Anda di halaman 1dari 6

Dampak kerusakan hutan terhadap harimau Sumatra

Hutan Ulu Masen Kecamatan Mane Geumpang Kabupaten Pidie menjadi habitat harimau Sumatra di Aceh Pembalakan liar atau illegal logging merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya populasi harimau Sumatra, selain perburuan dan konflik dengan manusia. Data Sementara survey lima lembaga memperkirakan jumlah harimau Sumatra terbesar berada di kawasan hutan Aceh. Di pondok milik Community Response Unit CRU di kawasan Gumue, Banta, penduduk setempat, menceritakan habitat harimau Sumatra di Blang Raweuh yang merupakan kawasan Savana di kawasan hutan Ulu Masen Kecamatan Mane Geumpang Kabupaten Pidie. ''Saya sering melihat harimau Sumatra di hutan Ulu Masen'', kata Bantal. Hutan Ulu Masen merupakan salah satu habitat harimau Sumatra di Aceh selain Taman Nasional Gunung Leuser. Penelitian yang dilakukan 2007-2009 oleh lima lembaga termasuk Departemen Kehutanan menyebutkan populasi harimau Sumatra di Aceh paling besar. Koordinator program konservasi harimau Wildlife Conservation Society, Hariyo T Wibisono mengatakan, data sementara hasil penelitian populasi harimau Sumatra dewasa di Aceh masih ada sekitar 150-200 ekor.

''Penilaian status terkini terhadap harimau Sumatera di hampir 80% habitat yang tersisa dari 2007 hingga 2009, data awal yang bisa disimpulkan bahwa populasi terbesar di Aceh terutama di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dan Bentang Alam, Ulu Masen. Saya bisa katakan sekitar 150 sampai 200 harimau yang tersisa''. Program Director Flora Fauna Indonesia Aceh, Dr. Matthew Linkie, mengatakan Aceh merupakan salah satu habitat harimau Sumatra terbesar, karena kondisi hutan yang masih lestari. ''Itu merupakan kabar yang bagus dari populasi harimau yang sehat dan kemungkinan stabil. Aceh merupakan tempat yang penting untuk harimau, ada beberapa tempat habitat harimau di Sumatra yang bisa jadi terbesar di dunia, selain Asia dan Rusia''.

Daya jelajah luas

Harimau Sumatra memiliki daya jelajah yang luas Hariyo memperkirakan jumlah harimau Sumatra mencapai 500-700 ekor di sejumlah habitat yang diteliti. Pada 1994 diperkirakan populasi harimau Sumatra terutama di taman-taman Nasional yang ada di Sumatra sekitar 400-500 ekor. Tetapi kedua data itu tidak bisa dibandingkan karena menggunakan metode penelitian yang berbeda. Matthew Linkie menjelaskan salah satu kunci utama dalam metode survey yang digunakan untuk mengetahui populasi harimau Sumatra, dengan melihat menurun atau naiknya populasi harimau di daerah yang dilindungi atau wilayah jelajah harimau. ''Anda bisa melihat dari persentase wilayah jelajah harimau seperti 70% pada tahun pertama dan tahun kedua turun ke 50% kami lebih melihat pada persentase penyebaran harimau yang selalu berubah dari tahun ke tahun itu yang akan kami gunakan dalam monitoring jika polupasi menurun kami akan cari tahu penyebabnya jika karena deforestasi kami akan melakukan konservasi di sekitar habitat harimau tersebut''.

Populasi yang diperkirakan menurun itu membuat harimau Sumatra sejak 1996 dikategorikan sebagai hewan yang sangat terancam kepunahan (critically endangered) oleh International Union for Conservation of Nature IUCN (Cat Specialist Group 2002). Perkiraan penurunan populasi harimau Sumatra karena jumlah habitatnya berkurang. Menurut Hariyo, kerusakan habitat merupakan salah satu faktor yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup harimau Sumatra. ''Khusus Sumatra ancaman yang paling tinggi adalah fragmentasi dan penyusutan habitat, karena harimau itu mempunyai daya jelajah yang luas'' ''Di Aceh sendiri ada yang bisa mencapai 250 km persegi. Bisa dibayangkan satwa dengan wilayah jelajah yang luas seperti itu kemudian habitatnya tergerus dan terjadi fragmentasi, ini mempersempit wilayah utama jelajah harimau''.

Konflik dengan manusia

Pembalakan hutan menyebabkan habitat harimau tergerus Selain itu, populasi harimau Sumatra juga terancam karena maraknya perburuan dan konflik dengan manusia. ''Kita melihat indikasi kuat ini berhubungan dengan perdagangan, ditangkap kemudian dimanfaatkan hasilnya''. Perburuan satwa liar yang menjadi mangsa harimau juga berpengaruh terhadap populasinya. Seperti disampaikan oleh Andoko Hidayat Kepala urusan program Balai Konservasi Sumberdaya Alam NAD. ''Penurunan ini dipicu oleh adanya perusakan hutan yang semakin meningkat dan perburuan rusa atau satwa liar lain yang memungkinkan terputusnya mata rantai makanan harimau''. Ada beberapa kasus yang sudah diselesaikan dengan proses hukum

Berbagai upaya untuk konservasi harimau Sumatra di lakukan di Aceh, salah satunya dengan pencegahan penebangan liar seperti disampaikan oleh Andoko. ''Yang bisa merusak habitat adalah pembalakan liar, kami sudah melakukan penyuluhan dan ada beberapa kasus yang sudah diselesaikan dengan proses hukum'', kata Andoko Selain dari Balai Konsevasi, berbagai upaya penyelamatan harimau Sumatra dilakukan antara lain dengan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. ''Kami dari Wildlife Conservation Society melakukan monitoring status populasi antar waktu, kegiatan anti perburuan dan perdagangan, aktif patroli lapangan dan juga ada unit mitigasi konflik antara harimau dengan manusia. Ruang jelajah harimau sumatera yang semakin berkurang membuat kemungkinan pertemuan manusia dengan satwa langka itu cukup tinggi. Terutama di sejumlah daerah seperti Aceh Selatan dan Jambi. Sampai Maret 2010, Taman Nasional Berbak (TNB) Jambi tercatat ada dua kali manusia diterkam harimau. Tahun sebelumnya, Februari-Maret 2009, konflik harimau dan manusia memakan 11 korban di hutan produksi di Kecamatan Sungai Gelam Muaro Jambi. Sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2010/06/100609_hutanharimau.shtml

DAMPAK KERUSAKAN HUTAN TERHADAP HARIMAU SUMATRA

Disusun oleh: Nama NIM : Muhammad Fariz Nasution : 11/313380/KT/06932

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Anda mungkin juga menyukai