Anda di halaman 1dari 2

2.Istilah filsafat sejarah spekulatif pada dasarnya sejajar dan diambil dari istilah filsafat alam.

Pemikiran spekulatif dalam filsafat alam bermaksud mempelajari jalanya (proses) peristiwaperistiwa alamiah yang sebenarnya dengan memandang struktur (susunan) alam semesta (kosmologi) serta riwayat alam semesta sebagai suatu keseluruhan. Analog dengan itu pemikiran filsafat sejarah spekulatif juga ingin memandang proses sejarah sebagai suatu keseluruhan. Filsafat sejarah spekulatif berusaha untuk memberikan penjelasan (eksplanasi) dan penafsiran (interpretasi) yang luas mengenai proses sejarah. Proses sejarah yang dimaksud adalah proses sejarah sebagai peristiwa (res gestae). Dari keseluruhan proses sejarah itu dengan pemikiran dan perenungan spekulatif hendak diungkap struktur dasar yang menyelusuri dan memeberi kerangka kepada keseluruhan proses arus perjalanan sejarah. Kemudian dipelajari pula tabiat dan sifat-sifatnya. Ialah hendak diungkap faktor-faktor esensial yang menggerakkan proses sejarah, asas-asas atau hokum-hukum umum yang menguasai dan mengendalikanya kea rah mana arus proses sejarah menuju dan bermuara demikian pula melalui pemikiran dan perenungan spekulatif itu ingin dicari makna atau arti proses sejarah. Filsafat sejarah spekulatif melayani tuntutan akan suatu konsepsi atau teori yang dapat diterima secara intelektual ataupun moral mengenai proses perjalanan sejarah sebagai suatu keseluruhan dengan menunjukkan hasil pengkajianya bahwa sejarah masa lalu membentuk diri dengan dan sesuai asas-asas tertentu yang sah seara universal. Penafsiran dan interpretasinya mengenai proses sejarah juga memungkinkan untuk memenuhi tugas ilmiahnya adalah untuk membuat ramalan (prediksi) mengenai perkembangan masyarakat dimasa depan. Berdasarkan pemikiran spekulatifnya dapat dibedakan dua macam pengetahuan yaitu Pertama, pengetahuan yang didasarkan dan diperoleh sesudah pengamatan terhadap kenyataan disebut sebagai pengetahuan aposteriori. Kedua, pengetahuan yang diperoleh dengan merenungkan atau berdasarkan pengetahuan dan pengertian yang ada tanpa langsung melakukan lagi pengamatan terhadap kenyataan disebut pengetahuan apriori. Ciri khas dari pemikiran sejarah spekulatif adalah menyangkut persoalan mendasar yang dipertanyakan olehnya yaitu : 1.Irama atau pola yang dapat diamati dari proses sejarah 2.Sumber gerak manakah yang menggerakan proses sejarah 3.Muara terakhir manakah byang akan dituju oleh proses sejarah. Contoh pemikiran spekulatif didapatkan dalam filsafat sejarah yang ditulis oleh Immanuel Kant. Berdasarkan spekulasi murni apriori ia sampai pada tiga kesimpulan : 1.Alam tidak berbuat sesuatu yang sia-sia 2.Bakat-bakat manusia yang dikaruniakan oleh alam harus dan akan berkembang sepenuhnya sepanjang perjalanan sejarah. 3.Bakat yang paling khas pada manusia adalah akal budi.

Atas ketiga gagagasan itu Kant membuat suatu spekulasi bahwa dengan akal budinya manusia senantiasa berkembang maju dan dengan tak pernah mengandalkan fakta-fakta dari masa silam jadi manusia mendorong sejarah terus-menerus bergerak maju ke depan. 3.Munculnya masalah tentang sumber gerak sejarah disebabkan karena manusia berusaha merefleksikan dirinya yang muncul setelah mereka mengamati seluruh fenomena historis yang terjadi. Hasilnya ada dua pendapat utama tentang permasalahan tersebut, yaitu : Pertama, manusia bebas menentukan nasibnya sendiri. Kedua, manusia tidak bebas menentukan nasibnya sendiri karena ada kekuatan di luar manusia. Gerak sejarah dalam filsafat spekulatif mengarahkan perenungan dan pemikiranya ke masa depan. Mengenai sumber gerak (motor) sejarah yang menggerakkan proses sejarah berbeda pula antara Karl Mark di satu pihak dengan Oswald Spengler dan Arnold Toynbee dilain pihak. Karl Mark berpendapat bahwa sumber gerak sejarah adalah pertentangan kelas sedangkan Oswald berpendapat sumber gerak sejarah adalah hukum alam (schiksal). Lain lagi dengan Arnold Toynbee yang berpendapat proses sejarah ditentukan oleh sekelompok kecil pemilik kebudayaan (minority group). Para filsuf spekulatif mencoba untuk mengamati dan merenungkan kemanakah proses sejarah yang panjang ini akan bermuara. Jawaban tegas mengenai muara(tujuan) terakhir dari proses sejarah hanya dapat diberikan oleh filsuf yang berpendangan linear mengenai proses sejarah. Contoh gerak sejarah spekulatif : 1.Karl Mark berpendapat bahwa gerak sejarah bersumber dari pertentangan kelas yang akan bermuara pada masyarakat tanpa kelas. 2.Santo Agustinus berpendapat bahwa gerak sejarah yang bermata air illahi nanti akan bermuara pada kerajaan illahi (civitas dei).

Anda mungkin juga menyukai