atau p =
(4.1)
Berdasarkan persamaan di atas, jika p = mv, maka panjang gelombang foton dapat dinyatakan dengan persamaan
h h atau = mv p
(4.2)
Panjang gelombang di atas sering disebut sebagai panjang gelombang de Broglie. Dari persamaan (4.2), bahwa semakin besar momentum benda yang bergerak, maka semakin pendek panjang gelombang yang dihasilkan. Massa benda m pada persamaan tersebut merupakan massa relativistik yang dapat dituliskan sebagai berikut
43
m=
m0 1 v 2 /c
2
Secara umum, aspek gelombang dan partikel dari sebuah benda yang bergerak tidak dapat diamati secara bersamaan. Mungkin pada saat tertentu aspek gelombang yang terlihat, tetapi pada saat yang lain justru aspek partikel yang terlihat. Kondisi semacam ini tergantung dari perbandingan antara panjang gelombang de Broglie dengan dimensi benda yang bergerak. Contohnya bola voli dengan massa 2 kg dan bergerak dengan kecepatan 20 m/s, mempunyai panjang gelombang de Broglie sekitar 1,66 x 10-35 m. Panjang gelombang bola voli ini sedemikian kecil dibandingkan dengan dimensi bendanya sehingga aspek gelombangnya tidak teramati dari gerak bola voli tersebut. Tetapi sebuah elektron dengan massa 9,1 x 10-31 kg dan kecepatan 107 m/s mempunyai panjang gelombang de Broglie sebesar 7,3 x 10-34 m. Nilai ini sebanding dengan dimensi atom, sehingga sifat gelombang dari elektron yang bergerak dapat teramati melalui suatu pengamatan di laboratorium.
w =
energi total relativistik, sehingga dapat diperoleh
(4.3)
h = mc
atau =
mc 2 h
(4.4)
Jika persamaan (4.2) dan (4.4) disubstitusikan ke persamaan (4.3), maka kecepatan gelombang de Broglie dapat dinyatakan dengan persamaan
mc 2 w = = h
h c2 mv = v
(4.5)
44
Karena v selalu lebih kecil dari c, maka berdasarkan persamaan (4.5), w tentu selalu lebih besar dari c, sebuah hasil yang perlu dianalisis lebih lanjut. Secara umum persamaan gelombang yang sedang bergerak untuk setiap saat (t) dan tempat (x) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut
x y = A cos 2 t w
(4.6)
Contoh gelombang yang merambat pada tali dapat dilihat pada Gambar 4.1. Tali mulai digetarkan pada x = 0 saat t = 0, sehingga gelombang menjalar ke arah +x dengan kelajuan w. Dalam waktu t, gelombang ini telah menempuh jarak x = wt, sehingga selang waktu penjalaran dari x = 0 hingga x = x adalah t = x/w. Dengan demikian, pergeseran y di x = x pada waktu t sama dengan pergeseran y di x = 0 pada waktu sebelumnya yaitu t x/w.
y tali x
t=0
t=t
tali
x
Apabila digunakan hubungan w = , maka persamaan (4.6) dapat dituliskan menjadi persamaan
x x y = A cos 2 t atau y = A cos 2 t w
(4.7)
Dari persamaan (4.7), didefinisikan beberapa parameter gelombang seperti frekuensi anguler dan bilangan gelombang
Dualisme Sifat Gelombang dan Partikel 45
= 2 (frekuensi anguler)
k= 2 = (bilangan gelombang) w
(4.8) (4.9)
Persamaan (4.7) dapat dinyatakan dalam variabel dan k, sehingga dapat ditulis menjadi
y = A cos ( t k x)
(4.10)
Group gelombang merupakan superposisi dari gelombang individu dengan panjang gelombang yang berbeda-beda, sehingga interferensinya memiliki pola amplitudo yang bervariasi, seperti terlihat pada Gambar 4.2. Jika kecepatan gelombang individu sama, maka kecepatan tersebut merupakan kecepatan penjalaran dari group gelombang. Tetapi jika kecepatan gelombang berubah terhadap panjang gelombangnya, maka gelombang individunya. individu yang berbeda tidak menjalar bersama, dan kecepatan group gelombang berbeda dengan kecepatan gelombang
46
Misalnya ada dua gelombang dengan amplitudo sama A, selisih frekuensi sudutnya d dan selisih bilangan gelombangnya dk. gelombang ini dapat dinyatakan dengan persamaan Kedua
y1 = A cos( t k x)
y 2 = A cos ( [ + ] t [k + k] x ) Superposisi dua gelombang merupakan resultan y pada saat t dan pada posisi x yang dapat dinyatakan dengan persamaan
y = y1 + y 2
y = 2 A cos 1 [ ( 2 + d) t (2k + dk) x ] cos 1 [d t dk x ] 2 2
Karena d << dan dk << k, maka persamaan di atas dapat dituliskan menjadi
dk d y = 2A cos ( t k x)cos t x 2 2
(4.11)
Persamaan (4.11) merupakan gelombang dengan frekuensi sudut dan bilangan gelombang k yang termodulasi dengan frekuensi sudut d dan bilangan gelombang dk. Berdasarkan persamaan (4.11), kecepatan fase dari gelombang de Broglie dapat dituliskan
w=
(4.12)
gelombang individu
gelombang individu
group gelombang
47
Gambar 4.3. Penjumlahan dua gelombang membentuk sebuah group gelombang yang termodulasi.
(4.13)
Frekuensi sudut dan bilangan gelombang de Broglie yang terkait dengan benda yang bermassa diam m0 dan bergerak dengan kecepatan v adalah
= 2 =
k=
2 m0 c 2 2 mc 2 = h h 1 v 2 /c 2
(4.14)
dan
2 m0 v 2 2 mv = = h h 1 v 2 /c
(4.15)
Jika persamaan (4.14) dan (4.15) disubstitusikan ke persamaan (4.12), maka kecepatan fase gelombang de Broglie dapat dituliskan dengan hasil yang sama seperti persamaan (4.5)
w=
c2 = k v
(4.16)
Sedangkan kecepatan group gelombang de Broglie (u) yang terkait dengan benda yang bergerak dapat dirumuskan 2 m0 v atau u = h (1 v 2 /c 2 )3/2 =v 2 m0 h (1 v 2 /c 2 )3/2 (4.17)
d d dv u= = dk dk dv
Jadi group gelombang de Broglie terkait dengan benda yang bergerak, menjalar dengan kecepatan sama dengan kecepatan benda tersebut.
48
posisi detektor dapat diatur. Pada eksperimen tersebut target dibuat dari nikel yang dipanaskan pada temperatur yang tinggi.
senapan elektron
berkas datang
detektor elektron
berkas hambur
Hasil yang diperoleh dari eksperimen Davisson-Germer adalah kurva berkas hambur elektron dengan pola maksimum minimum yang jelas teramati yang posisinya tergantung dari energi berkas elektron, seperti Gambar 4.5. Pola maksimum minimum seperti kurva di bawah, ditafsirkan sebagai hasil dari peristiwa difraksi gelombang elektron oleh target, seperti halnya difraksi sinar-X oleh bidang-bidang atom dalam kristal. Pada saat energi berkas elektron 54 eV yang ditembakkan tegak lurus pada target nikel, maka terjadi pola maksimum pada sudut 50o yang paling tajam dalam distribusi elektron.
Berkas elektron
500
40 eV
44 eV
48 eV
54 eV
60 eV
49
Contoh 3.1.
Pada peristiwa difraksi elektron, sudut datang dan sudut hambur relatif terhadap keluarga bidang Bragg adalah 65o (definisi bidang Bragg dapat dibaca di buku-buku Fisika Modern). Jika jarak antar bidang, setelah diukur menggunakan difraksi sinar-X adalah 0,91 oA, hitunglah panjang gelombang elektron dengan rumus difraksi dan rumus de Broglie ?
Penyelesaian
Untuk menghitung panjang gelombang de Broglie dari elektron yang terdifraksi dapat digunakan persamaan difraksi n = 2 d sin . Jika n = 1, maka = 2 d sin = 2 x 0,91 oA x sin 65o = 1,65 oA Jika digunakan persamaan gelombang de Broglie, maka diperoleh
h h = mv 2 mE K
6,63 x 10 34 Js 2 x (9,1x10
31 19
J/eV )
=1,66 x10 10 m
terbesar adalah = 2L, kemudian = L dan = 2/3 L. Berdasarkan hal ini, persamaan gelombang de Broglie yang diijinkan adalah
Dualisme Sifat Gelombang dan Partikel 50
n =
2L n
n = 1, 2, 3,
(4.18)
Karena = h/mv, maka pembatasan panjang gelombang de Broglie yang datang terhadap lebar kotak setara dengan pembatasan momentum partikel atau energi kinetiknya. Energi kinetik partikel (non relativistik) dengan momentum mv adalah
EK =
(mv)2 1 mv 2 = 2 2m
EK =
h2 2 m 2
(4.19)
Selanjutnya persamaan (4.18) disubstitusikan ke dalam persamaan (4.19). Jika tidak terdapat energi potensial pada model ini, maka energi yang dapat dimiliki partikel tersebut adalah En = n2 h2 8 m L2 n = 1, 2, 3, (4.20)
Setiap energi yang diijinkan disebut sebagai tingkat energi dan bilangan bulat n disebut sebagai bilangan kuantum.
= 2/3 L =L = 2L
51
Gambar 4.7 Fungsi gelombang partikel yang terperangkap di dalam kotak dengan lebar L.
Aspek penting dari persamaan (4.20) adalah, bahwa partikel yang ada dalam kotak tidak boleh memiliki energi nol. Jika E = 0, maka = 0 di setiap titik dalam kotak, sehingga kerapatan peluang artinya partikel tidak terdapat dalam kotak. Sebuah partikel dalam kotak berdinding tegar hanya suatu model saja, namun demikian kuantisasi energi yang diperoleh berlaku secara umum. Artinya bahwa sebuah partikel yang terperangkap dalam suatu ruang (meski ruang itu tidak memiliki batas yang terdefinisikan secara baik) hanya dapat memiliki energi tertentu saja. Kuantisasi energi dapat muncul untuk elektron dalam atom, molekul dan zat padat serta untuk proton dan neutron dalam inti atomik.
2
= 0,
Contoh 3.2
Carilah tingkat energi sebuah elektron yang terperangkap di dalam kotak yang lebarnya 0,1 nm ?
Penyelesaian
Diketahui massa elektron = 9,1 x 10-31 kg dan L = 0,1 nm = 10-10 m, sehingga energi elektron yang diijinkan adalah En = n 2 x (6,63 x10 34 Js )2 = 6,0 x 10 18 n 2 J = 38 n 2 eV 31 10 2 8 x (9,1x10 kg )x (10 m)
Karena En = 38 n2 eV, maka tingkat energinya adalah E1 = 38 eV, E2 = 152 eV, E3 = 342 eV, E4 = 608 eV dan seterusnya.
momentum partikel tersebut. Sebaliknya, jika lebar group gelombang sempit, posisi partikel lebih mudah ditentukan, tetapi momentumnya sukar. Sehingga terdapat hubungan timbal balik antara ketidakpastian posisi partikel (x) dan ketidakpastian momentumnya (p).
=?
x p besar
x p kecil
Gambar 4.8. Hubungan timbal balik antara ketidakpastian posisi partikel x dan ketidakpastian momentum p dari suatu group gelombang de Broglie terbatas.
Sebuah
group
gelombang
(x)
dapat
dinyatakan
dengan
(x) = g(k)cosk x dk
0
(4.21)
dimana fungsi g(k) menyatakan amplitudo gelombang yang berkontribusi pada (x) dan nilainya berubah terhadap bilangan gelombang k. Sebuah grafik group gelombang dan model transformasi fouriernya ditunjukkan dalam Gambar 4.9. Berdasarkan Gambar 4.9, semakin sempit group gelombang, maka semakin lebar selang bilangan gelombangnya, begitu juga sebaliknya. Hubungan antara jarak x dan pelebaran bilangan gelombang k tergantung dari bentuk group gelombang dan cara bagaimana x dan k didefinisikan. Perkalian x dan k minimum, jika group gelombang berbentuk gaussian (dalam hal ini tranformasi fourier juga berbentuk gaussian). Selanjutnya jika x dan k diambil dari deviasi standart fungsi
x k
(4.22)
53
Sementara itu panjang gelombang de Broglie untuk sebuah partikel yang dengan momentum p adalah = h/p dan bilangan gelombang yang bersesuaian dengannya adalah
k=
2 2 p = h
x x
g k
g k
Gambar 4.9. Fungsi gelombang dan transform fourier untuk pulsa, group gelombang dan gelombang yang melebar tak terhingga.
Hubungan antara k dan p dapat diturunkan dari persamaan di atas, sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi
p =
h k 2
x p
h 4
(4.23)
Persamaan di atas merupakan salah satu prinsip ketidakpastian yang diperoleh oleh Werner Heisenberg pada tahun 1927. Kuantitas h/2 merupakan satuan dasar dari momentum sudut, sehingga kuantitas ini sering dituliskan dengan . Nilai = 1,054 x 10-34 J.s, dan persamaan (4.23) dapat ditulis menjadi
x p /2
(4.24)
Untuk mengamati posisi dan mometum sebuah elektron yang sedang bergerak, digunakan cahaya dengan panjang gelombang . Pada peristiwa ini foton cahaya menumbuk elektron sehingga terpantul ke arah
Dualisme Sifat Gelombang dan Partikel 54
lain. Setiap foton yang bermomentum h/ dan jika bertumbukan dengan elektron, maka momentum elektron semula p berubah. Perubahan yang tepat cukup sulit untuk diperkirakan, tetapi perubahannya berorde besar sama dengan momentum foton cahaya h/. momentumnya lebih kecil. Dengan demikian, jika panjang gelombang cahaya yang digunakan besar, maka ketidakpastian
(4.25)
Karena cahaya bersifat gelombang, maka kita tidak menentukan posisi elektron dengan ketepatan tak berhingga, tetapi kita kemungkinan masih dapat mempertahankan ketidakpastian tak tereduksi x dari posisinya, sepanjang panjang gelombang cahaya yang dipakai, sehingga
x
kecil pula ketidakpastian dari posisi elektron itu.
(4.26)
Dengan demikian, semakin kecil panjang gelombangnya, maka semakin Dari persamaan (4.25) dan (4.26), bahwa jika digunakan cahaya dengan panjang gelombang kecil agar penentuan kedudukan elektron lebih tepat, maka akan timbul reduksi yang sesuai dengan ketepatan penentuan momentum. panjang gelombang Sedangkan jika digunakan cahaya dengan maka hasil penentuan momentumnya besar,
mungkin tepat, tetapi kedudukannya tidak tepat. Jika persamaan (4.26) disubstitusikan ke persamaan (4.25), maka diperoleh
x p h
yang sebenarnya masih sesuai dengan persamaan (4.24).
(4.27)
Contoh 3.3
Atom hidrogen berjari-jari 5,3 x 10-11 m. Gunakan prinsip ketidakpastian untuk memperkirakan energi elektron yang dapat dimiliki dalam sebuah atom hidrogen tersebut ?
Penyelesaian
Diketahui x = 5,3 x 10-11 m. Kita gunakan persamaan (4.24), sehingga
55
2 x
Elektron dengan momentum besar ini berkelakuan sebagai partikel klasik dan energi kinetiknya adalah
EK =
Ketidakpastian energi yang sesuai
1 t
(4.28)
E = h
sehingga diperoleh hubungan
(4.29)
h atau E t h t
(4.30)
Persamaan di atas dapat diubah secara lebih teliti, menurut sifat group gelombang, sehingga menjadi
56
E t
(4.31)
Persamaan (4.31) disebut sebagai persamaan ketidakpastian energi dan waktu dan secara umum kasusnya tidak dibatasi hanya untuk kasus gelombang elektromagnetik.
Contoh 3.4.
Sebuah atom tereksitasi memancarkan energi dalam bentuk foton yang memiliki frekuensi tertentu. Periode rata-rata antara saat eksitasi hingga memancarkan foton adalah 10-8 s. Cari batas ketidakpastian energi dan frekuensi foton itu ?
Penyelesaian
Ketidakpastian energi foton
E 5,3 x 10-27 J
4.9. Soal Soal Latihan 1. Buktikan bahwa panjang gelombang de Broglie sebuah partikel
bergerak yang memiliki massa diam m0 dan energi kinetik EK adalah
E K E K 2 m0 c 2
hc
57
58