Anda di halaman 1dari 2

Hp beraplikasikan Internet

Syarif el Day | Rabu, 25 April 2012 | 0 komentar "Buat Apa?" tanya serta kaget Abi pelan sambil menundukan kepala Malam ini cuaca tidak bersahabat, mungkin 30 menit yang akan datang hujan kembali mengguyur kota yang memang disebut sebagai Kota Hujan itu, petir-petir kecil kerap kali menyambar, sebenarnya tadi sore hujan sudah turun, namun tidak terlalu besar. Maghrib tadi malah sudah reda, makanya Abi baru pulang kerja selepas maghrib, padahal biasanya Abi pulang selepas ashar, selain karena hujan, tadi juga Abi habis ke pasar. Dan hari ini memang Abi sedang tidak bekerja melainkan habis gajian. Setelah membayar hutang bulanan Abi langsung pergi ke pasar untuk membeli makanan spesial setiap gajian untuk keluarganya. Abi memiliki istri sholehah walaupun tidak berparas cantik dan memiliki dua anak, satu laki-laki yang sekarang duduk di kelas 2 SMA bernama Hafez dan satu anak perempuan yang sekarang duduk di kelas 2 SMP bernama Zainab, keduanya memiliki perangai yang baik, bisa dikatakan Abi dan Umi berhasil mendidik mereka, mereka tidak pintar tidak juga bodoh, otaknya standar, tapi mereka anak-anak yang sholeh dan sholehah mereka sangat berbakti pada kedua orang tuanya. mereka tidak pernah mengeluh atas keadaan keluarganya yang kurang baik. Abi bekerja sebagai Tukang bangunan, tapi Abi sejauh ini berhasil menyekolahkan anaknya sampai jenjang SMA. Abi tak ingin anak-anaknya putus sekolah, dan punya keinginan kuat untuk berusaha menyekolahkan anaknya sampai S1 kalau bisa sampai kedokteran. Kedua anaknya pun tak pernah meminta sesuatu yang memberatkan kedua orang tuanya, mereka sadar akan keadaan keluarganya. Tapi zaman sudah berubah, tekhnologi amat sangat pesat dan zaman itu pula yang harus memaksa Hafez untuk mengungkapkan keinginan yang selama ini dipendamnya. Hafez sebenarnya tak ingin membicarakan ini tapi setelah beremuk dengan adikknya, adiknya bilang mungkin malam ini adalah malam yang tepat. Kan Abi habis gajian? dan hafez pun sepakat. Makanya sesuai rencananya malam ini ia ungkapkan juga pada Abinya. "Teman-teman Hafez hampir semuanya punya bi" hati-hati sekali hafez menjawabnya Abi baru saja menyelesaikan suapan terakhirnya, malam itu setelah mereka makan malam spesial dengan ayam goreng ala Umi dan tumis kangkung manis. Enak sekali masakan Umi bagi mereka. Dengan segenap keberanian Hafez mengugkapkannya. Umi yang masih asyik makan pun langsung berhenti, mungkin kaget juga. sedang Zainab malah deg-degan, was-was. apalagi Hafez rasanya ingin langsung lari. "Umi tak mengajarkan kalian untuk ikut-ikutan" sahut Umi tiba-tiba. "Buat apa?" tanya Abi sekali lagi. Hafez kelu untuk menjawabnya, tentu saja perkataan Umi tadi yang membuat kelu. Padahal jawaban untuk pertanyaan ini telah disiapkannya. "Zainab cuci tangan dulu yah" zainab langsung bergegas, kabur. mana berani dia melihat wajah Abinya yang tiba-tiba berubah. Bertanya sambil menunduk, berpura-pura mengambil sisa makannya di piring, padahal sudah habis, lalu mengambil sesendok tumis kangkung padahal perutnya pasti sudah penuh, orang tadi makannya banyak sekali. Zainab tahu kalau keadaan Abi yang seperti itu, tandanya abi tidak senang. Abi mana bisa marah. Selama ini abi tak pernah marah, bagaimana mau marah anaknya tak pernah membangkang, ya walaupun waktu mereka masih kecil Abi galak. tapi galaknya galak mendidik. Umi sendiri menatap Hafez tajam, menanti jawaban memuaskan darinya. Hafez kesal sekali adiknya kabur dari persidangan ini. Padahal dia kan yang berinisiatif. "H,, h.. h.. itu bi, itu.. buat berkomunikasi" susah sekali Hafez menjawabnya

"Emang komunikasi dengan hape yang itu tidak bisa?" selidik Abi "Yang ini tidak ada aplikasi internatnya bi,.." Hafez mulai sedikit berani. Sedangkan Zainab di balik pintu kamarnya menguping sambil berharap. Kan kalau kak Hafez berhasil, ia juga dapat untungnya. Sebenarnya zainab pun sangat mengharapkan hape beraplikasikan internet itu. "Komunikasi dengan siapa fez?" tanya Umi. "Hmmm, dengan teman-teman" jawabnya pelan "Mereka punya hape kan?" "iyaa" "Kamu punya nomor-nomor hape mereka?" "iyaa" "Pake aja hape kamu untuk berkomunikasi dengan mereka, bisa kan lewat SMS?" Hafez kelu, pertanyaan Abi sangat ia pahami, sebenarnya jawabannya telah ia simpulkan bahwa menolak keinginannya untuk membelikan hape baru beraplikasikan internet itu. Hafez kalah. Ia tak berani meneruskannya. Ia harus memahami keadaan keluarganya. "Iyaa bi," jawab Hafez kalah. Zainab pun berhenti berharap, ia langsung tertunduk lemah lalu merebahkan dirinya di karpet tempat tidurnya dan membuka buku pelajarannya. Umi langsung membereskan tempat makan malam spesial itu. Abi beranjak ke ruang tamu "Bi, Hafez pijatin yah?" Tawar Hafez, tawaran Ikhlas sebagai tanda bakti pada Abinya. Uminya tersenyum. Ia bersyukur mempunyai anak-anak yang sholeh dan sholehah. Ia pun teringat kedua adik kembar Hafez dan Zainab yang telah meninggal mendahului kedua orang tuanya. "Terima Kasih Ya Allah" Apakah perkara ini bagi Abi sebagai seorang ayah SELESAI??? Bersambung....

Anda mungkin juga menyukai