Anda di halaman 1dari 15

ada masa Nabi terkadang ada suatu pertanyaan yang dilontarkan kepada beliau, dengan maksud

meminta ketegasan hukum atau memohon penjelasan secara terperinci tentang urusan-urusan agama,
sehingga turunlah beberapa ayat dari ayat-ayat al-Quran, hal yang seperti itulah yang dimaksud
dengan asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya al-Quran.
Pemaknaan ayat al-Quran seringkali tidak diambil dari makna letter lack. Oleh karena itu perlu diketahui
hal-hal yang berhubungan dengan turunnya ayat tersebut. Sedemikian pentingnya hingga Ali ibn al-
Madiny guru dari Imam al-Bukhari ra menyusun ilmu asbabun nuzul secara khusus. Kemudian ilmu
asbabun nuzul berkembang sehingga memudahkan para mufassirin dalam menerjemahkan ayat-ayat al-
Quran serta memahami isi kandungannya.
Dalam tulisan singkat ini akan sedikit membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan asbab-an-nuzul,
mulai dari pengertian, macam-macam asbabunnuzul, fungsi pentingnya dari asbabunnuzul itu sendiri
serta kaidah yang terkandung dalam penetapan hukum yang terkait dalam asbabunnuzul. Namun,
kesempurnaan makalah ini kami sadari masih sangatlah jauh, sehingga mungkin bagi kita untuk terus
belajar dan mendalaminya di kesempatan yang mendatang.
A. Pengertian
Menurut bahasa (etimologi), asbabun nuzul berarti turunnya ayat-ayat al-Quran[1] dari kata asbab
jamak dari sababa yang artinya sebab-sebab, nuzul yang artinya turun. Yang dimaksud disini adalah
ayat al-Quran. Asbabun nuzul adalah suatu peristiwa atau saja yang menyebabkan turunnya ayat-ayat
al-Quran baik secara langsung atau tidak langsung.
Menurut istilah atau secara terminologi asbabun nuzul terdapat banyak pengertian, diantaranya :
1. Menurut Az-Zarqani
Asbab an-Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat al-
Quran yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
2. Ash-Shabuni
Asbab an-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat
mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan
kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3. Subhi Shalih

Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat al-Quran yang
terkadang menyiratkan suatu peristiwa sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-
hukum ketika peristiwa itu terjadi.[2]
4. Mana al-Qathan

Asbab an-Nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya al-Quran berkenaan dengannya waktu
peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.[3]
5. Nurcholis Madjid
Menyatakan bahwa asbab al-nuzul adalah konsep, teori atau berita tentang adanya sebab-sebab
turunnya wahyu tertentu dari al-Quran kepada Nabi saw baik berupa satu ayat, satu rangkaian ayat
maupun satu surat.[4]
Kendatipun redaksi pendefinisian di atas sedikit berbeda semua menyimpulkan bahwa asbab an-nuzul
adalah kejadian/peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat al-Quran dalam rangka menjawab,
menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Mengutip pengertian dari Subhi al-Shaleh kita dapat mengetahui bahwa asbabun nuzul ada kalanya
berbentuk peristiwa atau juga berupa pertanyaan, kemudian asbabun nuzul yang berupa peristiwa itu
sendiri terbagi menjadi 3 macam :
1. Peristiwa berupa pertengkaran
Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100
Yang bermula dari adanya perselisihan oleh kaum Aus dan Khazraj hingga turun ayat 100 dari surat Ali
Imran yang menyerukan untuk menjauhi perselisihan.
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius
Seperti kisah turunnya surat an-Nisa : 43
Saat itu ada seorang Imam shalat yang sedang dalam keadaan mabuk, sehingga salah
mengucapkan surat al-Kafirun, surat An-Nisa turun dengan perintah untuk menjauhi shalat dalam
keadaan mabuk.
3. Peristiwa berupa cita-cita/keinginan
Ini dicontohkan dengan cita-cita Umar ibn Khattab yang menginginkan maqam Ibrahim sebagai tempat
shalat, lalu turun ayat


Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Pertanyaan tentang masa lalu seperti :
tRq=tour `t tRs)9$# ( @% (#q=?r'y N3n=t mZiB #2
Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan
kepadamu cerita tantangnya". (QS. Al-Kahfi: 83)
2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu seperti ayat:
tRq=tour `t yr9$# ( @% yr9$# `B Br& n1u !$tBur OF?r& z`iB O=9$
# w) Wx=s%
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra : 85)
3. Pertanyaan tentang masa yang akan datang
y7tRq=to `t pt$9$# tb$r& $yg9yB
(orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya?
B. Macam-macam Asbab an-Nuzul
1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbab an-nuzul
a. Sarih (jelas)
Artinya riwayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbabunnuzul dengan indikasi menggunakan
lafal (pendahuluan).
...
Sebab turun ayat ini adalah
...
Telah terjadi maka turunlah ayat
...
Rasulullah pernah kiranya tentang maka turunlah ayat.
b. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)
Riwayat belum dipastikan sebagai asbab an-Nuzul karena masih terdapat keraguan.
...
(ayat ini diturunkan berkenaan dengan)
...
(saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan )
...
(saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan )
2. Dilihat dari sudut pandang terbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat atau terbilangnya ayat untuk
satu sebab asbab an-nuzul.
a. Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat
b. Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat.[5]
C. Urgensi Asbabun Nuzul
1. Penegasan bahwa al-Quran benar-benar dari Allah SWT
2. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberikan perhatian penuh pada rasulullah saw dalam
menjalankan misi risalahnya.
3. Penegasan bahwa Allah selalu bersama para hambanya dengan menghilangkan duka cita mereka
4. Sarana memahami ayat secara tepat.[6]
5. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum
6. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam al-Quran
7. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan turunnya ayat al-Quran
8. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat serta untuk memantapkan wahyu di hati orang
yang mendengarnya.[7]
9. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Quran.[8]
10. Seorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan dalam keadaan
bagaimana ayat itu mesti diterapkan.
D. Cara Mengetahui Riwayat Asbab an-Nuzul
Asbab an-nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah saw. Oleh karena itu, tidak boleh
tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan (pentransmisian) yang benar
(naql as-shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung turunnya ayat al-Quran.[9]
Al-wahidi berkata :


Tidak boleh memperkatakan tentang sebab-sebab turun al-Quran melainkan dengan dasar riwayat dan
mendengar dari orang-orang yang menyaksikan ayat itu diturunkan dengan mengetahui sebab-sebab
serta membahas pengertiannya.
Sejalan dengan itu, al-Hakim menjelaskan dalam ilmu hadits bahwa apabila seorang sahabat yang
menyaksikan masa wahyu dan al-Quran diturunkan, meriwayatkan tentang suatu ayat al-Quran bahwa
ayat tersebut turun tentang suatu (kejadian). Ibnu al-Salah dan lainnya juga sejalan dengan pandangan
ini.
Berdasarkan keterangan di atas, maka sebab an-nuzul yang diriwayatkan dari seorang sahabat diterima
sekalipun tidak dikuatkan dan didukung riwayat lain. Adapun asbab an-nuzul dengan hadits mursal
(hadits yang gugur dari sanadnya seorang sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada
seorang tabiin). riwayat seperti ini tidak diterima kecuali sanadnya sahih dan dikuatkan hadits mursal
lainnya.
Biasanya ulama menggunakan lafadz-lafadz yang tegas dalam penyampaiannya, seperti: sebab turun
ayat ini begini, atau dikatakan dibelakang suatu riwayat maka turunlah ayat ini.
Contoh : beberapa orang dari golongan Bani Tamim mengolok-olok Bilal, maka turunlah ayat Yaa
aiyuhal ladzina amanu la yaskhar qouman.
E. Kaidah Penetapan Hukum Dikaitkan dengan Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul sangatlah erat kaitannya dengan kaidah penetapan hukum. Seringkali terdapat
kebingungan dan keraguan dalam mengartikan ayat-ayat al-Quran karena tidak mengetahui sebab
turunnya ayat. Contohnya firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 115 yang artinya :
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.
Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Firman Allah itu turun berkenaan dengan suatu peristiwa yaitu beberapa orang mukmin menunaikan
shalat bersama Rasulullah saw. Pada suatu malam yang gelap gulita sehingga mereka tidak dapat
memastikan arah kiblat dan akhirnya masing-masing menunaikan shalat menurut perasaan masing-
masing sekalipun tidak menghadap arah kiblat karena tidak ada cara untuk mengenal kiblat.
Seandainya tidak ada penjelasan mengenai asbabun nuzul tersebut mungkin masih ada orang yang
menunaikan shalat menghadap ke arah sesuka hatinya dengan alasan firman Allah surat al-Baqarah ayat
115.[10]
KESIMPULAN
1. Asbabun nuzul adalah sebab turunnya al-Quran (berupa peristiwa/pertanyaan) yang
melatarbelakangi turunnya ayat al-Quran dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan
masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
2. Asbabun nuzul terdiri dari kata asbab (jamak dari sababa yang artinya sebab-sebab), dan nuzul
(artinya turun).
3. Macam-macam asbabun nuzul ada 2, yaitu :
a. Dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbabun nuzul meliputi sharih dan
muhtamilah
b. Dari sudut pandang terbilangnya asbab an-nuzul untuk satu ayat atau terbilangnya ayat untuk satu
asbab an-nuzul meliputi :
1) Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat
2) Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat
4. Urgensi asbabun nuzul
a. Penegasan bahwa al-Quran benar dari Allah
b. Penegasan bahwa Allah benar-benar memperhatikan Rasul dalam menjalankan misi risalahnya
c. Penegasan bahwa Allah selalu bersama para hambanya dengan menghilangkan duka cita mereka
d. Sarana memahami ayat secara tepat
e. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum
f. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam al-Quran
g. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan turunnya ayat
h. Memudahkan menghafal dan memahami ayat serta memantapkan wahyu di hati orang yang
mendengarnya
i. Mengetahui makna serta rahasia yang terkandung dalam al-Quran
j. Menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus/umum.
5. Cara mengetahui riwayat asbabun nuzul melalui periwayatan yang benar dari orang-orang yang
melihat dan melihat langsung turunnya ayat
6. Kaidah hukum yang belum jelas dalam al-Quran, dapat dipermudah dengan mengetahui asbab-
nuzulnya. Karena dengannya penafsiran ayat lebih jelas untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadehirjin, Moh., Al-Quran dan Ulumul Quran, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1998.
Al-Qathan, Mana, Mabahits fi Ulumul Quran, Mansyurat al-Ahsan al-Hadits, t.tp., 1973.
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shaleh, Dasar-dasar Penafsiran al-Quran, Semarang: Dina Utama, 1989.
Anwar, Rosihon, Ulumul Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
As-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu al-Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985.
Shalih, Subhi, Mabahits fi Ulumul Quran, Dar al-Qalam li Al-Malayyin, Beirut, 1988.
Syadali, Ahmad, dan Ahmad Rifai, Ulumul Quran I, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Thabathabai, Allamah M.H., Mengungkap Rahasia al-Quran, Bandung: Mizan, 1987.


[1] Ahmad Syadali dan Ahmad Rifai, Ulumul Quran I, Bandung: Pustaka Setia, 2006, hlm. 89.
[2] Subhi Shalih, Mabahits fi Ulumul Quran, Dar al-Qalam li Al-Malayyin, Beirut, 1988, hlm. 132.
[3] Mana al-Qathan, Mabahits fi Ulumul Quran, Mansyurat al-Ahsan al-Hadits, t.tp., 1973, hlm. 78.
[4] Moh. Ahmadehirjin, Al-Quran dan Ulumul Quran, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1998,
hlm. 30.
[5] Dr. Rosihon Anwar, Ulumul Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2006, hlm. 72.
[6] Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Dasar-dasar Penafsiran al-Quran, Semarang: Dina Utama, 1989,
hlm. 14-16.
[7] Dr. Rosihon Anwar, op.cit., hlm. 64-66.
[8] Allamah M.H. Thabathabai, Mengungkap Rahasia al-Quran, Bandung: Mizan, 1987, hlm. 121.
[9] Dr. Rosihon Anwar, op.cit., hlm. 67.
[10] Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu al-Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985, hlm.

ada masa Nabi terkadang ada suatu pertanyaan yang dilontarkan kepada beliau, dengan maksud
meminta ketegasan hukum atau memohon penjelasan secara terperinci tentang urusan-urusan agama,
sehingga turunlah beberapa ayat dari ayat-ayat al-Quran, hal yang seperti itulah yang dimaksud
dengan asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya al-Quran.
Pemaknaan ayat al-Quran seringkali tidak diambil dari makna letter lack. Oleh karena itu perlu
diketahui hal-hal yang berhubungan dengan turunnya ayat tersebut. Sedemikian pentingnya hingga Ali
ibn al-Madiny guru dari Imam al-Bukhari ra menyusun ilmu asbabun nuzul secara khusus. Kemudian ilmu
asbabun nuzul berkembang sehingga memudahkan para mufassirin dalam menerjemahkan ayat-ayat al-
Quran serta memahami isi kandungannya.
Dalam tulisan singkat ini akan sedikit membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan asbab-
an-nuzul, mulai dari pengertian, macam-macam asbabunnuzul, fungsi pentingnya dari asbabunnuzul itu
sendiri serta kaidah yang terkandung dalam penetapan hukum yang terkait dalam asbabunnuzul. Namun,
kesempurnaan makalah ini kami sadari masih sangatlah jauh, sehingga mungkin bagi kita untuk terus
belajar dan mendalaminya di kesempatan yang mendatang.
A. Pengertian
Menurut bahasa (etimologi), asbabun nuzul berarti turunnya ayat-ayat al-Quran[1] dari kata
asbab jamak dari sababa yang artinya sebab-sebab, nuzul yang artinya turun. Yang dimaksud
disini adalah ayat al-Quran. Asbabun nuzul adalah suatu peristiwa atau saja yang menyebabkan
turunnya ayat-ayat al-Quran baik secara langsung atau tidak langsung.
Menurut istilah atau secara terminologi asbabun nuzul terdapat banyak pengertian,
diantaranya :
1. Menurut Az-Zarqani
Asbab an-Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan turunnya
ayat al-Quran yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
2. Ash-Shabuni
Asbab an-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau
beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3. Subhi Shalih

Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat al-Quran
yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas
terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi.[2]
4. Mana al-Qathan

Asbab an-Nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya al-Quran berkenaan dengannya
waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan
kepada Nabi.[3]
5. Nurcholis Madjid
Menyatakan bahwa asbab al-nuzul adalah konsep, teori atau berita tentang adanya sebab-sebab
turunnya wahyu tertentu dari al-Quran kepada Nabi saw baik berupa satu ayat, satu rangkaian
ayat maupun satu surat.[4]
Kendatipun redaksi pendefinisian di atas sedikit berbeda semua menyimpulkan bahwa asbab
an-nuzul adalah kejadian/peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat al-Quran dalam rangka
menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Mengutip pengertian dari Subhi al-Shaleh kita dapat mengetahui bahwa asbabun nuzul ada
kalanya berbentuk peristiwa atau juga berupa pertanyaan, kemudian asbabun nuzul yang berupa
peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam :
1. Peristiwa berupa pertengkaran
Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100
Yang bermula dari adanya perselisihan oleh kaum Aus dan Khazraj hingga turun ayat 100
dari surat Ali Imran yang menyerukan untuk menjauhi perselisihan.
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius
Seperti kisah turunnya surat an-Nisa : 43
Saat itu ada seorang Imam shalat yang sedang dalam keadaan mabuk, sehingga salah
mengucapkan surat al-Kafirun, surat An-Nisa turun dengan perintah untuk menjauhi shalat
dalam keadaan mabuk.
3. Peristiwa berupa cita-cita/keinginan
Ini dicontohkan dengan cita-cita Umar ibn Khattab yang menginginkan maqam Ibrahim sebagai
tempat shalat, lalu turun ayat


Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Pertanyaan tentang masa lalu seperti :
C4^OU4*OEC4 }4N OgO u-4^O^- W
~ W-OU^>Ec 7^1U4 +OuLg)`
-O-gO ^g@
Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan
bacakan kepadamu cerita tantangnya". (QS. Al-Kahfi: 83)
2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu seperti
ayat:
C4^OU4*OEC4 ^}4N ^EOO- W
~ EOO- ;}g` @O^` O).4O
.4`4 +Og>q =}g)` Ug^-
) 1E1)U~ ^g)
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra : 85)
3. Pertanyaan tentang masa yang akan datang
El4^OU4*OEC ^}4N gO4NOO- 4p-
C E_EcON` ^jg
(orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah
terjadinya?
B. Macam-macam Asbab an-Nuzul
1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbab an-nuzul
a. Sarih (jelas)
Artinya riwayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbabunnuzul dengan indikasi
menggunakan lafal (pendahuluan).
...
Sebab turun ayat ini adalah
...
Telah terjadi maka turunlah ayat
...
Rasulullah pernah kiranya tentang maka turunlah ayat.
b. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)
Riwayat belum dipastikan sebagai asbab an-Nuzul karena masih terdapat keraguan.
...
(ayat ini diturunkan berkenaan dengan)
...
(saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan )
...
(saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan )
2. Dilihat dari sudut pandang terbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat atau terbilangnya ayat
untuk satu sebab asbab an-nuzul.
a. Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat
b. Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat.[5]
C. Urgensi Asbabun Nuzul
1. Penegasan bahwa al-Quran benar-benar dari Allah SWT
2. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberikan perhatian penuh pada rasulullah saw dalam
menjalankan misi risalahnya.
3. Penegasan bahwa Allah selalu bersama para hambanya dengan menghilangkan duka cita mereka
4. Sarana memahami ayat secara tepat.[6]
5. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum
6. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam al-Quran
7. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan turunnya ayat al-Quran
8. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat serta untuk memantapkan wahyu di hati orang
yang mendengarnya.[7]
9. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Quran.[8]
10. Seorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan dalam
keadaan bagaimana ayat itu mesti diterapkan.
D. Cara Mengetahui Riwayat Asbab an-Nuzul
Asbab an-nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah saw. Oleh karena itu,
tidak boleh tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan
(pentransmisian) yang benar (naql as-shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar
langsung turunnya ayat al-Quran.[9]
Al-wahidi berkata :



Tidak boleh memperkatakan tentang sebab-sebab turun al-Quran melainkan dengan dasar riwayat
dan mendengar dari orang-orang yang menyaksikan ayat itu diturunkan dengan mengetahui sebab-
sebab serta membahas pengertiannya.
Sejalan dengan itu, al-Hakim menjelaskan dalam ilmu hadits bahwa apabila seorang sahabat
yang menyaksikan masa wahyu dan al-Quran diturunkan, meriwayatkan tentang suatu ayat al-
Quran bahwa ayat tersebut turun tentang suatu (kejadian). Ibnu al-Salah dan lainnya juga sejalan
dengan pandangan ini.
Berdasarkan keterangan di atas, maka sebab an-nuzul yang diriwayatkan dari seorang
sahabat diterima sekalipun tidak dikuatkan dan didukung riwayat lain. Adapun asbab an-nuzul
dengan hadits mursal (hadits yang gugur dari sanadnya seorang sahabat dan mata rantai
periwayatnya hanya sampai kepada seorang tabiin). riwayat seperti ini tidak diterima kecuali
sanadnya sahih dan dikuatkan hadits mursal lainnya.
Biasanya ulama menggunakan lafadz-lafadz yang tegas dalam penyampaiannya, seperti:
sebab turun ayat ini begini, atau dikatakan dibelakang suatu riwayat maka turunlah ayat ini.
Contoh : beberapa orang dari golongan Bani Tamim mengolok-olok Bilal, maka turunlah
ayat Yaa aiyuhal ladzina amanu la yaskhar qouman.
E. Kaidah Penetapan Hukum Dikaitkan dengan Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul sangatlah erat kaitannya dengan kaidah penetapan hukum. Seringkali
terdapat kebingungan dan keraguan dalam mengartikan ayat-ayat al-Quran karena tidak mengetahui
sebab turunnya ayat. Contohnya firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 115 yang artinya :
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah
Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Firman Allah itu turun berkenaan dengan suatu peristiwa yaitu beberapa orang mukmin
menunaikan shalat bersama Rasulullah saw. Pada suatu malam yang gelap gulita sehingga mereka
tidak dapat memastikan arah kiblat dan akhirnya masing-masing menunaikan shalat menurut
perasaan masing-masing sekalipun tidak menghadap arah kiblat karena tidak ada cara untuk
mengenal kiblat.
Seandainya tidak ada penjelasan mengenai asbabun nuzul tersebut mungkin masih ada
orang yang menunaikan shalat menghadap ke arah sesuka hatinya dengan alasan firman
Allah surat al-Baqarah ayat 115.[10]
KESIMPULAN
1. Asbabun nuzul adalah sebab turunnya al-Quran (berupa peristiwa/pertanyaan) yang melatarbelakangi
turunnya ayat al-Quran dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul dari kejadian tersebut.
2. Asbabun nuzul terdiri dari kata asbab (jamak dari sababa yang artinya sebab-sebab), dan nuzul
(artinya turun).
3. Macam-macam asbabun nuzul ada 2, yaitu :
a. Dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbabun nuzul meliputi sharih dan
muhtamilah
b. Dari sudut pandang terbilangnya asbab an-nuzul untuk satu ayat atau terbilangnya ayat untuk satu
asbab an-nuzul meliputi :
1) Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat
2) Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat
4. Urgensi asbabun nuzul
a. Penegasan bahwa al-Quran benar dari Allah
b. Penegasan bahwa Allah benar-benar memperhatikan Rasul dalam menjalankan misi risalahnya
c. Penegasan bahwa Allah selalu bersama para hambanya dengan menghilangkan duka cita mereka
d. Sarana memahami ayat secara tepat
e. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum
f. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam al-Quran
g. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan turunnya ayat
h. Memudahkan menghafal dan memahami ayat serta memantapkan wahyu di hati orang yang
mendengarnya
i. Mengetahui makna serta rahasia yang terkandung dalam al-Quran
j. Menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus/umum.
5. Cara mengetahui riwayat asbabun nuzul melalui periwayatan yang benar dari orang-orang yang
melihat dan melihat langsung turunnya ayat
6. Kaidah hukum yang belum jelas dalam al-Quran, dapat dipermudah dengan mengetahui asbab-
nuzulnya. Karena dengannya penafsiran ayat lebih jelas untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadehirjin, Moh., Al-Quran dan Ulumul Quran, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1998.
Al-Qathan, Mana, Mabahits fi Ulumul Quran, Mansyurat al-Ahsan al-Hadits, t.tp., 1973.
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shaleh, Dasar-dasar Penafsiran al-Quran, Semarang: Dina Utama, 1989.
Anwar, Rosihon, Ulumul Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
As-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu al-Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985.
Shalih, Subhi, Mabahits fi Ulumul Quran, Dar al-Qalam li Al-Malayyin, Beirut, 1988.
Syadali, Ahmad, dan Ahmad Rifai, Ulumul Quran I, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Thabathabai, Allamah M.H., Mengungkap Rahasia al-Quran, Bandung: Mizan, 1987.


[1] Ahmad Syadali dan Ahmad Rifai, Ulumul Quran I, Bandung: Pustaka Setia, 2006, hlm. 89.
[2] Subhi Shalih, Mabahits fi Ulumul Quran, Dar al-Qalam li Al-Malayyin, Beirut, 1988, hlm. 132.
[3] Mana al-Qathan, Mabahits fi Ulumul Quran, Mansyurat al-Ahsan al-Hadits, t.tp., 1973, hlm.
78.
[4] Moh. Ahmadehirjin, Al-Quran dan Ulumul Quran, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa,
1998, hlm. 30.
[5] Dr. Rosihon Anwar, Ulumul Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2006, hlm. 72.
[6] Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Dasar-dasar Penafsiran al-Quran, Semarang: Dina
Utama, 1989, hlm. 14-16.
[7] Dr. Rosihon Anwar, op.cit., hlm. 64-66.
[8] Allamah M.H. Thabathabai, Mengungkap Rahasia al-Quran, Bandung: Mizan, 1987, hlm.
121.
[9] Dr. Rosihon Anwar, op.cit., hlm. 67.
[10] Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu al-Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985, hlm.

Anda mungkin juga menyukai