Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, Tuhan yang memberikan kita rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. yang telah membimbing kita ke jalan yang diridhai Allah SWT. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Hukum H. Ach. Fajruddin Fatwa, S.Ag., SH., MHI yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Penulis sadar bahwa penulis adalah insan yang lemah yang tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu keritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi semua pembaca pada umumnya. Surabaya, 7 April 2008 Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbandingan hukum adalah lmu pengetahuan yang usianya masih relatif muda di Indonesia. Dari sejarah diketahui bahwa perbandingan hukum sejak dahulu sudah dipergunakan orang tetapi baru secara insidental. Perbandingan hukum baru berkembang secara nyata pada akhir abad ke-19 atau permulaan abad ke-20. lebih-lebih pada saat sekarang di mana negara-negara di dunia saling berinteraksi dengan Negara yang lain dan saling membutuhkan hubungan yang erat. Perbandingan hukum menjadi lebih diperlukan karena dengan perbandingan hukum, kita dapat mengetahui jiwa serta pandangan hidup bangsa lain termasuk hukumnya. Dan dengan saling mengetahui hukum suatu negara, sengketa dan kesalahpahaman dapat dihindari sehingga tercapailah perdamaian dunia. Perbandingan hukum mempunyai peranan penting di bidang hukum secara nasional maupun internasional. Oleh karena itu semakin perlu diketahui atau dipelajari karena mempunyai berbagai manfaat antara lain, dapat membantu dalam rangka pembentukan hukum nasional disamping mempunyai peranan penting dalam rangka hubungan antar bangsa dan sebagainya. Pendeknya perbandingan hukum mempunyai peranan penting di segala bidang kajian hukum. Pernyataan diataslah yang melatar belekangi pentingnya perbandingan hukum dalam tatanan hukum di Indonesia B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hukum tata negara dan hukum tata usaha negara,dan bagaimana perbandingan antara keduanya? 2. Apa pengertian hukum pidana dan perdata dan bagaimana perbandingan antara keduanya, baik dari segi isi, pelaksanaan dan segi penafsiranya? 3. Apa pengertian hukum adat dan islam, bagaimana sejarahnya dan apa saja landasan hukumnya? 4. Bagaimana perbandingan hukum adat dengan hukum islambaik dari segi keadaan, bentuk, tujuan, sumber, struktur, kewajiban dan hak serta norma dan kaedah? Semua rumusan masalah diatas akan dibahas dalam bab pembahasan dan akan diuaikan secara rinci.sehingga menghasilkan sisematika yang baik dan benar. BAB II PERBANDINGAN HUKUM II A. Hukum Tata Negara vs Hukum Tata Usaha Negara a. Hukum tata negara Pada saat ini, tidak ada suatu bangsa di dunia ini yang tidak mempunyai hukumnya sendiri. Apabila dalam bahasa Arab dikenal hukum tata bahasa Arab, demikian juga dalam hukum Negara dikenal Hukum Tata Negara. Ada beberapa pengertian Hukum Tata Hukum Negara menurut para ahli hukum diantaranya, Van Der Pot seorang Ahli hukum berkebangsaan Belanda, menurut beliau Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan yang diperlukan serta wewenangnya masingmasing, hubungan antara satu dengan yang lain dan hubungannya dengan individu-individu (dalam kegiatannya). Sedangkan menurut M. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara adalah kumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi daripada Negara, hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan horizontal, serta kedudukan warga negaranya dan hak-hak asasinya. Dari beberapa pendapat ahli hukum di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah peraturan-peraturan yang mengatur organisasi negara dari tingkat atas sampai bawah, stuktur, tugas dan wewenang alat perlengkapan Negara, hubungan antar perlengkapan baik secara hierarki maupun horizontal, wilayah negara, kedudukan warga negara serta hak-hak asasinya. Adapun objek dari Hukum Tata Negara adalah Negara itu sendiri. Sedangkan sumber Hukum Tata Negara dalam arti materil adalah Pancasila dan dalam arti formil terdiri dari beberapa sumber diantaranya: Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Ketetapan MPR, Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP) dan Lain-lain. b. Hukum Administrasi Negara Istilah Hukum Administrasi Negara sering juga disebut dengan Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Tata Usaha Pemerintah, Hukum Tata Usaha Tantra (pemerintah), Hukum Administrasi Pemerintah dan Hukum Administrasi Tantra. Namun belum ada kesepakatan dalam

mempergunakan istilah ini. Menurut Abdul Djamali, Hukum Administrasi Negara adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur administrasi, yaitu hubungan antara warga Negara dan pemerintah yang menjadi sebab sampai Negara itu berfungsi. Maksudnya, merupakan gabungan petugas secara struktural berada di bawah pimpinan pemerintahan yang melaksanakan tugas sebagai bagiannya, yaitu bagian dari perkerjaan yang tidak ditujukan kepada lembaga-Legislatif, Yudikatif dan lembaga pemerintahan daerah otonomi (yang mengurus daerahnya sendiri). c. Perbandingan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara. WG Vegting mengatakan bahwa Hukum Tata Negara dan Hukum Adminstrasi Negara mempelajari suatu bidang peraturan yang sama, tetapi cara pendekatan yang digunakan berbeda. WG Vegting juga menyatakan bahwa tujuan Hukum Tata Negara adalah mengetahui organisasi Negara dan pengorganisasian alat-alat perlengkapan Negara. Sementara itu, hukum administrasi Negara bertujuan mengetahui cara tingkah laku Negara dan alat-alat perlengkapan Negara. B.Hukum Perdata vs Hukum Pidana a. Hukum Perdata Istilah Hukum Perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno sebagai terjemahan dari Burgerlijkrecht di masa penjajahan Jepang. Sedangkan kata perdata berasal dari bahasa Sanksekerta yang istilah aslinya adalah para-data, yang artinya ialah para pihak. Hukum Perdata sering juga disebut dengan Hukum Sipil dan Hukum Privat, yaitu ketentuanketentuan hukum yang mengatur hal-hal yang bersifat keperdataan atau kepentingan pribadi. Sedangkan menurut Subekti, kata Hukum Perdata mengandung dua istilah, yaitu: Pertama, Hukum Perdata dalam arti luas, yaitu hukum yang meliputi seluruh hukum privat materil dan hukum dagang. Kedua, Hukum Perdata dalam arti sempit, yaitu hukum yang meliputi hukum privat materil saja. Ada beberapa definisi Hukum Perdata yang dikemukakan para ahli hukum diantaranya Sukidno Mertokusumo, menurut beliau Hukum Perdata adalah hukum antar perorangan yang mengatur hak dan kewajiban orang perseorangan yang satu terhadap yang lain dari dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan masyarakat yang pelaksanaannya diserahkan kepada masingmasing pihak Adapun definisi Hukum Perdata manurut Salim H.S. adalah kaidah-kaidah hukum (baik tertulis/tidak tertulis) yang mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan subjek hukum yang lain dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan kemasyarakatan. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, terdapat beberapa unsur dalam Hukum Perdata, yaitu: a. Adanya kaidah hukum yaitu: (1) tertulis yang terdapat dalam perundang-undangan, traktat dan yurisprudensi (2) tidak tertulis yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam praktek kehidupan masyarakat (kebiasaan); b. Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum lain; c. Bidang hukum yang diatur dalam Hukum Perdata meliputi hukum orang, hukum keluarga, hukum benda dan sebagainya b. Hukum Pidana Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang dan memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya serta mengatur bagaimana cara-cara mengajukan perkara-

perkara ke muka pengadilan. Adapun menurut Sudarsono, Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum, dan perbuatan tersebut diancam dengan pidana yang merupakan suatu penderitaan. Sedangkan Hukum Pidana menurut pandangan Prof. Moeljatno adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk: 1. Menentukan perbuatan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang dan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. 2. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan dapat dikenakan pidana 3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang melanggar. Secara umum Hukum Pidana dapat dibagi menjadi empat, yaitu: 1. Hukum Pidana Objektif, yaitu semua peraturan yang mengandung keharusan atau larangan terhadap pelanggaran dan untuk yang melanggar diancam dengan hukuman yang bersifat siksaan. 2. Hukum Pidana Subjektif, yaitu hak Negara atau alat-alat menghukum berdasarkan Hukum Pidana Objektif 3. Hukum Pidana Umum, yaitu Hukum Pidana yang berlaku terhadap setiap penduduk kecuali anggota ketentaraan. 4. Hukum Pidana Khusus, yaitu Hukum Pidana yang berlaku khusus untuk orang-orang tertentu, misalnya: Hukum Pidana Militer, berlaku khusus untuk anggota militer dan mereka yang dipersamakan dengan militer. c. Perbandingan Hukum Perdata dan Hukum Pidana. Ada beberapa perbedaan antara Hukum Perdata dengan Hukum Pidana, yaitu: a) Perbedaan isinya: 1. Hukum Perdata mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. 2. Hukum Pidana mengatur hubungan hukum antara seorang anggota masyarakat (warga Negara) dengan negara yang menguasai tata tertib masyarakat itu. b) Perbedaan pelaksanaannya: 1. Pelanggaran terhadap norma hukum perdata baru diambil tindakan oleh pengadilan setelah ada pengaduan oleh pihak berkepentingan yang merasa dirugikan. 2. Pelanggaran terhadap norma hukum pidana, pada umumnya dapat diambil tindakan oleh pengadilan tanpa ada pengaduan dari pihak yang dirugikan. c) Perbedaan penafsiran: 1. Hukum Perdata membolehkan untuk mengadakan macam-macam interpretasi terhadap UndangUndang Hukum Perdata. 2. Hukum Pidana hanya boleh ditafsirkan menurut arti kata dalam Undang-Undang Pidana itu sendiri. Hukum Pidana hanya mengenal penafsiran authentic. C. Hukum Adat dan Hukum Islam A. Pengertian Hukum Adat Menurut pakar dan ahli hukum, definisi hukum adat adalah sebagai berikut, a) Van Vollenhoven Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku positif yang disatu pihak memiliki sanksi dan di pihak lain dalam keadaan tidak dikodifikasikan.

b) Reolef Van Dijk Hukum adat adalah istilah untuk menunjukan hukum yang tidak dikodifikasikan dikalangan orangorang indonesia asli dan kalangan orang Timur Asing(Cina, Arab, dan lain-lain) Menurut definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hukum adat adalah : 1. Hukum yang tidak dikodifikasikan 2. Memiliki akibat hukum 3. Hidup dalam masyarakat indonesia 4. Bersifat pasti atau tidak pasti B. Sejarah Hukum Adat Pada tahun 1783 buku karangan Marseden yang berjudul The History Of Sumatra terbit di London, Inggris. Intisari dari buku tersebut adalah, Laporan tentang pemerintahan, hukum dan lain-lain. Pembahasan hukum adat kurang mendapat perhatian karena keterangan yang diperoleh hanya melalui pengajuan pertanyaan dan surat-menyurat. Seiring berjalannya waktu, ada upaya penghapusan hukum adat yang dipelopori oleh pemerintah Hindia-Belanda dan diganti dengan hukum Barat. Namun upaya ini digagalkan oleh C. Van. Vollenhopen yang menentang keras penghapusan hukum adat ini. Dalam karyanya Het Adat-Rech Van Nederlandsch-Indie. Terdapat 3 hal penting yang ditulis olehnya, yaitu: 1. Ia menghilangkan kesalah fahaman dalam melihat hukum adat yang identik dengan hukum agama 2. Ia membela hukum adat terhadap usaha pembuat undang-undang yang mendesak atau menghilangkan hukum adat, dengan menyakinkan badan tersbut bahwa hukum adat adalah suatu hukum yang hidup, mempunyai jiwa dan sistem sendiri. 3. Ia membagi wilayah hukum adat indonesia kedalam 19 lingkungan hukum adat. C. Dasar Perundang-Undangan Hukum Adat Dabawah ini ada tiga yang menjadi dasar berlakunya hukum adat di Indonesia, antara lain : 1. Aturan Peralihan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 11 2. Undang-Undang Dasar Sementara 1945 pasal 104 ayat 1 3. Undang-Undang No. 19/1964 dan Undang-Undang No.14/1970 2.Hukum Islam A. Pengertian Hukum Islam Syariat islam adalah ketetapan atau pelaturan Allah yang baku dan tidak dapat diubah lagi,baik itu oleh Nabi Muhammad sendiri maupun umatnya. Sifat Syariat sendiri adalah qathI yaitu tetap dan tidak dapat diubah kecuali dengan kehendak-Nya. B. Sejarah Hukum Islam Secara garis besar hukum islam terbagi menjadi beberapa priode, yaitu: Hukum islam pada zaman Rosulullah, pada masa ini hukum islam yang berlaku bersumber dari Al-Quran yang masih diwahyukan kepada Rosul dan hadits Beliau. Hukum islam pada masa sahabat, pada masa ini perkembangan hukum islam cukup berkembang dikarenakan banyak Sahabat r.a. yang berijtihad untuk menentukan hukum yang tidak ditemukan dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW. Hukum islam pada masa tabiin, pada masa ini hukum islam ditandai dengan munculnya aliranaliran politik yang secara implisit mendorong terbentuknya aliran hukum. Perkembangan ini dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu perluasan wilayah dan dan perbedaan penggunaan rayu. Sedangkan sumber hukum islam pada masa ini adalah Al-Quran, Sunah, Ijma, dan Ijtihad. Hukum islam pada masa pembentukan Madzhab, pada masa ini perkembangan hukum islam

sangat pesat, keadaan ini ditandai banyaknya ulama dan umat islam yang berijtihad sehingga menghasilkan hukum yang baru, faktor pendukungnya yaitu berkembangnya pemikiran dan upaya umat islam melestarikan Al-Quran. 3.Perbandingan Hukum Adat dan Hukum Islam Perbandingan hukum adat dan hukum islam antara lain dapat dilihat dari segi,: 1) Keadaan, Hukum adat : lebih dahulu berlaku di Indonesia Hukum islam : M.D. Mansyur mengatakan islam masuk keindonesia pada abad ke 7 M/I H, Hamka menyebut pada tahun 684 M terdapat tokoh arab di Sumatra Barat. 2) Bentuk, Hukum adat : tidak tertulis, namun ada upaya untuk menjadi Undang-Undang, antara lain pasal 22 ayat UUPA No.5 Th 1960 (L.N. 1960 No.104). Hukum islam : tidak tertulis dalam Undang-Undan NKRI. 3) Tujuan, Hukum adat : menyelenggarakan kehidupan masyarakat yang aman, tentram, dan damai. Hukum Isalam : menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. 4) Sumber, a. Pengenal, Hukum adat : menurut Prof. Bzn Ter Haar adalah putusan penguasa adat sedangkan menurut Prof. Koesnoe adalah apa yang terlaksana dalam pergaulan hukum masyarakat berupa tingkah laku nyata. Hukum Islam : dalam pengertian syariah adalah Al-Quran dan Hadits sedangkan dalam hal fiqh adalah kitab-kitab fiqh. b. Isi, Hukum adat : kesadaran hukumyang hidup dalam masyarakat. Hukum Islam : kemauan Allah berupa wahyu dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW. c. Pengikat, Hukum adat : sumber yang menjadi kekuatan. Hukum Islam : iman dan taqwa kepada Allah. 5) Struktur, Hukum adat : Adat nan sabana adat dan adat pustaka. Hukum Islam : Al-Quran, Hadits, Ijtihad, dan Ijma. 6). Ruang lingkup masalah, Hukum adat : mengatur lahiriah antara manusia dengan manusia serta penguasa dalam masyarakat. Hukum Islam : hamlumminannas dan hablumminallah. 7). Kewajiban dan hak, Hukum adat : mendahulukan hak. Hukum Islam : mendahulukan kewajiban. 8). Norma dan kaidah, Hukum adat : kesusilaan, hukum, dan agama. Hukum Islam : Al-ahkam al-khamsah yaitu fardhu, sunnah, jaiz, makruh, dan haram.

BAB III PENUTUP

Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan yang mengatur organisasi negara dari tingkat atas sampai bawah, stuktur, tugas dan wewenang alat perlengkapan Negara, hubungan antar perlengkapan baik secara hierarki maupun horizontal, wilayah negara, kedudukan warga negara serta hak-hak asasinya. 2. Hukum Administrasi Negara adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur administrasi, yaitu hubungan antara warga Negara dan pemerintah yang menjadi sebab sampai Negara itu berfungsi. 3. Hukum Perdata adalah kaidah-kaidah hukum (baik tertulis/tidak tertulis) yang mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan subjek hukum yang lain dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan kemasyarakatan. 4. Hukum Adat adalah hum yang mengatur pergaulan masyarakat, dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat itu sendiri, dan bukan merupakan hukum tertulis. 5. Hukum Islam adalah ketetapan Allah yang baku dan tidak dapat diubah lagi baik oleh Nab Muhammad ataupun umatnya dan mencakup perintah dan larangan. Dari semua pembahasan makala ini,sudah pasti banyak kekurangan untuk itu pemakala mengharapkan partisipasi saran dan kritik yang membangun kearah perubahan yang lebih baik. Semoga makala ini bermanfaat bagi semua pembaca. DAFTAR PUSTAKA Arief, Barda Nawawi, Perbandingan Hukum Pidana, Raja Grafindo: Jakarta, 1998. Djamati, R. Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2007. Halim, A. Ridwan, Pengantar Hukum Indonesia, Ghalia Indonesia: Bogor, 2007. Purnomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1985. Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka: Jakarta, 1989. Soeroso, R., Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika: Jakarta, 2007. Soeroso, R., Perbandingan Hukum Perdata, Sinar Grafika: Jakarta, 1995. Sudarsono Drs., Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta:Jakarta, 2007. Tutik, Titik Triwualan, Pengantar Ilmu Hukum, Prestasi Pustaka:Jakarta, 2006. Vollenhoven, C, Van. Penemuan Hukum Adat, Penerbit Djambatan : Jakarta. 1987. Mubarak, Jaih. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Remaja Rosda Karya: Bandung.2000.

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

Berdasarkan undang undang dasar 1945 sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan belaka. 2. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas) 3. Kekuasaan Negara yang tertinggi berada di tangan majelis permusyawaratan rakyat. 4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi dibawah MPR. Dalam menjalankan pemerintahan Negara kekuasaan dan tanggung jawab adalah ditangan prsiden. 5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Presiden harus mendapat persetujuan dewan perwakilan rakyat dalam membentuk undang undang dan untuk menetapkan anggaran dan belanja Negara. 6. Menteri Negara adalah pembantu presiden yang mengangkat dan memberhentikan mentri Negara. Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR. 7. Kekuasaan kepala Negara tidak terbatas. presiden harus memperhatikan dengan sungguh sungguh usaha DPR. Kekuasaan pemerintahan Negara Indonesia menurut undangundang dasar 1 sampai dengan pasal 16. pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5), serta pasal 24 adalah: 1. Kekuasaan menjalan perundang undangan Negara atau kekuasaan eksekutif yang dilakukan oleh pemerintah. 2. Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah atau kekuasaan konsultatif yang dilakukan oleh DPA. 3. Kekuasaan membentuk perundang undang Negara atau kekuasaan legislatif yang dilakukan oleh DPR. 4. Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara atau kekuasaan eksaminatif atau kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK. 5. Kekuasaan mempertahankan perundang undangan Negara atau kekuasaan yudikatif yang dilakukan oleh MA. Berdasarkan ketetapan MPR nomor III / MPR/1978 tentang kedudukan dan hubungan tata kerja lembaga tertinggi Negara dengan atau antara Lembaga lembaga Tinggi Negara ialah sebagai berikut. 1. Lembaga tertinggi Negara adalah majelis permusyawaratan rakyat. MPR sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam Negara dengan pelaksana kedaulatan rakyat memilih dan mengangkat presiden atau mandataris dan wakil presiden untuk melaksanakan garis garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan putusan putusan MPR lainnya. MPR dapat pula diberhentikan presiden sebelum masa jabatan berakhir atas permintaan sendiri, berhalangan tetap sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, atau sungguh sungguh melanggar haluan Negara yang ditetapkan oleh MPR. 2. Lembaga lembaga tinggi Negara sesuai dengan urutan yang terdapat dalam UUD 1945 ialah presiden (pasal 4 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 19-22), BPK (pasal 23), dan MA (pasal 24). a. Presiden adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah MPR. Dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh seorang wakil presiden. Presiden atas nama pemerintah (eksekutif) bersama sama dengan DPR membentuk UU termasuk menetapkan APBN. Dengan persetujuan DPR, presiden dapat menyatakan perang. b. Dewan pertimbangan Agung (DPA) adalah sebuah bahan penasehat pemerintah yang berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presien. Selain itu DPA berhak mengajukan

pertimbangan kepada presiden. c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebauh badan legislative yang dipilih oleh masyarakat berkewajiban selain bersama sama dengan presiden membuat UU juga wajib mengawasi tindakkan tindakan presiden dalam pelaksanaan haluan Negara. d. Badan pemeriksa keuangan (BPK) ialah Badan yang memeriksa tanggung jawab tentang keuangan Negara. Dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. BPK memriksa semua pelaksanaan APBN. Hasil pemeriksaannya dilaporkan kepada DPR. e. Mehkamah Agung (MA) adalah Badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh lainnya. MA dapat mempertimbangkan dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak diminta kepada kepada lembaga lembaga tinggi Negara. Untuk memperjelas bagaimana hubungan antara lembaga tertinggi Negara dengan lembaga tinggi Negara dan lembaga tinggi Negara dengan lembaga tinggi Negara lainnya menurut UUD 1945, perhatikan dengan seksama bagan bagan dibawah ini yang di elaborasi oleh kansil.: EKSEKUTIF Kekuasaan pemerintah (eksekutif) diatur dalam UUD 1945 pada BAB II pasal 4 sampai dengan pasal 15. Pemerintahan republic Indonesia terdiri dari Aparatur pemerintah republic Indonesia terdiri dari Aparatur Pemerintah Pusat, Aperatur Pemrintah daerah dan usaha usaha Negara. Aperatur pemrintah pusat terdiri dari : a. Kepresidenan beserta Aparatur utamanya meliputi : 1) Presiden sebagai kepala Negara merangkap kepala pemerintahan (eksekutif). 2) Wakil presiden 3) Menteri menteri Negara / lembaga non departemen. Menurut keputusan prsiden Republik Indonesia nomor 102 Tahun 2001 tanggal 13 september 2001 bahwa departemen merupakan unsure pelaksana pemerintah yang di pimpin oleh seorang menteri Negara yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Departemen luar negeri, departemen pertahanan dan dewpartemen lainnya. 4) Kejaksaan agung 5) Sekretariat Negara 6) Dewan dewan nasional 7) Lembaga lembaga non departemen menurut keputusan presiden RI nomor 166 tahun 2000, seperti publik Indonesia (ANRI), LAN, BKN, dan perpunas, dan lain lain. Lebih lanjut tentang: Makalah : Sistem Pemerintahan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai