Anda di halaman 1dari 22

TEHNIK PEMBUATAN PROTESA MATA INDIVIDUAL PADA PASIEN POST ENUKLEASI

Presentasi pada Seminar Nasional. PERIL IKG 25-26 Mei 2007 Hotel Horizon, Bandung

Makalah
oleh :

Luciana Dewanti Rachman Ardan NIP: 130367233

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2007

TEHNIK PEMBUATAN PROTESA MATA INDIVIDUAL PADA PASIEN POST ENUKLEASI


Presentasi pada Seminar Nasional. PERIL IKG 25-26 Mei 2007 Hotel Horizon, Bandung

Makalah
oleh :

Luciana Dewanti Rachman Ardan NIP: 130367233

Mengetahui : Guru Besar Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Jakarta

Prof.Dr. Daroewati Mardjono, drg., MSD.,Sp.Pros., (K) )

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrahim, Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan salahsatu tugas Tridarma Perguruan Tinggi bagi staf pengajar di bidang penelitian. Untuk penyusunan makalah ini penulis banyak memperoleh saran-saran,

diskusi, dan bantuan terutama dari sejawat di bidang ilmu yang sama, serta bantuan moril untuk menyelesaikannya. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof.Dr.RM.Soelarko Soemohatmoko, drg. Alm. sebagai guru, dan sahabat yang selalu mendorong moril penulis. Berikanlah tempat yang mulia di sisi-Mu. 2. Prof.Dr. Ny.Rukisah Soemardjo, drg. Alm arhumah yang selalu memberi dorongan moril. Berikanlah tempat yang mulia di sisi-Mu. 3. Prof.Dr.Eky S.Soeria Soemantri, drg., Sp.Ort. sebagai Dekan Fakulta s

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran di Bandung. 4. Sejawat di FKG Unpad khususnya bagian Prostodonsia dan Odontologi Forensik yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satupersatu atas segala bantuannya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, mudahmudahan dapat menjadi pemicu bagi penulis lain untuk melengkapinya.

Bandung, Januari 2007 Penulis iv

DAFTAR ISI

URAIAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN .... .. .. ...................... ...................... ..................... ..................... .................... ...................... .................. .................. .. ..

Hal. iii iv v vi 1 4 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16

BAB II LAPORAN KASUS 2.1 Riwayat Masa Lalu 2.2 Tahap pencetakan dan pemendaman alginat. Tahap pencetakan dan pemendaman alginat. 2.3 Pembuatan pola lilin sklera. 2.4 Pemendaman pola lilin dan pengisian akrilik sklera. 2.5 Mementukan letak iris, melubangi iris, dan mengurangi permukaan sklera 2.6 Mewarnai sklera. 2.7 Pengisian akrilik bening 2.8 Pewarnaan Iris dan Pupil. 2.9 Instruksi dan perawatan protesa mata. BAB III PEMBAHASAN BAB IV KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

URAIAN Gb.1 Gb. 2 Gb. 3 Pencetakan dan hasil cetakan Pola lilin sklera dan. uji coba pola lilin sklera Pola lilin sklera dipendam dalam kuvet

hal 6 7 8 9 11 12 12

Gb. 4 Uji coba pola lilin sklera dan menentukan letak iris Gb. 5 Gb. 6 Gb. 7 Penambahan akrilik bening Pewarnaan Iris dan Pupil Pemasangan protesa mata

vi

ABSTRAK ABSTRAK Penderita yang mengalami cacat mata akibat tindakan enukleasi bola mata sering mengalami gangguan fungsi, estetik dan psikis. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan usaha-usaha rehabilitasi dengan mela kukan pembuatan protesa mata individual. Dalam kasus ini seorang penderita datang ingin dibuatkan protesa mata yang baru karena protesa mata yang lama yang dibuat 8 tahun yang lalu sudah terasa longgar dan dengan bukaan mata yang kurang lebar, sehingga kurang nyaman lagi untuk digunakan. Setelah dibuatkan protesa mata yang baru dengan

menyesuaikan pada kondisi rongga mata yang ada sekarang maka kekurangan protesa mata yang lama diperbaiki sehingga pasien menjadi nyaman dan cukup puas dengan protesa mata yang baru.

Kata kunci : enukleasi bola mata, protesa mata individual

ABSTRACT Patients who have eye defect because of enucleation eye ball, usually have problem on function, estetic and psycology. To overcome all the problem we must do rehabilitation effort with making ocular prostheses. In this case there is patient who come for making a new ocular prostheses because her old prostheses that made 8 years before is not retentif and have a little open eyes so she is not comfortable again. After we make a new ocu prostheses that adapt with a new condition, lar patient feel more comfortable and satisfied with her new occular prostheses.

iii

BAB I PENDAHULUAN Penderita yang mengalami kelainan mata seperti penyakit mata bawaan, iii kerusakan mata oleh karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga serta infeksi mata yang parah, dapat menyebabkan hilangnya bola mata sehingga penderita dapat mengalami gangguan fungsi, estetik dan psikis. Untuk mengatasinya perlu dilakukan usaha-usaha rehabilitasi yaitu dengan melakukan pembuatan protesa mata individual. Tujuan pembuatan protesa mata individual adalah : 1. Mencegah lemas dan hilangnya bentuk kelopak mata. Pada keadaan normal kelopak mata memperoleh dukungan dari bola mata. Hilangnya bola mata akan menye babkan hilangnya dukungan, pen gisian rongga mata yang kosong dengan protesa mata, akan kembali memberikan dukungan terhadap kelopak mata sehingga tidak lemas dan bentuknya dapat diperbaiki.9 2. Membantu mengatur kembali gerakan kelopak mata. Gerakan kelopak mata disebabkan kontraksi otot-otot pada kelopak mata dan otot sekitarnya. Hilangnya bola mata menyebabkan gerakan kelopak mata terganggu. Pembuatan protesa mata membantu memulihkan gerakan kelopak mata tersebut.3 3. Melindungi ruangan yang peka dari gangguan masuknya benda asing yang dapat

menimbulkan luka. Protesa mata berfungsi sebagai penutup celah antara kelopak mata atas dan kelopak mata bawah. Dengan demikian benda-benda asing tidak mudah memasuki ruangan mata yang telah kosong.9 4. Mempertahankan tonus otot-otot muka lainnya yang perlekatannya maupun serabut ototnya ada didalam atau didekat orbikularis okuli. Perubahan tonus otot-otot tersebut akan menyebabkan asimetri muka.9 5. Untuk tujuan kosmetika dan estetik. Tujuan ini bagi pasien dirasakan paling penting. Untuk mencapai ini segi estetika harus diperhatikan. Hal ini dapat me nyangkut tonus dari otot, pembukaan atau penutupan kelopak mata, warna sklera, warna iris dan pupil.2 6. Memulihkan kepercayaan diri pasien. Kehilangan bola mata akan meng akibatkan perubahan muka yang lebih buruk. Pada beberapa orang hal ini akan merupakan ha mbatan atas kepercayaan dirinya. Pemakaian protesa mata dapat memulihkan kembali kepercayaan diri pasien.1 7. Mencegah jaringan dan kelopak mata mengalami atrofi. Kehilangan bola mata yang tidak segera diganti dengan protesa mata dalam jangka waktu lama akan mempeng aruhi fungsi jaringan sekitarn dan ya kelopak mata dapat mengalami atrofi.9

Pembuatan protesa mata individual dilakukan dengan cara mencetak rongga mata penderita yang membutuhkan mata tiruan,8 dengan cara ini bentuk dan ukuran protesa mata dapat sesuai dengan anatomi dan fungsi jaringan tersisa. Bentuk dan warnanya juga dapat dibuat mendekati mata alami sehingga estetik dan kenyamanan lebih mendekati mata alami.3 Berbeda dengan protesa mata bu atan pabrik di ana pasien langsung m menggunakannya maka terdapat kemungkinan terjadinya tekanan yang berlebihan dan tidak merata terhadap jaringan rongga mata yang dapat mengakibatkan protesa mata tertekan balik sehingga mudah lepas baik saat diam maupun saat bergerak/ melirik. Tekanan yang berlebihan dan tidak merata ini dapat menimbulkan iritasi kelenjar air mata, abrasi serta ulserasi pada konjungtiva.6

BAB II LAPORAN KASUS

Seorang wanita umur 20 tahun ngin dibuatkan protesa mata in i dividual sebelah kiri yang baru karena protesa mata yang lama yang dibuat 8 tahun yang lalu sudah terasa longgar dan dengan bukaan mata yang kurang lebar sehingga kurang nyaman dan estetis lagi.

2.1 RIWAYAT MASA LALU Pada saat lahir terdapat cacat pada mata sebelah kiri dimana warna sklera dan iris tidak berbatas jelas tetapi bercampur menjadi warna hijau tua kemerah-merahan. Pada usia 9 tahun penderita sering mengeluhkan matanya perih sehingga oleh orang tuanya dibawa berobat ke Rumah Sakit Mata Cicendo. Dokter di rumah sakit tersebut menyarankan untuk dilakukan operasi pengambilan bola mata. Tiga minggu sesudah operasi, pasien menggunakan mata palsu buatan pabrik tetapi pasien tidak puas karena letak iris yang ti ak tepat, warna iris yang tidak sesuai serta mudah d lepas. Kemudian oleh Rumah Sakit Maa Cicendo pasien dikonsul ke bagian t prostodonsia FKG UNPAD untuk pembuatan protesa mata individual. Sesudah 8 tahun pemakaian pasien mengeluhkan protesa mata yang lama sudah terasa longgar dan dengan bukaan mata yang kurang lebar, sehingga kurang nyaman dan estetis lagi untuk digunakan sehingga pasien ingin dibuatkan protesa yang baru.

Prosedur pembuatan protesa mata individual adalah sbb : 1. Tahap pencetakan dan pemendaman alginat. 2. Pembuatan pola lilin sklera. 3. Pemendaman pola lilin dan pengisian akrilik sklera 4. Menentukan letak iris, melubangi iris dan mengurangi permukaan sklera. 5. Mewarnai sklera. 6. Pengisian akrilik bening. 7. Pewarnaan iris dan pupil. 8. Instruksi dan perawatan protesa mata.

2.2

Tahap pencetakan dan pemendaman alginat. Disiapkan sendok cetak khusus berupa plat akrilik berlubang-lubang berbentuk oval dengan diameter 2 3 cm.dimana dibagian tengah diberi pegangan dari kawat atau akrilk. Pasien duduk tegak dengan kepa i la menyandar tegak lurus, kemudia memandang kedepan sehingga pupil n terletak ditengah-tengah. Alginat diaduk agak encer dan dimasukkan kedalam syringe plastic. Kelopak mata dengan hati-hati dibuka dan alginat dalam syringe ditekan supaya mengalir ke seluruh dasar rongga mata, alginat yang masih berlebih didalam syringe sebagian diletakkan pada permukaan sendok cetak yang

kemudian ditempatkan pada rongga mata. Sebelum alginat mengeras, pasien disuruh seolah-olah menggerakkan bola mata ke atas, ke bawah, ke samping kiri dan ke samping kanan, dengan demikian permukaan basis rongga mata akan tercetak secara fungsional sehingga bagian posterior protesa terbentuk sesuai dengan gerakan fungsi otot pada basis rongga mata. Setelah alginat mengeras, cetakan dikeluarkan dengan hati-hati dari rongga mata dan diperoleh cetakan negatif dari rongga mata. Pendam alginat dengan gips batu sampai mengisi setengah bagian cetakan, setelah gips mengeras dibuat lubang kunci dan diber vaselin, i kemudian setengah bagian cetakan diisi lagi dengan adukan gips. Setelah gips mengeras, cetakan alginate di uang b sehingga didapat cetakan dari gips

untuk membuat pola lilin.

A B C Gb.1 A. Pencetakan dengan syringe; B. Sendok cetak terpasang; C. Hasil cetakan 2.3 Pembuatan pola lilin sklera. Basahi permukaan cetakan gips dengan air lalu lilin cair dimasukkan kedalam cetakan, bila lilin mulai mengeras maka permukaan lilin ditekan

dengan jari untuk mengurangi p ngkerutan lilin. Cetakan pola lilin e disesuaikan dengan kecembungan mata alami dimana bagian tert inggi kecembungan terletak pada daerah pupil. Kemudian lakukan uji coba pada pasien sehingga didapat bentuk bola mata yang paling sesuai dengan mata alami. Setelah semua sesuai maka permukaan pola lilin dihaluskan.

Gb. 2 A 2.4

A. Pola lilin sklera; B. Uji coba pola lilin sklera B

Pemendaman pola lilin dan pengisian akrilik sklera. Pola lilin dipendam dalam kuvt dengan permukaan anterior e

menghadap kebawah, setelah gips mengeras, permukaannya diberi lapisan vaselin kemudian adukan gips diisikan pada kuvet bagian atas. Setelah gips pada kuvet bagian atas mengeras, kuvet bagian atas dan bawah dibuka dan pola lilin dibuang dengan cara dicongkel memakai pisau lilin. Permukaan cetakan kemudian dio lesi cold mold seal sebagai separating medium dan ditunggu sampai kering. Akrilik warna yang sesuai dengan sklera dicampurkan dalam jumlah yang cukup dan tidak boleh ada monomer yang berlebihan. Adukan akrilik diisikan pada cetaka kuvet n bawah dan diatasnya diletakkan selembar kertas selofan. Kuvet atas dipasang dan dilakukan pres percobaan p erlahan-lahan dengan tekanan ringan.

Kelebihan akrilik dibuang, kertas selofan dilepas, kuvet dipasangkan kembali dan dilakukan pres terakhir. Kemudian dilakukan penggodokan dalam air selama 1 jam. Setelah dingin, sklera akrilik dilepas dari pendaman gips batu. Pendaman gips batu jangan sampai rusak, karena akan dipergunakan kembali. Kelebihan pada sklera akrilik dibuang kemudian dipoles.

A Gb. 3

Pola lilin sklera dipendam dalam kuvet A = Permukaan kuvet bawah; B = Permukaan kuvet atas

2.5

Menentukan letak iris, melubangi iris dan mengurangi permukaan sklera. Sklera akrilik yang sudah dipoles dimasukkan kedalam rongga mata dan diteliti, bila sudah pas, tentukan titik pusat pupil lalu beri tanda dengan pensil tinta.5 Diameter iris pada mata sebelahnya diukur dengan pita plastik transparan dengan diameter lubang mulai 8 mm sampai 15 mm, diameter iris rata-rata 11,5 mm. Dengan memakai jangka dibuat lingkaran pada sklera yang sesuai dengan diameter iris mata sebelahnya.

Dengan menggunakan batu gerinda, bagian iris dibuang, sehingga didapat lubang dengan diameter yang sama dengan diameter iris sebelahnya. Permukaan anterior sklera kemudian dikurangi 1 2 mm dan dihaluskan.

Gb. 4 A = Uji coba pola lilin sklera; B= Menentukan letak iris

2.6

Mewarnai sklera. Permukaan anterior sklera akri ik diwarnai sesuai dengan warna l alami. Pada daerah ini terlihat gambaran pembuluh darah yang berjalan dari arah medial dan lateral iris. Jalannya pembuluh darah berkel k-kelok, o melengkung atau lurus. Selain pembuluh darah ada tanda-tanda lain yang harus sesuai dengan warna sklera yaitu coklat dan kuning. Untuk pewarnaan ini digunakan benang wol dan pensil kaca. Selain bagian permukaan anterior, permukaan dalam lubang anterior juga diberi warna hitam.

10

2.7 Pengisian akrilik bening. Kuvet pendaman gips batu dipak kembali. Permukaan cetakan ai diolesi kembali dengan separating medium. Bagian anterior protesa dilapisi akrilik transparan bening. Tidak boleh ada monomer berlebihan. Cetakan negatif pada kuvet bawah diisi adukan akrilik secukupnya dan merata. Selembar kertas se lofan ditutupkan diatasnya. Sklera akrilik kemudian ditempatkan pada kuvet atas. Kuvet atas dan bawah digabungkan dan dilakukan pres percobaan secara perlahan-lahan dengan tekanan ringan. Kuvet dibuka dan kelebihan akrlik dibuang. Sebelum dilakuka pres i n terakhir, kertas selofan dibuang. Penggodogan dilakukan dalam air selama 1 jam. Kuvet dibuka dan permukaan belakang dikurangi setebal 2 3 mm. Pengurangan sedikit mengecil kearah anterior. Diatas permukaan yang sudah dikurangi ditutupkan selembar kertas selofan. Dibuat adukan akrilik yang baru dan adukan ini ditempatkan pada permukaan belakang sklera diatas kertas selofan. Kuvet atas dan bawah digabungkan dan dilakuk pres an percobaan. Pada proses terakhir kertas selofan tidak dibuang tetapi terus dipakai selama penggodogan. Setelah se lesai penggodogan kemudian didinginkan, kuvet dibuka. Karena ada kertas selofan penutup belakang dapat dilepas dari skleranya.

11

Bagian yang berlebih dibuang d engan batu gerinda dan protesa seluruhnya dipoles sempurna. Agar protesa yang akan dipakai lebih ringan, maka sebagian akrilik sklera bagian dalam dikurangi. Permukaan dalam ini cekung dan bagian iris dibuang lebih dalam, kemudian dihaluskan.

Gb. 5

Penambahan akrilik bening

2.8

Pewarnaan Iris dan Pupil. Iris diwarnai dengan memakai c minyak, pewarnaan dilakukan at dengan memakai ujung pegangan kuas yang diruncingkan. Pewarnaan dilakukan dari arah posterior. Dengan bor fissure, bagian tengah iris dibuat pupil berupa lingkaran kecil dengan diameter 3 mm dan kedalaman 0,5 mm, kemudian pada iris dibuat goresan-goresan hitam yang berjalan radial, lalu iris diberi warna sesuai dengan warna mata sebelahnya. Setelah kering, penutup belakang dilekatkan dengan memakai self curing acrylic. Seluruh protesa dipoles kembali dengan sempurna dan siap dipasang pada pasien.

12

Gb. 6

Pewarnaan Iris dan Pupil

2.9

Instruksi dan perawatan protesa mata. Pemakai protesa mata harus benar-benar memperhatikan kebersihan yang berhubungan dengan pemakaian protesa antara lain kebersihan protesa mata, rongga mata dan tangan sebelum memasang protesa. Kebersihan

protesa mata dilakukan dengan mencuci protesa dengan air sabun dan dengan menggunakan sikat yang bulunya halus kemudian dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa sabun, kemudian dikeringkan dengan kain bersih. Pasien di instruksikan untuk menggunakan protesa siang dan

m A Gb. 7 B Pemasangan protesa mata A = Tanpa protesa; dibuat 8 th yang lalu; B = Memaka protesa mata individual yang i C = Protesa mata individual yang baru C

13

BAB III PEMBAHASAN

Pembuatan protesa mata telah dikenal sejak berabad-abad. Pembuatannya dapat dilakukan secara khusus ataupun secara umum yaitu buatan pabrik yang sudah tersedia di pasaran dengan berbagai ukuran . Pembuatan secara khusus perseorangan (individual) untuk

dil kukan dengan cara mencetak ro a ngga mata pada

seseorang yang membutuhkan mata tiruan.8 Dengan melakukan pencetakan maka adaptasi protesa dengan jaringan rongga mata lebih tepat sehingga dapat menambah retensi dan stabilitas dari protesa.8 Lebar bukaan kelopak mata pun lebih dapat disesuaikan dengan mata alami yaitu dengan melakukan uji coba pola lilin dalam prosedur pembuatannya sehingga lebih dapat mendukung kelopak mata dan memelihara pembukaan kelopak m 9Protesa ata. mata individual juga idak t

menimbulkan tekanan pada jaringan rongga mata yang tersisa sehingga kenyamanan lebih dapat dirasakan oleh pasien.1 Setelah beberapa waktu pemakaian, pasien perlu melakukan pem eriksaan ulang pada protesa mata yang lama. Bila terjadi perubahan-perubahan pada jaringan rongga mata yang ditandai dengan berkurangnya retensi, stabilitas serta estetik, maka dapat dilakukan pembuatan protesa mata individual yang baru. Dengan melakukan prosedur pembuatan protesa mata individual yang menyesuaikan pada kondisi jaringan rongga mata yang ada maka akan didapatkan protesa mata baru dengan

13

14

retensi, stabilitas, estetik serta bukaan mata yang lebih sesuai sekarang.

dengan kondisi

15

BAB IV KESIMPULAN Protesa mata individual yang dibuat dengan prosedur pencetakan yang tepat memiliki kelebihan dalam hal retensi, stabilitas, estetik dan kenyamanan pasien. Setelah pemakaian beberapa tahun dimana jaringan rongga mata telah mengalami perubahan maka perlu dilakukan perbaikan dengan membuat protesa mata baru yang menyesuaikan dengan kondisi jaringan rongga mata yang ada sekarang.

15

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Bartlett S.O and Moore D.J, 1973. Ocular prosthesis: A physiologic system. J. Prosth. Dent vol 29. no 4. 450 458. 2. Beumer III.J, Curtis.T.A, Marunick M.T, 1996. Maxillofacial rehabilitation, Prosthodontic and surgical considerations. St Louis. The CV Mosby Co. 417 430. 3. Cain J.R, LaFuente,H, Small R. , 1982. Custom ocular prosthesis with G dilating pupil. J. Prosth. Dent. Vol 49. no.6. 795 796. 4. Firtell D.N, Anderson C. R, Donnan M.L, 1973. Vein application tehnique for ocular prostheses. J. Prosth. Dent. Vol 34. no 2. 192 194. 5. Moore D.J, Ostrowski J.S, King L.M, 1974. A quasi integrated custom ocular prosthesis. J. Prosth. Dent. Vol 32. no 4. 439 442. 6. Ow R.K and Amrith S, 1977. Oculer Prosthesis, Use of a tissue conditioner material to modify a stock ocular prosthesis. J. Prosth. Dent. Vol 78. no 2. 218 222. 7. Parr G.R, Goldman B.M, Rahn A.O, 1983. Surgical consideration in the prosthetic treatment of ocular and orbiral defect J. Prosth. Dent. Vol 49. no 2. 220 223. 8. Rahn. A.O and Boucher L.J, 1970. Maxillofacial Prosthesis. Philadelphia. W.B. Saunders Co. 151 164. 9. Taylor T.D, 2001. Clinical Maxillofacial prosthetic. Quintessence Publishing Co, Inc. 265 270.

16

Anda mungkin juga menyukai