Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN GURU DAN KINERJA HARAPAN A. GURU DAN KURIKULUM GURU dan kurikulum adalah komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh dua faktor tersebut. Sertifikasi A pendidikan dan pengembangan kurikulum yang belakangan ini tengah dilakukan adalah upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan melalui dua aspek di atas.

Guru adalah komponen penting dalam pendidikan. Di pundak siswanya, guru menggantungkan harapan terhadap pelajaran yang diajarkan. Benci atau sukanya siswa terhadap suatu pelajaran bergantung pada bagaimana guru mengajar.

Banyak orang mengatakan bahwa guru adalah ujung tombak dalam sistem pendidikan. Sebagai ujung tombak, tentu kita sangat berharap kepada peran guru dan kharismanya di hadapan siswa. Sekarang, mari kita tengok bagaimana peranan guru di kelas. Kita harus berani mengakui bahwa guru berperan besar dalam menjadikan sebuah pembelajaran di sekolah akan menjadi menarik atau menjenuhkan bagi siswa untuk mempelajarinya, sangat tergantung pada dirinya. Fakta ini didukung oleh pendapat banyak siswa sekolah yang pernah ditemui dan pengalaman nyata saat kita sekolah dulu.Dari pengalaman siswa tersebut, kita mendapati banyak guru yang tidak punya motivasi dan semangat untuk mengajar di kelas. Entah karena malas atau kurang menguasai materi pelajaran, sering guru tidak hadir di kelas dan kalaupun hadir tidak memberikan pelajaran sesuai dengan waktu yang tersedia. Sering waktu pelajaran di kelas diisi dengan mencatat ataupun mengerjakan tugas tanpa siswa diberi wawasan secukupnya tentang materi tersebut.

Ada juga guru yang untuk menutupi kemalasannya dan ketidakmampuannya menguasai materi memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum materi pelajaran atau membuat makalah dengan topik materi pelajaran yang akan diajarkan.

Dengan siswa telah membuat rangkuman atau makalah, guru menganggap siswa sudah mempelajari materi tersebut dan sudah mampu menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan materi guru terebut. Guru yang lainnya, untuk menutupi kemalasannya dan kekurangannya, ada yang memanfaatkan otoritasnya dengan bersikap galak kepada siswa. Ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa terhadap pelajaran yang diajarkannya sehingga guru akan lebih leluasa mengajarkan materi pelajaran. Tetapi, sikap ini malah menambah kebencian siswa kepada guru sekaligus juga terhadap pelajarannya. Tidak heran ada istilah guru killer untuk menyebut guru yang mempunyai sikap seperti ini, galak, kurang jelas dalam menerangkan materi dan otoriter. Apakah seperti ini sikap guru yang sesungguhnya? Wajar saja kalau kegiatan belajar di kelas menjadi kurang menarik dan sulit, wong gurunya saja jarang memberikan pelajaran dan lebih suka marah-marah ketimbang mengajar.

Dari mana siswa mendapat tambahan pengetahuan kalau bukan dari guru? Padahal guru bertanggung jawab untuk mengantarkan siswa memahami pelajaran dan membimbing siswa untuk menerapkan pelajaran yang di inginkan. Berdasarkan

pengalaman guru, sebenarnya banyak cara, metode dan sarana yang bisa dijadikan bahan dalam mengajarkan suatu materi sehingga dapat menjadi lebih mudah. Tidak pantas bagi seorang guru yang membiarkan siswanya tidak mendapat tambahan pengetahuan. Dan, kebanggaan bagi guru yang mampu menanamkan pengetahuan kepada siswanya dan pengetahuan itu bermanfaat bagi kehidupan di masa yang akan datang. Jadi, kepada guru marilah kita perbaiki sikap dan metode pengajaran yang selama ini kita jalankan dalam mengajarkan satu pelajaran. Dengan memperbaiki sikap dan metode pengajaran kita adalah salah satu jalan untuk membuat pelajaran itu lebih disenangi dan mudah bagi siswa. Dan peserta didik diharapkan bisa dengan mudah menyerap ilmu yang dismpaikan.

B. TUGAS-TUGAS GURU Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa. Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat. - Peran seorang guru 1). Dalam Proses Belajar Mengajar Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangat signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai: 1. Demonstrator 2. Manajer/pengelola kelas 3. Mediator/fasilitator 4. Evaluato

2). Dalam Pengadministrasian Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai: 1. Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan 2. Wakil masyarakat 3. Ahli dalam bidang mata pelajaran 4. Penegak disiplin 5. Pelaksana administrasi pendidikan 3). Sebagai Pribadi Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai: 1. Petugas sosial 2. Pelajar dan ilmuwan 3. Orang tua 4. Teladan 5. Pengaman 4). Secara Psikologis Peran guru secara psikologis adalah: 1. Ahli psikologi pendidikan 2. Relationship 3. Catalytic/pembaharu 4. Ahli psikologi perkembangan C. GURU DAN SEJUMLAH KEBIJAKAN Sebagai tenaga profesional, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga Negara guru dituntut mentaati sejumlah kebijakan. Salah satu syarat sebuah profesi adalah memiliki sebuah organisasi profesi dan kode etik. Juga dituliskan dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab III. Prinsif- prinsif profesionalitas ayat 1 yang mengatakan bahwa guru hendaknya memiliki organisasi profesi. Organisasi ini memiliki kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Selanjutnya dijelaskan bahwa organisasi profesi adalah perkumpulan yang berdasar hukum. Yang didirikan dan diurusoleh guru untuk mengembangkan untuk profesionalitas guru. Di indonesia organisasi guru adalah PGRI. Organisasi ini bersifat independent, semua guru indonesia wajib menjadi anggotanya. Fungsi organisasi ini adalah memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan dan pengabdian

masyarakat.Pembentukan organisasi profesi, sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pemerintah dapat memfasilitasi organisasi organisasi tersebut dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Wewenang organisasi guru ini adalah : menetapkan kode etik guru, memberikan bantuan hukum pada guru, memberikan perlindungan pada guru, memajukan pendidikan nasional, melakukan pembinaan dan pengembangan pprofesi guru. 1. KODE ETIK GURU Kode etik merupakan norma-norma yang berisi tentang aturan, tata cara maupun pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik digunakan sebagai pedoman dalam berperilaku. Dalam kaitannya ddengan profesi, kode etik dapat diartikan sebagai tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai profesional suatu profesi yang dituangkan dalam standart perilaku anggota. Kode etik yang berisikan ketentuan, aturan, tata cara dijadikan pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi. Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdian bekerja sebagai guru. Kode etik guru indonesia ditetapkan PGRI dalam Kongres yang dihadiri seluruh utusan dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam kongres PGRI XIII di jakarta tahun 1973 dan disempurnakan dalam Kongres pgri XVI tahun 1989 di jakarta.

Kode etik guru indonesia adalah produk PGRI sebagai suatu kebijakan yang menjadi pedoman utama guru dalam langkah kependidikannya. Teks kode etik guru yang telah disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI adalah sebagai berikut : a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta melakukan bimbingan dan pembinaan. d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat didik sebagai bahan

sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. g. Guru memelihara hubungan seprofesi, kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Kesadaran akan pengalaman kode etik guru indonesia yang relatif rendah mendorong Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), Departemen Pendidikan Nasional untuk memfasilitasi Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) pada tahun 2003 di Hotel Radin di Taman Impian Jaya Ancol Jakarta untuk menyusun Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) dan Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI) yang kemudian disahkan pada tahun 2008 dalam kongres PGRI ke XX di Palembang, yang menghasilkan ketentuan tentang kode etik guru indonesia.

2. KUALIFIKASI, KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI Guru wajib memiliki : a. Kualifikasi akademik, Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. b. Kompetensi, Kompetensi guru meliputi; Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. c. Sertifikat pendidik, 1. Sertifikat diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. 2. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan

ditetapkan oleh Pemerintah. 3. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. 4. Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu. 5. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
7

d. Sehat jasmani dan rohani, serta tujuan pendidikan nasion -

Memiliki kemampuan untuk mewujudkan

Sehat jasmani dan rohani adalah kondisi kesehatan fisik dan mental yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan baik. Kondisi kesehatan fisik dan mental tersebut tidak ditujukan kepada penyandang cacat.

3. HAK GURU a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi i. j. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi dan/atau k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

4. KEWAJIBAN GURU a. Merencanakan pembelajaran, b. Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta c. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; d. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; e. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; f. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan.

5. SANKSI BAGI SATUAN PENDIDIKAN a. Yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 34, Pasal 39, diberi sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. Sanksi bagi penyelenggara pendidikan berupa: 1. teguran; 2. peringatan tertulis; 3. pembatasan kegiatan penyelenggaraan satuan pendidikan; atau 4. pembekuan kegiatan penyelenggaraan satuan pendidikan.

D. GURU SEBAGAI TAULADAN DAN PANUTAN MASYARAKAT

Guru sejatinya bukan sembarang pekerjaan, melainkan profesi yang pelakunya memerlukan berbagai kelebihan, baik terkait dengan kepribadian, akhlak, spiritual, pengetahuan dan keterampilan. Peran guru bukan sekadar mentransfer pelajaran kepada peserta didik. Tapi lebih dari itu guru bertanggungjawab membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi generasi yang cerdas, saleh, dan terampil dalam menjalani kehidupannya. Perlu diinsafi, guru merupakan warisatul ambiya dan sekaligus teladan kehidupan dalam lingkup yang luas dan menyeluruh. Inilah tugas guru yang amat strategis dan mulia. Apalagi dewasa ini kehadiran guru sebagai pendidik semakin nyata menggantikan sebagian besar peran orang tua yang notabene adalah pengemban utama amanah Allah SWT. atas anak yang dikaruniakan kepadanya. Dengan berbagai sebab dan alasan, orang tua telah menyerahkan bulat-bulat tugas dan tanggungjawabnya kepada guru di sekolah dengan berbagai keterbatasannya. Demikian pula masyarakat yang kontrol sosialnya semakin melemah dan pemerintah yang selama ini lebih menitikberatkan pembangunan di sektor fisik, semuanya ikut mengambil andil terhadap kegagalan pembentukan karakter bangsa.

Menyadari hal ini, pemerintah mulai tahun ajaran 2011/2012 menjadikan pendidikan berbasis karakter sebagai gerakan nasional mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi termasuk pendidikan nonformal dan informal. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menyatakan, Pembentukan karakter siswa tidak bisa lepas dari peran guru. Bagaimana manusia Indonesia pada tahun 2045 mendatang (100 tahun Indonesia merdeka), ditentukan bagaimana guru membentuk siswa saat ini (www.kemdiknas.go.id).

Karenanya, di pundak guru terletak salah satu beban untuk merestorasi karakter dan kepribadian mulia bangsa Indonesia yang telah berada pada titik nadir. Guru diharapkan bisa mengembalikan peradaban bangsa yang tinggi, yang selama ini telah tergantikan dengan julukan bangsa yang korup, tidak memiliki kepribadian, bangsa yang kacau, jorok, bodoh, anarkis dan banyak atribut jelek lainnya yang kini melekat pada bangsa tercinta ini.

10

Kegagalan membentuk karakter bangsa merupakan kesalahan kolektif yang harus dibenahi bersama. Oleh karena itu solusi yang paling tepat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan berkomitmen untuk melakukan perbaikan secara kolektif pula. Masingmasing kita harus instrospeksi diri dan berusaha keras untuk mencari solusi guna memperbaiki dan mengembalikan serta meningkatkan karakter positif bangsa. Lakukan yang terbaik yang kita bisa, jangan sibuk mencari kesalahan orang lain. Tapi mari kita mulai dari diri kita, orang terdekat kita dan tugas di bawah tanggung jawab kita

Dari berbagai asal dan dengan berbagai alasan banyak orang memilih profesi guru. Apapun latar belakangnya, apapun motivasinya, dan apapun alasannya, profesi guru menuntut kompetensi sebagai guru. Guru berkompeten yang diharapkan tentu saja guru yang tidak hanya mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, tapi juga harus mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin. Merujuk pada UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, seorang guru harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi profesional, pedagogis, personal, dan sosial.

Dari keempat kompetensi tersebut, aspek yang paling mendasar untuk menjadi seorang guru yang berkarakter dan layak diteladani adalah aspek kepribadian (personalitas). Karena aspek kepribadian inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya komitmen diri, dedikasi, kepedulian, dan kemauan kuat untuk terus berbuat yang terbaik dalam kiprahnya di dunia pendidikan. Seorang guru harus memiliki kematangan, baik intelektual maupun emosional. Kematangan ini terlihat dari kemampuan bernalar dan bertutur, memberi contoh dan sikap yang baik, mengerti perkembangan anak dengan segala persoalannya, kreatif, inovatif, menguasai materi dan banyak metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan, situasi dan intelgensi peserta didik. Menurut Rani Pardini yang dikutip oleh Adhi, R (2010), ada tiga model guru berdasarkan tingkatan kualitasnya, yaitu guru okupasional, guru profesional, dan guru vokasional. Guru okupasional adalah sosok guru yang menjalani profesi guru sekadarnya, tanpa kepedulian lebih memerhatikan anak didiknya. Guru profesional adalah guru yang
11

memiliki tanggung jawab lebih memenuhi kualifikasi undang-undang dan syarat kompetensi guru sesuai dengan regulasi yang berlaku. Sementara guru vokasional adalah guru yang menjalani profesinya sebagai sebuah panggilan sehingga menjalani tugasnya dengan penuh antusias, sabar, komitmen, dan terus mengembangkan diri serta profesinya.

Dalam mendidik karakter sangat dibutuhkan sosok yang menjadi model. Model yang dapat ditemukan oleh peserta didik di lingkungan sekitarnya. Semakin dekat model pada peserta didik akan semakin mudah dan efektiflah pendidikan karakter tersebut. Peserta didik butuh contoh nyata, bukan hanya contoh yang tertulis dalam buku apalagi contoh khayalan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Berk yang dikutip oleh Sit, M (2010), prilaku moral diperoleh dengan cara yang sama dengan respon-respon lainnya, yaitu melalui modeling dan penguatan. Lewat pembelajaran modeling akan terjadi internalisasi berbagai prilaku moral, pro sosial dan aturan-aturan lainnya untuk tindakan yang baik

Demikian pula menurut Social Learning Theory dalam Bandura yang dikutip oleh Hadiwinarto, perilaku manusia diperoleh melalui cara pengamatan model, dari mengamati orang lain, membentuk ide dan perilaku-perilaku baru, dan akhirnya digunakan sebagai arahan untuk beraksi. Sebab seseorang dapat belajar dari contoh apa yang dikerjakan orang lain, sekurang-kurangnya mendekati bentuk perilaku orang lain, dan terhindar dari kesalahan yang dilakukan orang lain. Guru sebagai uswah atau teladan harus memiliki modal dan sifat-sifat tertentu, diantaranya: Pertama, Guru harus meneladani Rasulullah Saw sebagai teladan seluruh alam. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebutAllah.

Kedua, guru harus benar-benar memahami prinsip-prinsip keteladanan. Mulailah dengan ibda binafsih, yaitu dari diri sendiri. Dengan demikian guru tidak hanya pandai bicara dan mengkritik tanpa pernah menilai dirinya sendiri. Bercermin pada filosofi gayung mandi, dalam mendidik karakter guru jangan seperti gayung mandi. Gayung digunakan
12

untuk mandi bertujuan membersihkan, tapi ia sendiri tidak pernah mandi atau membersihkan dirinya sendiri. Artinya guru harus mempraktikkannya terlebih dahulu sebelum mengajarkan karakter kepada peserta didiknya. Ketiga, guru harus mengetahui tahapan mendidik karakter. Sekurang-kurangnya melalui tiga tahapan pembelajaran yang penulis istilahkan dengan 3P yaitu: pemikiran, perasaan dan perbuatan. Tahapan pertama pemikiran;

merupakan tahap memberikan pengetahuan tentang karakter. Pada tahapan ini guru berusaha mengisi akal, rasio dan logika siswa sehingga siswa mampu membedakan karakter positif (baik) dengan karakter negatif (tidak baik). Siswa mampu memahami secara logis dan rasional pentingnya karakter positif dan bahaya yang ditimbulkan karakter negative. Tahap kedua dalam mendidik karakter ini diistilahkan dengan perasaan;

merupakan tahap mencintai dan membutuhkan karakter positif. Pada tahapan ini guru berusaha menyentuh hati dan jiwa siswa bukan lagi akal, rasio dan logika. Diharapkan pada tahapan ini akan muncul kesadaran dari hati yang paling dalam akan pentingnya karakter positif, yang pada akhirnya akan melahirkan dorongan/keinginan yang kuat dari dalam diri untuk mempraktikkan karakter tersebut dalam kesehariannya. Tahap ketiga perbuatan berperan;

pada tahapan ini dorongan/keinginan yang kuat pada diri siswa untuk mempraktikkan karakter positif diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Siswa menjadi lebih santun, ramah, penyayang, rajin, jujur, dan semakin menyenangkan, menyejukkan pandangan serta hati siapapun yang melihat dan berinteraksi dengannya. Keempat, Guru harus mengetahui bagaimana mengimplementasikan pendidikan karakter kepada siswa. Tanamkan pengertian betapa pentingnya "cinta" dalam melakukan sesuatu, tidak semata-mata karena prinsip timbal balik. Ciptakan hubungan yang mesra, agar siswa peduli terhadap keinginan dan harapan-harapan kita serta tumbuhkan rasa sayang terhadap sesama. Dan kelima, guru harus menyadari arti kehadirannya di tengah siswa, mengajar dengan ikhlas, memiliki kesadaran dan tanggungjawab sebagai pendidik untuk

13

menanamkan nilai-nilai kebenaran. Mengajar bukan untuk sekadar melepaskan tugas, mengajar karena panggilan jiwa, mengajar dengan cinta, merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan siswa dunia akhirat, dan mampu mengarahkan siswa tentang arti hidup.

Dibutuhkan kerja keras untuk mewujudkan cita-cita mulia ini. Guru harus mampu menjadi modelnya. Kita tidak akan mampu membuat siswa rajin, tepat waktu, bertanggung jawab dan lain sebagainya, jika kita tidak duluan mempraktikkannya. Negeri ini tidak hanya membutuhkan pendidikan karakter, tapi negeri ini sangat membutuhkan teladan dari pendidik karakter dan teladan dari semua komponen bangsa. Dengan demikian keinginan untuk membentuk generasi Indonesia yang santun, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan memiliki kepenasaranan intelektual sebagai modal dalam membangun kreatifitas dan daya inovasi dapat terwujud sesuai harapan. Menjadi guru Teladan yang Profesional Sebagai Motivasi

Teladan sesungguhnya memiliki makna sesuatu dari proses mengajar, hubungan dan interaksi selama proses pendidikan yang kemudian pada hari ini atau masa depan peserta didik menjadi contoh yang selalu di tiru dan di gugu. Jadi guru teladan tidak ada hubungannya dengan sosok guru yang senantiasa menjaga wibawa, menjaga image dengan selalu menampilkan dirinya ferfecta dan penuh aturan dan kaku di hadapan peserta didiknya. Dalam sebuah proses belajar, sadar atau tidak maka perilakua seorang guru akan menjadi komunikasi (penyampaian pesan) paling efektif dan pengaruhnya sangat besar (90%) pada peserta didik. Perilaku inilah yang akan menjadi teladana bagi kehidupan social peserta didik. Secara psikologis pengaruh perilaku tersebut adalah pengaruh bawah sadar peserta didik, yang akan muncul kembali saat ia melakukan aktifitas dalam bersikapa bertindaka atau menilai sesuatu pada dirinya maupun orang lain. Jika merefleksikan pada motivasi pendidikan Ki hajar Dewantara maka seorang guru yang ingin diteladani haruslah melepaskan trompaha dari jiwa, sikap, dan perilaku mengajarnya. Guru tidak berangkat dari kepahlawanana untuk kemudian mendidika tetapi dari mendidiklah kemudian dia layak menjadi pahlawana pada hati setiap manusia lain.

14

Bagaimana agar ketadanan seorang guru berbuah hal yang baik pada jiwa, sikap dan perilaku peserta didiknya dimasa akan datang, maka seorang guru haruslah profesionala dalam pengajaran dan hubungan social. Bukan professional to havea tetapi professional to bea. Bukan professional disebabkan kebendaan (materi) tetapi professional bersumber dari penguasaan diria, pengabdiana dan kehormatana diri dan bangsanya. Sehingga dalam prosesnya mengajara akan menjadi cara hidup seorang guru untuk mencapai kemanfaatan sebanyak-banyaknya melalui pengabdiannya dan proses menebarkan kehormatana tersebut pada hati, kepala dan pancaindera peserta didiknya. Proses memindahkan segalaa keteladanan diria pengetahuan diri dan perilaku professional seorang guru kepada peserta didik dibutuhkan teknik yang oleh Ki hajar dewantara disebuat among mendidik dengan sikap asih, asah dan asuh, dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu a mengajara tetapi juga mampu mendidika. Pada posisi inilah guru juga harus mampu menjadi motivator dikelasnya. Mengapa motivator? Karena Motivator memiliki kekuatan sinergis antara mengajar dan mendidik seperti motivasi dari pendidikan Ki Hajar itu sendiri.

15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Dengan memperhatikan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran kinerja guru itu memiliki peran yang luar biasa terhadap dunia pendidikan. Maju dan mundurnya dunia pendidikan ditentukan oleh kinerja para guru. Guru-guru yang hebat akan menghasilkan (output) yang hebat pula. Kinerja guru sangat dipelukan guna meningkatkat kualitas pendidikan.

B. SARAN Setelah mengetahui betapa pentingnya kinerja itu, maka penulis menyarankan kepada semua pihak, terutama kepada guru supaya menerapkan dan meningkatkan kinerjanya sebagai guru.

16

DAFTAR PUSTAKA

17

SOAL DAN KUNCI JAWABAN

I. SOAL :
1. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum menurut UU RI No. 20 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 1 ? 2. Mengapa kurikulum itu menjadi alat pencapaian tujuan bagi seorang guru ? 3. Sebutkan apa saja yang dimuat dalam silabus dan RPP ( rencana pelaksanaan pembelajaran ) ? 4. Jelaskan tugas utama guru menurut UU RI No.14 tahun 2005 ! 5. Jelaskan tujuan dari PGRI ! 6. Mengapa seorang guru harus memiliki idealisme ? 7. Sebutkan 4 saja kode etik guru ! 8. Mengapa seorang guru harus memiliki panggilan jiwa dalam menjalankan tugasnya ? 9. Seorang guru harus mengetahui 8 standart pendidikan nasional. Sebutkan 5 saja standar pendidikan nasional ! 10. Sebutkan 4 misi utama PGRI !

II. KUNCI JAWABAN : 1. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraankegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 2. Karena berdasarkan kurikulum , guru melakukan berbagai kegiatan yang stimulant yaitu guru harus : Mempelajari kurikulum dengan seksama. Menyusun perencanaan pembelajaran, Strategi pembelajaran dan desain pembelajaran, dimana guru diharapkan keterampilannya dalam menyusun SP

atau satuan pelajaran ( untuk kurikulum 1994 ) dan silabus ( untuk kurikulum KMB ). 3. a. Identitas mata pelajaran. b. Standart kompetensi ( S K ) c. Kompetensi Dasar ( K D ) d. Indikator pencapaian kompetensi e. Tujuan pembelajaran f. Materi ajar g. Alokasi waktu
18

h. Metode pembelajaran i. Kegiatan pembelajaran j. Penilaian hasil belajar k. Sumber belajar.

4. Tugas utama guru menurut UU No. 14 tahun 2005 adalah mendidik, yakni dengan mengajar, membimbing, mengarahkan ( memberi teladan ), menilai dan mengevaluasi dalam waktu yang bersamaan sehingga peserta didik dapat merubah tingkah lakunya.

5. Mempertinggi kesadaran,sikap, mutu dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka.

6. Karena seorang guru harus mampu berfikir kreatif dan inofatif, artinya seorang guru harus berfikir secara rasional, masuk akal dan sistimatis serta menemukan sesuatu yang baru, yang bersifat efektif dan spiritual dan kogmitif.

7. Kode etik guru a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional. c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar. e. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. f. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social. g. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

8. Karena dalam menjalankan tugasnya seorang guru hendaknya mencintai profesinya, sehingga dengan rasa cinta tersebut seorang guru sabar, tidak mudah putus asa,
19

optimis, percaya diri, rela berkorban dan ikhlas dalam mendidik mengajar peserta didiknya.

9. 8 Standar Pendidikan Nasional : a. Standar isi b. Standar kompetensi kelulusan ( SKL ) c. Standar proses d. standar tenaga pendidik e. Standar sarana dan prasarana f. Standar pengelolaan pendidikan g. Standar pembiayaan pendidikan h. Standar penilaian pendidikan.

10. Empat misi utama PGRI adalah : a. Misi politis / ideology b. Misi Persatuan Organisasi c. Misi profesi d. Misi kesejahteraan.

20

Anda mungkin juga menyukai