Search...
V. MANIFESTASI KLINIS a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal VII. PENATALAKSANAAN a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula. b. Imobilisasi fraktur Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi ? Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan ? Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri ? Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau ? Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah VIII. KOMPLIKASI a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali IX. PENGKAJIAN 1. Pengkajian primer - Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk - Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut 2. Pengkajian sekunder a.Aktivitas/istirahat ? kehilangan fungsi pada bagian yangterkena ? Keterbatasan mobilitas b. Sirkulasi ? Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas) ? Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah) ? Tachikardi ? Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera ? Cailary refil melambat ? Pucat pada bagian yang terkena ? Masa hematoma pada sisi cedera c. Neurosensori ? Kesemutan ? Deformitas, krepitasi, pemendekan ? kelemahan d. Kenyamanan ? nyeri tiba-tiba saat cidera ? spasme/ kram otot e. Keamanan ? laserasi kulit ? perdarahan ? perubahan warna ? pembengkakan lokal X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan Kriteria hasil: ? Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin ? Mempertahankan posisi fungsinal ? Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit ? Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas Intervensi: a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit d. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhanAwasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas g. Ubah psisi secara periodik
h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan Kriteria hasil: ? Klien menyatajkan nyei berkurang ? Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat ? Tekanan darahnormal ? Tidak ada eningkatan nadi dan RR Intervensi: a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring c. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan d. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi e. Jelaskanprosedu sebelum memulai f. Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif g. Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan h. Observasi tanda-tanda vital i. Kolaborasi : pemberian analgetik C. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan Kriteria hasil: ? Penyembuhan luka sesuai waktu ? Tidak ada laserasi, integritas kulit baik Intervensi: a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae b. Monitor suhu tubuh c. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol d. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan f. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol g. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi h. Kolaborasi emberian antibiotik. DAFTAR PUSTAKA 1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC 2. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC 3. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC 4. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC
Share this:
Twitter1 Facebook
Like this:
Suka Be the first to like this post. Previous Askep Diare Next ASKEP GAGAL GINJAL
Tinggalkan Balasan
Enter your comment here...
Chayank
ASKEP GAGAL GINJAL Askep Fraktur Cruris Askep Diare ASKEP BPH Askep BBLR
Gambar
Kategori
makalah hiv makalah hiv aids Uncategorized Daftar Masuk log RSS Entri RSS Komentar WordPress.com
Powered by WordPress.com