yang Diperbandingkan.

BAB II LAPORAN KEUANGAN YANG DIPERBANDINGKAN

A. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan mencakup data atau informasi perusahaan yang disajikan dan informasi yang dibutuhkan para pemakai laporan keuangan. Pada satu sisi laporan keuangan menyajikan informasi mengenai apa yang telah terjadi, sementara pada sisi lainnya para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi mengenai apa yang mungkin terjadi di masa datang. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. (IAI; 2004; 4) Kesenjangan kebutuhan informasi ini pada akhirnya menuntut suatu pemecahan. Untuk memecahkan kesenjangan informasi inilah diperlukan suatu analisis terhadap laporan keuangan, utamanya dalam memprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa datang. Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukurna-ukuran dan hubunganhubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian fungsi yang pertama dan yang terutama dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengkonversi data menjadi informasi. Menurut Drs. Dwi Prastowo D.,M.M.,Ak (2008:57-58) Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan. Misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger, sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang, sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya, atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Dari sudut lain tujuan analisis Laporan Keuangan menurut Bernstein (1983) dalam Harahap (1999: 197) adalah sebagai berikut : 1. Screening, analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. 2. Forcasting, analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. 3. Diagnosis, analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masakah yang terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan atau masalah lain. 4. Evaluation, analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain-lain

Dari semua tujuan tersebut, yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi; mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangan-pertimbangan, melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut.

B. Prosedur Dalam Analisis Laporan Keuangan Menurut Drs. Dwi Prastowo D.,M.M.,Ak (2008:58-59) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan tersebut. 2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi yang dipahami mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industri di mana perusahaan beroperasi; perubahan teknologi; perubahan selera konsumen; perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan per kapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak, dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci. 3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karakteristik (profil) perusahaan sebelum berbagai teknik analisis laporan keuangan diaplikasikan perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Apabila dipandang perlu, dapat menyusun kembali laporan keuangan perusahaan yang dianalisis. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. 4. Menganalisis laporan keuangan Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterprestasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai rekomendasi).

Prosedur analisis laporan keuangan menurut Abdullah (2001: 34-35) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Review data laporan keuangan: aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat/jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi yang berlaku. Tujuan dilakukannya review data laporan keuangan adalah untuk menyakinkan pada penganalisa bahwa laporan keuangan itu sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun metode penilaian yang tepat, sehingga penganalisa akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable). 2. Menghitung, dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan perhitungan-perhitungan, meliputi metode perbandingan, persentase perkomponen, analisis rasio keuangan, dan lain-lain. 3. Membandingkan / mengukur, langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan tersebut apakah sehat atau tidak sehat. 4. Menginterpretasikan. Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara hasil perbandingan/pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. Hasil interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dihadapi perusahaan dalam pengelolaan keuangan. 5. Solusi, dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan ditempuh solusi yang tepat. Secara skematis prosedur analisis laporan keuangan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

C. Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan Analisa-analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubunganhubungan dan tendensi atau kecendrungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Metode dan teknik analisa (alat-alat analisa) digunakan untuk menetukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya.

Tujuan dari setiap metode dan teknik analisa adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Pertama-tama penganalisa harus mengorganisir ataupun mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur kemudian menganalisa dan kemudian mengiterpretsaikan sehingga data ini menjadi lebih berarti. Menurut Drs. S. Munawair (2010:36) Ada dua metode analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu analisa horizontal dan analisa vertikal. Analisa horizontal adalah dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa alat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horisontal ini disebut pula metode analisa dinamis. Analisa vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisa vertikal ini disebut metode analisa statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya. Menurut Drs. S. Munawair (2010:36-37) teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Analisa perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan : a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase. d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio. e. Prosentase dari total. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

5. Analisa sumber dan penggunaan kas adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selam periode tertentu. 6. Analisa ratio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisa perubahan laba kotor adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor perusahaan dari periode ke periode lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisa break even adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Metode dan teknik analisa manapun yang digunakan, semuanya adalah merupakan permulaan dari proses analisa yang diperlukan untuk menganalisa laporan keuangan, dan setiap metode analisa mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

D. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan

1.

Neraca menunjukkan aktiva, hutang dan modal perusahaan pada suatu saat tertentu, dengan demikian Neraca yang diperbandingkan (comparative balance sheet) menunjukkan aktiva, hutang serta modal perusahaan pada dua tanggal atau lebih untuk satu perusahaan, atau pada tanggal tertentu untuk dua perusahaan yang berbeda. Dengan memperbandingkan neraca untuk dua tanggal atau lebih akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi.

2.

Laporan rugi laba menunjukkan penghasilan-penghasilan yang diperoleh perusahaan, biayabiaya yang terjadi serta laba atau rugi netto sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu, sehingga Laporan rugi laba yang diperbandingkan menunjukkan penghasilan, biaya, laba atau rugi netto dari hasil operasi perusahaan dalam dua periode atau lebih.

Dengan mengadakan atau menggunakan analisa yang dinamis akan diperoleh hasil analisa yang lebih memuaskan, karena dengan laporan keuangan yang diperbandingkan untuk beberapa periode akan diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut. Dalam metode analisa pembandingan ini dapat ditunjukkan dalam : a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah b. Kenaikan atau penurunan dalam jumah rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase d. Perbandingan yang dinyatakan dalam ratio e. Dinyatakan dalam prosentase dari total

Neraca menunjukkan aktiva, hutang, dan modal perusahaan pada suatu saat tertentu, dengan demikian neraca yang diperbandingkan (comparative balance sheet) menunjukkan aktiva, hutang serta modal perusahaan pada dua tanggal atau lebih untuk satu perusahaan, atau pada tanggal tertentu untuk dua perusahaan yang berbeda. Dengan memperbandingkan neraca untuk dua tanggal atau lebih akan diketahui perubahan-perubahan yang terjadi. Menurut Drs. S. Munawair (2010:38) perubahan-perubahan dalam neraca tersebut mungkin disebabkan karena : a. Laba atau rugi yang bersifat operasionil maupun insidentil. b. Diperolehnya aktiva baru maupun adanya perubahan bentuk aktiva. c. Timbulnya atau lunasnya hutang maupun adanya perubahan bentuk hutang yang satu ke bentuk hutang yang lain. d. Pengeluaran atau pembayaran atau penarikan kembali modal saham. Laporan laba rugi menunjukkan penghasilan-penghasilan yang diperoleh perusahaan, biaya-biaya yang terjadi serta laba atau rugi netto sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu, sehingga laporan laba rugi yang diperbandingkan menunjukkan penghasilan, biaya, laba atau rugi netto dari hasil operasi perusahaan dalam dua periode atau lebih. Drs. S. Munawair (2010:38) Laporan keuangan dianalisa dengan mengadakan pembandingan dari laporan-laporan selama beberapa periode dinamakan analisa horizontal atau analisa dinamis.

Sedangkan laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode saja dinamakan analisa vertikal atau analisa statis. Dengan mengadakan atau menggunakan analisa yang dinamis akan diperoleh hasil analisa yang lebih memuaskan, karena dengan laporan keuangan yang diperbandingkan untuk beberapa periode maka akan diketahui sifat dan tendensi perubahan yang dapat terjadi dalam perusahan tersebut. Keuntungan utama dapat diketahuinya pertambahan atau pengurangan ini adalah bahwa perubahan yang besar akan terlihat dengan jelas, dan dapat segera diadakan penyelidikan atau analisa lebih lanjut dan menunjukkan sampai seberapa jauh perkembangan keadaaan keuangan perusahaan dari hasil-hasil yang akan dicapai. Bentuk atau kolom-kolom dalam laporan keuangan yang diperbandingkan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Kolom Perubahan menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam absolutnya (jumlah dalam rupiah), sedang kolom % dari total menunjukkan pertambahan atau pengurangan yang dinyatakan dalam prosentase. Prosentase ini dapat dihitung dengan membagi jumlah pertambahan atau pengurangan dari setiap pos dengan jumlah yang terdapat dalam laporan tahun sebelumnya atau tahun yang dijadikan pembanding (tahun dasar). Apabila tahun data pembandingnya kosong (nol) atau negatif maka perubahan dalam prosentase tidak dapat ditentukan, begitu pula kalau data yang diperbandingkan negatif maka prosentase perubahannya tidak dapat ditentukan, tetapi kalau data pembandingnya ada nilainya sedang data yang diperbandingkan kosong (nol) maka perubahan dalam prosentase masih dapat ditentukan. Untuk jelasnya diberi contoh sebagi berikut :

Kolom E atau kolom ratio dihitung dengan membagi jumlah rupiah tiap pos dari tahun yang diperbandingkan dengan tahun pembanding atau tahun dasar. Kolom F atau prosentase dari total dihitung dengan masing-masing pos aktiva dengan jumlah aktivanya dan masing-masng pos pasiva dibagi dengan jumlah pasiva, sedangkan pos-pos biaya dibagi dengan jumlah penjualan bersih. Dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan yang menunjukkan data absolutnya saja maka kita akan mengalami kesulitan karena sulit untuk mengetahui adanya hubungan-hubungan

ataupun perubahan-perubahan yang penting di antara data-data absolut, oleh karena itu dalam perbandingan tersebut ditunjukkan juga kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiahnya. Besarnya perubahan jumlah dalam rupiah dari tahun ke tahun juga sebaiknya diikuti dengan menentukan perubahan relatifnya yang dinyatakan dalam prosentase, sehingga kita mengetahui proporsi perubahan yang terjadi. Untuk dapat lebih menjelaskan perbandingan laporan keuangan dapat juga ditambahkan suatu kolom lain yaitu kolom ratio (kolom E). Ratio yang lebih dari satu berarti bahwa jumlah dalam tahun yang dibandingkan lebih besar daripada jumlah dalam tahun pembanding atau menunjukkan adanya kenaikan, sebaliknya kalau ratio lebih rendah dari pada satu berarti ada penurunan. Dengan diketahuinya prosentase dari total untuk masing-masing pos maka akan diketahui pula perubahan proporsi masing-masing pos tersebut dari periode ke periode berikutnya.

REVISI No REVISI

Menambahkan Perbandingan Laporan Keuangan PT. Astra Otoparts sebagai contoh perhitungan Laporan Keuangan yang Diperbandingkan Menambahkan isi dalam sub bab Analisa Perbandingan Laporan Keuangan karena ada yang kurang terlengkapi.

BAB III ANALISIS KECENDERUNGAN (TREND ANALYSIS ) & ANALISIS PERSENTASE PERKOMPONEN (COMMON SIZE ANALYSIS)

I. Analisis Trend E. Pengertian Analisis Trend Analisis trend (tendensi posisi) merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan perubahan naik atau mengalami penurunan (Abdullah, 2oo1: 36). Menurut Drs. Dwi Prastowo D.,M.M.,Ak (2008;66), analisis trend merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan dan termasuk metode analisis horizontal. Analisis menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos laporan keuangan selama periode (dari tahun ke tahun). Untuk dapat menghitung analisis ini diperlukan dasar pengukurannya atau tahun dasarnya (base year). B. Perhitungan Trend Hasil perhitungan trend dapat ditunjukkan dalam bentuk persentase atau indeks. Perhitungan trend dalam bentuk persentase dan indeks dapat dijelaskan sebagai berikut: Trend dalam Bentuk Persentase Trend dalam persentase dihitung dengan memilih tahun pertama sebagai dasar perbandingan atau sebagai tahun dasarnya (Djarwanto, 1999: 62). Tahun dasar menurut Jusuf (2000: 93) adalah tahun pertama dari seluruh periode yang dianalisis. Misalnya kita mengadakan analisis trend untuk periode tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, maka tahun yang dijadikan dasar adalah tahun 2005. Tahun dasar ini diberi angka 100%. Data tahun-tahun lainnya dibandingkan dengan data tahun dasar tersebut. Dalam menentukan tahun dasar seperti dikemukakan Harahap (1999: 245) ditentukan dengan melihat arti suatu tahun bisa tahun pendirian, tahun perubahan, atau reorganisasi, dan tahun bersejarah lainnya. Biasanya data atau laporan keuangan dari tahun yang paling awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa tersebut dianggap sebagai tahun dasar (base year). Pemilihan tahun yang

paling awal sebagai tahun dasar ini bukan merupakan suatu keharusan, karena tahun yang paling awal tersebut belum tentu menunjukkan keadaan yang normal atau representative. Sedapat mungkin periode atau laporan keuangan yang digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun yang paling normal di antara tahun-tahun yang dianalisa (Munawir, 2010:52)

Trend dalam prosentase ini biasanya tidak dihitung untuk semua pos yang tercantum dalam laporan, bila terdapat angka pecahan maka angka tersebut dapat dibulatkan atau dihilangkan (misalnya 125,5 menjadi 126 dan 125,4 menjadi 125). (Munawir, 2010:55)

Trend dalam Bentuk Index Di samping dalam bentuk persentase, juga dapat dilakukan perhitungan kecenderungan dalam bentuk index. Menurut Jusuf (2000: 97) pada prinsipnya adalah sama kecuali tidak dikali

dengan 100%. Tahun dasar ditetapkan sebagai angka 1. Data tahun lainnya dibandingkan dengan data tahun dasar. Cara yang terbaik untuk menganalisa laporan keuangan yang lebih dari tiga tahun tersebut adalah dengan menggunakan angka index. Dengan menganalisa laporan keuangan untuk jangka waktu lebih dari tiga tahun akan diketahui kecenderungan atau arah atau trend dari posisi keuangan ataupun hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, apakah menunjukan arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun.

C. Evaluasi Trend dalam Persentase

Hasil perbandingan angka persentase dalam trend tersebut menunjukkan perubahan relatif dari data keuangan sepanjang kurun waktu tertentu (Djarwanto, 1999: 62). Demikian juga dengan trend dalam bentuk index cara interpretasinya adalah sama. http://hadiborneo.wordpress.com/2010/10/08/analisis-trend-dan-persentase-per-komponencommon-size/

II. Analisis Common-Size (Persentase Per-komponen) A. Pengertian Persentase per Komponen 1. Menurut Djarwanto (1999: 71), persentase per komponen adalah persentase dari masingmasing unsur aktiva terhadap total aktivanya, masing-masing unsur pasiva terhadap total pasivanya, dan masing-masing unsur laba-rugi terhadap jumlah penjualan netonya. Laporan yang demikian disebut common-size statement.
2. Menurut Jusuf (2000: 75), common size analysis adalah menganalisis laporan keuangan

untuk satu periode tertentu dengan cara membanding-bandingkan pos yang satu dengan pos lainnya. Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan persentase di mana salah satu pos ditetapkan patokan 100%. B. Perhitungan Persentase per Komponen Metode mengubah jumlah-jumlah rupiah dari masing-masing unsur laporan keuangan menjadi angka persen dari total, dilakukan sebagai berikut (Djarwanto, 1999: 71) : 1. Nyatakan total aktiva, total pasiva (total utang plus modal sendiri), dan jumlah penjualan netto dengan 100%. 2. Hitunglah rasio dari masing-masing unsur laporan keuangan dengan totalnya, dengan cara membagi jumlah rupiah masing-masing unsur laporan keuangan itu dengan totalnya. Metode tersebut dapat dituliskan ke dalam formulasi sebagai berikut (Jusuf, 2000: 76 dan 84): 1. Persentase per komponen dari neraca, %pos = nilai pos : total aktiva x 100% 2. Persentase per komponen dari laporan laba-rugi, %pos = nilai pos : nilai penjualan x 100% C. Evaluasi Persentase per Komponen Persentase per Komponen dari Neraca

Persentase per komponen dari neraca menunjukkan persentase dari masing-masing unsur aktiva dari total aktivanya dan persentase dari masing-masing unsur passiva dari total passivanya (Djarwanto, 1999: 74). Hasil perbandingan dalam persentase tersebut menunjukkan (Jusuf, 2000:79): 1). Peran dari masing-masing account terhadap total aktiva, 2). Peran dari masing-masing pos pembiayaan (utang atau modal sendiri) dalam membiayai aktiva, 3). Analisis ini juga memberikan indikasi mengenai karakteristik bisnis yang bersangkutan.

Persentase per Komponen dari laporan laba-rugi 5. Persentase per komponen dari laporan laba-rugi menunjukkan besarnya persentase masingmasing unsur laba-rugi dari nilai penjualan nettonya (Djarwanto, 1999: 78). 6. Hasil perbandingan dalam persentase tersebut menurut (Djarwanto, 1999:78) menunjukkan bagian dari penjualan netto yang telah terserap oleh unsur-unsur seperti beban pokok penjualan, berbagai macam biaya usaha, biaya non operating, pajak perseroan, dan pendapatan bersih sebagai sisanya. Menurut Drs. Dwi Prastowo D., M.M., Ak (2008 ; 68), suatu neraca yang disusun dalam persentasi per-komponen (Common-size- Statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut : 1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar. 2. Struktur Modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri. Sedangkan pada Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen (common-size percentage) dapat menggambarkan distribusi/ alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada masingmasing elemen biaya dan laba. Evaluasi Terhadap Common Size Statement

Laporan dengan prosentase per komponen menunjukkan prosentase dari total aktiva yang telah diinvestasikan dalam masing-masing jenis aktiva. Dengan mempelajari laporan dalam prosentase ini dan memperbandingkan dengan rata-rata industry sebagai keseluruhan dari perusahaan yang sejenis akan dapat diketahui apakah investasi kita dalam sesuatu aktiva telah melebihi batas-batas yang umum berlaku (over investment) atau justru masih terlalu kecil (under investment), dengan demikian untuk periode berikutnya kita dapat mengambil

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu, agar investasi kita dalam sesuatu aktiva tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar.

Laporan dengan cara ini juga menunjukkan distribusi daripada hutang dan modal, jadi menunjukkan sumber-sumber dari mana dana yang di investasikan dalam aktiva tersebut. Study tentang ini akan menunjukkan sumber mana yang merupakan sumber pokok pembelanjaan perusahaan, juga akan menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan menggunakan kemampuannya untuk memperoleh kredit dari pihak luar, karena dari itu juga dapat diduga/diketahui berapa besarnya margin of safety yang dimiliki oleh para kreditor. Prosentase per komponen yang terdapat dalam neraca akan merupakan prosentase per komponen terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke tahun hanya akan menunjukkan trend daripada hubungan (trend of relationship), dan tidak menunjukkan ada atau tidak adanya perubahan secara absolute. Perubahan ini dapat dilihat kalau dikembalikan pada data absolutnya. Jadi perubahan dari tahun ke tahun tidak menunjukkan secara pasti adanya perubahan dalam data absolut. Laporan dengan prosentase per komponen dalam hubungannya dengan laporan rugi laba, menunjukkan jumlah atau prosentase dari penjualan netto atau net sale yang diserap tiap-tiap individu biaya dan prosentase yang masih tersedia untuk income. Common size percentage analysis banyak digunakan oleh perusahaan dalam hubungannya dengan income statement, karena adanya hubungan yang erat antara penjualan, harga pokok dan biaya operasi, sedang untuk neraca tidak banyak digunakan. Dalam laporan prosentase per komponen (Common Size Statement) semua komponen atau pos dihitung prosentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk lebih meningkatkan atau menaikkan mutu atau kwalitas data maka masing-masing pos atau komponen tersebut tidak hanya dihitung prosentase dari jumlah totalnya tetapi juga dihitung prosentase masing-masing komponen terhadap sub totalnya. (Munawir, 2010:61-62)

REVISI BAB 3 No 1 2 REVISI Menambahkan Evaluasi Terhadap Common Size Statement, karena pada sebelumnya tidak terdapat hal tersebut. Menambahkan Perhitungan Common Size, Trend Presentase, & Trend Index pada Laporan Keuangan PT. Astra Otoparts sebagai contoh perhitungan Analisis Laporan Keuangan (Analisis Trend & Analsis Persentasi).

BAB IV ANALISIS RATIO Ratio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak digunakan. Ratio ini merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan simptom (gejala-gejala yang tampak) suatu keadaan. Jika diterjemahkan secara tepat, ratio ini juga dapat menunjukan area-area yang memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih mendalam. Analisis ratio dapat menyingkap hubungan sekaligus menjadi dasar perbandingan untuk menunjukan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen ratio itu sendiri. Namun demikian, fungsi ratio seringkali disalahartikan dan akibatnya manfaatnya terlalu dibesar-besarkan. (Dwi, 2008:80) Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisa prestasi operasi perusahaan. Disamping itu, analisis rasio keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan. Dengan kata lain bagian ini akan membahas tentang (1) faktor kritis dalam analisis rasio keuangan, (2) mempelajari bagaimana analisis rasio keuangan tersebut dipergunakan dan (3) membahas secara logis laporan sumber dan penggunaan dana. 3. Dari sudut pandang manajemen Analisis laporan keuangan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisikondisi divmasa depan, dan sebagai titik awal melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang. 4. Dari sudut pandang investor Para investor akan menggunakan rasio keuangan ini sebgai alat untuk mengevaluasi nilai saham dan obligasi berbagai perusahaan. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk mengukur adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan.

9. Rasio Likuiditas

Kreditor jangka pendek lebih memperhatikan prospek perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Kreditor ini lebih tertarik pada aliran kas dan manajemen modal kerja dibanding berapa besar laba akuntansi yang dilaporkan perusahaan. Dengan kata lain, kreditor jangka pendek lebih tertarik pada likuiditas perusahaan. Menurut Drs. Dwi Prastowo D.,M.M.,Ak (2008:80) Likuiditas yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk mengukur kemampuan ini, biasanya digunakan current ratio, quick ratio, cash ratio.

Current Ratio Rasio antara aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar. Ratio ini disebut dengan Current Ratio, yang dapat dihitung dengan rumus berikut :

Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua kativa lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar. Sedangkan hutang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua hutang lancar benar-benar harus dibayar. Current Ratio sangat berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan, akan tetapi dapat menjebak. Hal ini dikarenakan current ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang tentu saja tidak dapat dipakai untuk membayar hutang. Untuk menguji apakah alat bayar tersebut benar-benar likuid (benar-benar dipakai untuk membayar hutangnya), maka alat bayar yang kurang atau tidak likuid harus dikeluarkan dari total aktiva lancar. Alat bayar yang kurang likuid ini misalnya persediaan dan pos-pos yang analog dengan persediaan. Quick Ratio Menurut Drs. R. Agus Sartono, M.B.A. (1997;63) Quick Ratio adalah rasio antara aktiva lancar dikurangi dengan persediaan dibagi dengan hutang lancar. Rasio ini mengukur solvabilitas jangka

pendek tetapi tidak memperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang likuid. Quick ratio dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segera diperoleh, dan bahkan tidak mudah dijual pada kondisi ekonomi yang lesu. Net working capital ratio atau rasio modal kerja bersih.

Modal kerja merupakan suatu ukuran dari likuiditas perrusahaan. Sumber modal kerja adalah (Irham, 2011:126) : 3. 4. 5. 6. Pendapatan bersih Peningkatan kewajiban yang tidak lancar Kenaikan ekuitas pemegang saham Penurunan aktiva yang tidak lancar

Adapun rumus net working capital ratio adalah :

Cash Flow Liquidity Ratio

Cash flow liquidity ratio atau disebut juga dengan rasio likuiditas arus kas. Rasio likuiditas arus kas menggunakan pembilang sebagai suatu perkiraan sumber kas, kas dan surat berharga

menyajikan jumlah kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan seperti kemampuan menjual persediaan dan menagih kas. Jika rasio ini terjadi peningkatan maka itu menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengatasi berrbagai permasalahan kewajiban jangka pendeknya, namun sebaliknya jika arus kas menggambarkan terjadinya penurunan maka ini menunjukkan bahwa perusahaan akan bermasalah atau harus menerapkan alternatif strategi dalam mengatasi berbagai hal yang menyangkut dengan kebutuhan jangka pendek. Adapun rumus cash flow liquidity ratio adalah (Irham, 2011:126) :

Keterangan:

Cash = Kas Commercial Paper = Surat berharga CFO = Cash Flow from Operating Activities

Cash flow from operating activities ini disebut juga dengan arus kas dari aktivitas operasi. Perolehan ini berasal dari berbagai aktivitas operasi perusahaan dimana perolehan itu selanjutnya masuk ke dalam kas perusahaan atau telah menambah nilai kas.

10. Rasio Leverage Menurut Drs. R. Agus Sartono, M.B.A. (1997;63) rasio leverage, mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini menunjukkan seberapa besar sebuah perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai operasi maupun ekspansinya sendiri. Leverage sering diartikan sebagai pendongkrak kinerja perusahaan dan identik dengan hutang. Pasalnya, hutang maupun pinjaman memang bisa mendongkrak kinerja perusahaan, ketimbang jika perusahaan itu hanya mengandalkan kekuatan modalnya sendiri. Debt to Total Assets Ratio

Mengukur presentase total dana yang dipenuhi atau dibiayai dengan hutang.
f. Debt to Total Assets Ratio yang rendah, berarti menunjukkan adanya perlindungan bagi

kreditur terhadap kemungkinan likuidasi. g. Pemilik mungkin akan mencari (menentukan) suatu leverage yang tinggi untuk menaikkan tingkat keuntungan atau karena penambahan modal sendiri berarti akan mengurangi tingkat pengendalian perusahaan.

Debt to Equity Ratio Rasio ini membandingkan total hutang dengan modal sendiri perusahaan. Cara menghitungnya adalah membagi total hutang dengan modal sendiri dan hasilnya dalam persen. Semakin rendah DER perusahaan, semakin bagus kondisi perusahaan tersebut. para analis menilai, tingkat DER yang aman adalah kurang dari 50%.

Time Interest Earned Ratio Untuk mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan proteksi kepada kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar bunga, digunakan ratio time Interest Earned Ratio, dengan cara perhitungan sebagai berikut :

Fixed Charge Coverage Rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) ditambah pembayaran sewa dengan beban bunga dan pembayaran sewa. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetapnya berupa bunga dan sewa.

Debt Service Ratio

11. Rasio Aktivitas

Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya, atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur efesiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. www.scribd.com/mobile/documents/21096607 Inventory Turnover Rasio inventory turnover ini melihat sejauh mana tingkat perputaran persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Adapun rumus inventory turnover adalah sebagai berikut (Irham, 2011:132):

Keterangan : 7. Cost of Good Sold = Harga Pokok Penjualan

8.

Average Inventory = Rata-rata Persediaan

Day Sales Outstanding Rasio day sales outstanding disebut juga dengan ratarata periode pengumpulan piutang. Rasio ini mengkaji tentang bagaimana suatu perusahaan melihat periode pengumpulan piutang yang akan terlihat. Adapun rumus day sales outstanding adalah (Irham, 2011:134) :

Keterangan :

Receivable = Piutang Credit Sales = Penjualan Kredit

Fixed Assets Turnover Rasio fixed assets turnover disebut juga dengan perputaran aktiva tetap. Rasio ini melihat sejauh mana aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan memiliki tingkat perputarannya secara efektif, dan memberikan dampak pada keuangan perusahaan. Adapun rumus fixed assets turnover adalah (Irham, 2011:134) :

Keterangan : F. Salles = Penjualan G. Fixed Assets-net = Aktiva Tetap Neto

Total Assets Turnover Total assets turnover disebut juga dengan perputaran total aset. Rasio ini melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif. Adapun rumus total assets turnover adalah (Irham, 2011:135) :

Long Term Asset Turnover Rasio long term asset turnover disebut juga dengan rasio perputaran aset jangka panjang. Adapun rumus dari long term asset turnover adalah (Irham, 2011:135) :

12. Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Gross Profit Margin Rasio antara penjualan dikurang dengan harga pokok penjualan (laba kotor) dengan penjualan. Rasio ini mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap dari setiap rupiah penjualan. Gross profit margin yang rendah dari rata-rata industri menunjukkan bahwa harga jual perusahaan relatif lebih rendah atau harga pokok penjualan yang relatif tinggi atau keduanya.

Operating Profit Margin

Pada rasio operating profit margin ini, angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan. Rasio ini dihitung dengan rumus berikut:

Net Profit Margin Rasio net profit margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan. Rasio ini juga mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak.

Return on Assets (ROA) Menurut Drs. R. Agus Sartono, M.B.A. (1997;65) Return on Assets adalah rasio antara laba bersih (EAT) dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total. Rasio yang lebih rendah dapat disebabkan karena net profit margin yang rendah atau karena perputaran total aktiva yang rendah atau keduanya.

Return on Investment (ROI) Laba atas investasi yaitu rasio uang yang diperoleh atau hilang dalam suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebut bunga atau laba/rugi. Investasi uang dapat dirujuk sebagai aset, modal, pokok, basis biaya investasi. ROI biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.

www.wikipedia.org/wiki/ROI

Return on Equity (ROE) Rasio return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilki untuk mampu membereikan laba atas ekuitas. Adapun rumus return on equity (ROE) adalah (Irham, 2011:137) :

13. Standar Rasio Industri Karena adanya perbedaan angka ratio yang dihitung dengan angka ratio yang digunakan sebagai standar yang disebabkan oleh beberapa factor, penganalisa harus terlebih dahulu mereview atau menyusun kembali standard ratio yang sesuai dengan kehendak penganalisa yang bersangkutan. Langkah-langkah pembuatan standar ratio : Pengumpulan laporan keuangan dari perusahaan yang dapat diperbandingkan dalam industry Menghitung angka ratio yang dipilih untuk tiap-tiap perusahaan dalam industry Menyusun ratio-ratio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah dan menghapuskan ratio ekstrem. Menghitung rata-rata hitungnya atau menentukan mediannya

Standard ratio bukanlah merupakan angka pembanding yang ideal atau bukanlah merupakan ukuran yang pasti, tetapi standar ratio dapat digunakan sebagai pedoman atau pegangan bagi penganalisa. Apabila dalam pembandingan ini terdapat penyimpangan yang cukup besar maka perlu bagi penganalisa untuk mengadakan penelitian lebih jauh. Sebab penyimpangan tersebut mungkin sekali ditimbulkan oleh hal-hal yang luar biasa yang hanya terjadi dalam perusahaan yang sedang dianalisa. 14. Analisis Ratio Sudut Pandang Manajemen Analisa rasio keuangan merupakan cara yang diperlukan oleh pihak manajemen untuk mengukur tingkat keuntungan ataupun kerugian yang telah dicapai oleh perusahaan setiap periode. Pihak manajemen perusahaan menggunakan analisa rasio keuangan untuk mengambil berbagai tindakan guna mencapai tujuan perusahaan. Rasio Aktivitas, rasio digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam menggunakan sumber dayanya. Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. 15. Analisis Ratio Sudut Pandang Pemilik Dalam melakukan analisis rasio keuangan mengambil sudut pandang pemilik perusahaan yang telah menginvestasikan modalnya bagi perusahaan. Oleh karena itu hanya akan membahas analisis rasio yang berhubungan yaitu : Rasio Likuiditas Ratio Solvabilitas Current Ratio

Total Debt to Total Capital Assets Rasio Profitabilitas

Rasio Pengembalian Aktiva (Return On Investment) 16. Analisis Ratio Pemberi Pinjaman

Bagi kreditur, analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk memperkirakan potensiresiko yang akan dihadapi, yang berkaitan dengan jaminan kontinuitas pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. Kreditur jangka pendek Kreditur jangka pendek berkepentingan atas likuiditas perusahaan. Sampai sejauh mana perusahaan mampu membayar hutang jangka pendek sangat penting bagi para kreditor jangka pendek.

Kreditur jangka panjang Kreditur jangka panjang berkepentingan atas profitabiitas dan likuiditas perusahaan. Para kreditur menginginkan mendapat informasi sampai sejauh mana perusahaan mendapat laba, sehingga perusahaan mampu membayar bunga dari uang yang dipinjamnya dan sampai sejauh mana perusahaan mampu melunasi hutang jangka panjang apabila sudah sampai masa pelunasannya.

REVISI BAB 4 No REVISI

Menambahkan Standar Rasio Industri, Analisis Ratio Sudut Pandang Manajemen, Analisis Ratio Pemberi Pinjaman, karena sebelumnya tidak terdapat hal mengenai hal tersebut.

Menambahkan hasil perhitungan Analisis Ratio Laporan Keuangan PT. Astra Otoparts pada contoh perhitungan rasio-rasio yang terdapat pada Analisis Ratio.

Daftar Pustaka Munawir. S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Penerbit Liberty Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Ikatan Akuntan Indonesia.2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
http://hadiborneo.wordpress.com/2010/09/21/ruang-lingkup-laporan-keuangan/ Rabu,

14-09-2011 jam 8 malam


http://anisafitriblue.blogspot.com/2011/02/1-ruang-lingkup-laporan-keuangan.html Jumat 15-09-2011 jam 10 pagi

Prastowo D. Dwi. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Konsep Dan Aplikasi Edisi Kedua. Yogyakarta : UPP STIM YKPN http://hadiborneo.wordpress.com/2010/09/21/laporan-keuangan-yang-diperbandingkan/ http://hadiborneo.wordpress.com/2010/10/08/analisis-trend-dan-persentase-per-komponencommon-size/ Sartono R. Agus. 1997. Ringkasan Teori, Manajemen Keuangan, Soal dan Penyelesaiannya. Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/analisis_laporan_keuangan/bagian3analisis_laporan_keuangan_perusahaan.pdf www.wikipedia.org/wiki/ROI Makalah dari Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai