Anda di halaman 1dari 13

Nikmatnya Tilawah (membaca) Al-Quran Al-Quran adalah ilmu yang paling mulia , karena itulah orang yang belajar

Al-Quran dan mengajarkannya bagi orang lain, mendapatkan kemuliaan dan kebaikan dari pada belajar ilmu yang lainya. Dari Utsman bin Affan radhiyallah anhu , beliau berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya. (HR. Al-Bukhari). Para ahli Al-Quran adalah orang yang paling berhak untuk menjadi imam shalat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: (Yang) mengimami suatu kaum adalah yang paling qari bagi kitab Allah, maka jika mereka sama dalam bacaan maka yang paling alim bagi sunnah (hadits), maka jika mereka dalam As-Sunnah juga sama maka yang paling dulu hijrah, maka jika mereka juga sama dalam hijrah maka yang lebih tua usianya. (HR. Muslim) Diriwayatkan juga oleh Imam Al-Bukhari, bahwa yang duduk di majlis Khalifah Umar Shallallahu alaihi wa sallam di mana beliau bermusyawarah dalam memutuskan berbagai persoalan adalah para ahli Quran baik dari kalangan tua maupun muda. Keutamaan membaca Al-Quran di malam hari Suatu hal yang sangat dianjurkan adalah membaca Al-Quran pada malam hari. Lebih utama lagi kalau membacanya pada waktu shalat. Firman Allah Subhanahu wa Taala , artinya: Diantara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus (yang telah masuk Islam), mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu malam hari, sedang mereka juga bersujud (Shalat). (Ali Imran: 113) Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat ini menyebutkan bahwa ayat ini turun kepada beberapa ahli kitab yang telah masuk Islam, seperti Abdullah bin Salam, Asad bin Ubaid, Tsalabah bin Syubah dan yang lainya. Mereka selalu bangun tengah malam dan melaksanakan shalat tahajjud serta memperbanyak memba-ca Al-Quran di dalam shalat mereka. Allah memuji mereka dengan menyebut-kan bahwa mereka adalah orang-orang yang shaleh, seperti diterangkan pada ayat berikutnya. Beberapa Peringatan bagi Ummat Islam tentang Al-Quran 1. Jangan riya dalam membaca Al-Quran

Karena membaca Al-Quran merupa-kan suatu ibadah, maka wajiblah ikhlas tanpa dicampuri niat apapun. Firman Allah Subhanahu wa Taala , artinya: Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menuaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah: 5). Kalau timbul sifat riya saat kita membaca Al-Quran tersebut, kita harus cepat-cepat membuangnya, dan mengembalikan niat kita, yaitu hanya karena Allah. Karena kalau sifat riya itu cepat-cepat disingkirkan maka ia tidak mempengaruhi pada ibadah membaca Al-Quran tersebut. (lihat Tafsir Al Alam juz 1, hadits yang pertama). Kalau orang membaca Al-Quran bukan karena Allah tapi ingin dipuji orang misalnya, maka ibadahnya tersebut akan sia-sia. Diriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah shalallahu alaihi was salam bersabda, artinya: Dan seseorang yang belajar ilmu dan mengajarkannya dan membaca Al-Quran maka di bawalah ia (dihadapkan kepada Allah), lalu (Allah) mengenalkan-nya (mengingatkannya) nikmat-nikmatnya, iapun mengenalnya

(mengingatnya) Allah berfirman: Apa yang kamu amalkan padanya (nikmat)? Ia menjawab: Saya menuntut ilmu serta mengajarkannya dan membaca Al-Quran padaMu (karena Mu). Allah berfirman : Kamu bohong, tetapi kamu belajar agar dikatakan orang alim, dan kamu membaca Al-Quran agar dikatakan Qari, maka sudah dikatakan (sudah kamu dapatkan), kemudian dia diperintahkan (agar dibawa ke Neraka) maka diseretlah dia sehingga dijerumuskan ke Neraka Jahannam. (HR. Muslim) Semoga kita terpelihara dari riya. 2. Jangan di jadikan Al-Quran sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan dunia. Misalnya untuk mendapatkan harta, agar menjadi pemimpin di masyarakat, untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi, agar orang-orang selalu meman-dangnya dan yang sejenisnya. Firman Allah Subhanahu wa Taala , artinya: Dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya kebaha gianpun di akhirat. (As-Syura: 20). Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki (Al Israa : 18)

3. Jangan mencari makan dari Al-Quran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Bacalah Al-Quran dan janganlah kamu (mencari) makan dengannya dan janganlah renggang darinya (tidak membacanya) dan janganlah berlebih-lebihan padanya. (HR. Ahmad, Shahih). Imam Al-Bukhari dalam kitab shahih-nya memberi judul satu bab dalam kitab Fadhailul Quran, Bab orang yang riya dengan membaca Al-Quran dan makan denganNya, Maksud makan dengan-Nya, seperti yang dijelaskan Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari. Diriwayatkan dari Imran bin Hushain radhiyallah anhu bahwasanya dia sedang melewati seseorang yang sedang membaca Al-Quran di hadapan suatu kaum . Setelah selesai membaca iapun minta imbalan. Maka Imran bin Hushain berkata: Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:Barangsiapa membaca Al-Quran hendaklah ia meminta kepada Allah Tabaraka wa Taala. Maka sesungguhnya akan datang suatu kaum yang membaca Al- Quran lalu ia meminta-minta kepada manusia dengannya (Al-Quran) (HR. Ahmad dan At Tirmizi dan ia mengatakan: hadits hasan) Adapun mengambil honor dari mengajarkan Al-Quran para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Para ulama seperti Atha, Malik dan Syafii serta yang lainya memperbolehkannya. Namun ada juga yang membolehkannya kalau tanpa syarat. Az Zuhri, Abu Hanifah dan Imam Ahmad tidak mem-perbolehkan hal tersebut.Wallahu Alam. 4. Jangan meninggalkan Al-Quran. Firman Allah Subhanahu wa Taala , artinya: Dan berkata Rasul: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang tidak diacuhkan. (Al-Furqan: 30). Sebagian orang mengira bahwa meninggalkan Al-Quran adalah hanya tidak membacanya saja, padahal yang dimaksud di sini adalah sangat umum. Seperti yang dijelaskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang ayat ini. Dia menjelaskan bahwa yang dimaksud meninggalkan Al-Quran adalah sebagai berikut; Apabila Al-Quran di bacakan, lalu yang hadir menimbulkan suara gaduh dan hiruk pikuk serta tidak mendengarkannya. Tidak beriman denganNya serta

mendustakanNya, Tidak memikirkanNya dan memahamiNya Tidak mengamalkanNya, tidak menjunjung perintahNya serta tidak menjauhi laranganNya. Berpaling dariNya kepada yang

lainnya seperti syair nyanyian dan yang sejenisnya. Semua ini termasuk meninggalkan AlQuran serta tidak memperdulikan-nya. Semoga kita tidak termasuk orang yang meninggalkan Al-Quran. Amin. 5. Jangan ghuluw terhadap Al-Quran Maksud ghuluw di sini adalah berlebih-lebihan dalam membacaNya. Diceritakan dalam hadits yang shahih dari Abdullah bin Umar radhiyallah anhu beliau ditanya oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Apakah benar bahwa ia puasa dahr (terus-menerus) dan selalu membaca Al-Quran di malam hari. Ia pun menjawab: Benar wahai Rasulullah! Kemudian Rasulullah memerintah padanya agar puasa seperti puasa Nabi Daud alaihis salam , dan membaca Al-Quran khatam dalam sebulan. Ia pun menajwab: Saya sanggup lebih dari itu. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: bacalah pada setiap 20 hari (khatam). Iapun menjawab saya sanggup lebih dari itu. Rasulullah berasabda : Bacalah pada setiap 10 hari. Iapun menjawab: Saya sanggup lebih dari itu, lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Bacalah pada setiap 7 hari (sekali khatam), dan jangan kamu tambah atas yang demikian itu. (HR. Muslim) Diriwayatkan dari Abdu Rahman bin Syibl radhiyallah anhu dalam hadits yang disebutkan diatas: Dan janganlah kamu ghuluw padanya. (HR. Ahmad dan AlBaihaqi). Wallahu alam bishshawab. Rujukan: Tafsir Ibnu Katsir jilid 3 hal. 306 Shahih Bukhari dan Shahih Muslim (Muhktasar). Fathu Al Bari jilid 10 kitab fadhailil Quran, Al Hafiz IbnuHajar At-Tibyan Fi Adab Hamalatil Quran, An Nawawi Tahqiq Abdul Qadir Al Arnauth.

Fadhail Al-Quran, Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, Tahqiq Dr. Fahd bin Abdur Rahman Al Rumi.

Ada enam perkara, apabila dimiliki oleh seseorang maka telah sempurnalah keimanannya : (1) memerangi musuh Allah dengan pedang, (2) tetap menyempurnakan puasa walaupun di musim panas, (3) tetap menyempurnakan wudhu walaupun di musim dingin, (4) tetap bergegas menuju mesjid (untuk melaksanakan shalat berjama'ah) walaupun di saat mendung, (5) meninggalkan perdebatan dan berbantah-bantahan walaupun ia tahu bahwa ia berada di pihak yang benar dan (6) bersabar saat ditimpa musibah.

(Yahya bin Muadz)

Terjemah aspek yang menarik dari hubungan antar-antara kejahatan dan kesenjangan pendapatan bahwa periode meliputi resesi ekonomi pertengahan 1980-an yang berpengalaman lebih besar penurunan dalam kejahatan indeks keseluruhan karena penurunan relatif lebih kecil dalam pendapatan kesenjangan. Selama periode kedua (1978-1983), penurunan relatif lebih besar di disparitas pendapatan hanya bisa membawa penurunan indeks lebih kecil dalam kejahatan total. Mungkin, suatu perlambatan pertumbuhan PDB per kapita dari masa resesi 1985-1986 dapat menjelaskan baik persentase penurunan rata-rata titik lebih kecil di disparitas pendapatan dan titik persentase lebih besar penurunan dalam kejahatan, secara keseluruhan. Hal ini karena selama perlambatan ekonomi, menyamakan pengaruh pertumbuhan lebih kuat. Ini berarti menurunnya tingkat kekurangan yang dihasilkan dari penurunan disparitas memiliki moderat berpengaruh pada tingkat aspirasi dan dengan demikian pada kecenderungan untuk melakukan kejahatan selama 1984-88. Meskipun tingkat makro variabel seperti CIC, Cyd dan CU berbicara banyak pada hubungan antar mereka, mereka juga menyembunyikan banyak berinteraksi kekuatan lainnya seperti lebih-urbanisasi, yang tinggal di daerah kumuh, tekanan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang mempengaruhi kejahatan melalui CU dan Cyd. Meskipun kompleksitas di atas, pertumbuhan urbanisasi (lihat col 4,. Tabel 1) tampaknya menjadi positif terkait baik dengan perubahan di pedesaan-perkotaan disparitas pendapatan (Cyd) dan akhirnya perubahan indeks kejahatan total (CIC). Kekuatan hubungan langsung antara CU, Cyd dengan CIC bisa lebih berbeda jika indeks kejahatan serupa bisa dibangun hanya dengan kejahatan yang terkait dengan rincian dari nilai-nilai keluarga dan lembaga-lembaga seperti dijelaskan di atas. Nilai Koefisien Gini 'G' biasanya digunakan sebagai proxy untuk relatif ketidaksetaraan dan karena itu, besarnya kekurangan juga dapat berbicara banyak dalam membangun hipotesis kami antara erosi nilai-nilai yang disebabkan oleh ketidaksetaraan dan kejahatan yang disebabkan oleh rusaknya institusi keluarga bersama dengan tradisional nilai-nilai keluarga. Meskipun efek bermanfaat dari tingkat makro kebijakan (NEP) dan lembaga berdasarkan keadilan dan keadilan adalah jelas merasa dalam hal memberikan kontribusi bagi penurunan

agak marjinal dalam ketidaksetaraan relatif sejak 1970, tingkat yang relatif ketidaksetaraan di Malaysia (Kolose 3, Tabel 1) dengan standar dua negara lainnya memiliki tahap serupa juga dialami pembangunan - Turki (dengan 0,415 untuk 1994) dan Korea Selatan (dengan 0,316 untuk 1993) muncul jauh lebih buruk. Namun demikian, negara industri seperti Jepang (0,249 untuk 1993), Inggris (0,361 untuk 1991) dan Amerika Serikat (0,408 untuk 1997) meskipun pada tahap lebih tinggi dari pembangunan menikmati lebih banyak tingkat yang lebih rendah ketidaksetaraan relatif dibandingkan dengan Malaysia pada awal 1990-an (lihat catatan di bawah Tabel 1). Tetapi pada saat yang relatif sama ketidaksetaraan untuk sebagian besar bahasa Latin Negara-negara Amerika seperti Brazil (0,60), Chili (0,565), Kolombia (0,57), Guatemala (0,596), dan Meksiko (0,537) tampaknya bahkan lebih buruk dari Malaysia selama\ sesuai periode. Ketidaksetaraan relatif tertinggi di Brazil juga menjelaskan nya staggeringly tingkat kejahatan yang tinggi di antara semua negara Amerika Latin di terakhir dekade. Hal ini juga cukup relevan untuk disebutkan di sini bahwa negara-negara yang baru muncul Asia Tengah yang, karena dikaitkan dengan Soviet republik sosialis bersama manfaat dari keadilan distributif yang lebih baik meskipun memiliki tingkat relatif lebih rendah pendapatan per kapita. Sedangkan GNP per kapita dalam dolar AS selama empat muslim Mayoritas negara-negara Asia Tengah yaitu Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan

dan Republik Kirgizstan bervariasi dari 1230,, 720 660 dan 300, ketimpangan relatif tampaknya bervariasi terbalik di kisaran 0,354 (1996), 0,333 (1993), 0,408 (1998) dan 0,405 (1997) masing-masing. Karena kurangnya data seragam pada kejahatan, kita tidak bisa membangun hubungan antara erosi nilai-nilai moral dan

keadilan distributif yang lebih baik dinikmati oleh negara-negara ini. Tetapi sedikit apapun informasi yang tersedia pada dua jenis kejahatan-bunuh diri dan perceraian (UNDP, 2000, hlm 252-253) tampaknya menunjukkan keprihatinan yang lebih tinggi untuk keadilan distributif di tingkat mikro (rumah tangga) memberikan kontribusi untuk prospek mencegah keluarga nilai dari yang terkikis pada tingkat yang lebih cepat. Rasa hormat untuk nilai-nilai Islam lainnya yaitu, toleransi dan akomodasi menyiratkan kekerasan terendah di Malaysia meski mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi senilai menyebutkan. Keunikan dari nilai toleransi (sabar) dapat diamati oleh siapa pun-baik itu di

kantor-kantor besar atau kecil; swasta atau masyarakat tempat pasar atau jalanan. Kehadiran toleransi yang paling mencolok muncul ketika salah satu pemberitahuan yang ekstrim kesopanan yang pemilik dua mobil ram dibelenggu setelah bentuk-bentuk terburuk bicara tabrakan di jalanan. Apa yang bisa berubah paling tidak ke dipanaskan diskusi, mendorong dan berteriak, jika tidak dalam pertukaran tendangan bebas dan meninju melibatkan lain dipenonton yang, akan dengan mudah menyebar ke yang sangat bersahabat dan lembut pertukaran catatan pada asuransi mobil, SIM dan telepon angka. Ini skenario umum bernilaimelihat di setiap tempat umum dengan sangat beberapa pengecualian terlepas dari ras, etnis, agama membagi atau status dari pihak-pihak dalam perseteruan itu. Satu pertanyaan yang jelas yang datang ke pikiran adalah apa itu yang positif memberikan kontribusi dengan nilai-nilai Islam mulia seperti toleransi dan akomodasi di semua lapisan masyarakat di Malaysia. Untuk menjelaskan alasan di balik nilai-nilai positif yang terkenal ilmuwan politik dari negara-Chandra Muzaffar tegas berpendapat bahwa Melayu sistem nilai didominasi oleh ajaran Islam persaudaraan universal pra-kolonial hari ini berperan dalam pelestarian nilai-nilai ini bahkan hari ini ketika konflik kepentingan antara ras membagi dipicu baik oleh internal berubah dinamika serta oleh kekuatan negatif eksternal dikenakan terutama setelah krisis keuangan baru-baru 1997 (Al-habshi, et al. (eds), 1996, hlm 121-160). Chandra Muzaffar juga berpendapat bahwa secara historis, para reformator Islam yang merupakan bagian dan paket dari gerakan nasionalis menganjurkan untuk interaksi yang lebih besar antara komunitas Muslim dan non-Muslim sehingga mereka bisa belajar dari satu sama lain. Demikian pula, asosiasi Melayu yang muncul di berbagai negara memberikan karena pertimbangan untuk kepentingan ekonomi masyarakat lainnya. Hal ini menjelaskan mengapa bahkan di tengah-tengah agitasi melawan Uni Malaya masyarakat tidak pernah berpikir tidak termasuk non-Melayu benar-benar dari kehidupan bangsa (Al- habshi, ibid, hal 133). Oleh karena itu akan sesuai untuk menunjukkan bahwa sebagian dari masyarakat sipil tercerahkan dengan sistem nilai Islam yang disebarkan oleh Islam reformis berinteraksi dengan universalisme ajaran sufi untuk memainkan peran penting dalam pelestarian nilai mulia seperti toleransi dalam periode setelah kemerdekaan pada tahun 1957.

Banyak Muslim lainnya yang didominasi masyarakat tidak cukup beruntung untuk memiliki menikmati keseimbangan yang sah bagi kekuatan-kekuatan berinteraksi memiliki dampak signifikan terhadap tertentu mulia nilai-nilai yang memungkinkan pasca-kemerdekaan era Malaysia pemerintah untuk bereksperimen dengan kebijakan tambahan seperti biasa positif diskriminatif yang menguntungkan mayoritas Melayu yang kurang beruntung. Pemerintah berhasil meyakinkan non-Melayu untuk menerima pengorbanan keuangan dan lainnya dalam pertukaran hak akses penting yang meliputi kewarganegaraan, kebebasan beragama dengan jaminan yang kuat untuk kebebasan ekonomi untuk menciptakan kekayaan individu. Dalam hal ini kemerdekaan sebelumnya 'Bargain Besar' secara keseluruhan, teori kontrak sosial adalah benar-benar dihormati oleh semua pihak yang berkepentingan untuk memastikan kedamaian sosial dan harmoni di antara ras. Hal ini, pada gilirannya, memainkan peran paling penting dalam mengejar pemerintah yang diinginkan tujuan mencapai keberhasilan ekonomi yang ajaib dengan keadilan distributif pada semua tingkatan dalam suasana harmonis dan damai tidak ditemukan di banyak negara lain di dunia. Ini akan menjadi tidak adil jika pengakuan karena tidak diberikan dengan upaya tulus dari kepemimpinan politik dalam mencoba untuk menempa dan mempromosikan toleransi ras, akomodasi dan sesama-perasaan dalam konteks Ruku Negara (EPU, 2001, opp 3, P. III). Konsep 'open house' menjadi bagian dari sistem budaya Melayu meskipun tetap terbatas khususnya di kalangan orang Melayu Muslim di kampung-kampung (daerah pedesaan) untuk panjang,

menjadi bagian dari upacara-upacara resmi selama periode pasca-kemerdekaan. Untuk merayakan semua jenis upacara sosial beberapa kali setahun yang melibatkan semua warga Malaysia terlepas dari agama, perbedaan etnis dan ras ini 'open house' menjadi Unik namun informal diterima lembaga sosial yang luar biasa. Selama tahun ini telah terbukti cukup efektif dalam memelihara nilai-nilai tertentu yang menjaga individu, komunitas dan masyarakat bersama-sama untuk hidup damai, harmoni dan kebersamaan. Dalam hal ini, peran kebijakan pemerintah mempertahankan khusus kuota untuk alokasi tempat tinggal di daerah perumahan yang dikembangkan oleh pengembang perumahan cukup unik. Kami tidak punya niat untuk mendapatkan terlibat di sini di lain perdebatan besar tentang kesetaraan dan efisiensi yang sedang bercampur dengan semua nilai-nilai yang baik

([adalah) yang NEP telah dipupuk. Untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan hak istimewa tambahan tanpa menempatkan upaya yang memadai menciptakan ketergantungan psikologis pada satu sisi dan berkecambah ketidakmampuan, di sisi lain. Namun, penggantian NEP oleh NDP (Pembangunan Nasional Kebijakan) dengan penekanan lebih pada ekuitas dan kurang pada efisiensi sejak tahun 1990 untuk menyerap semangat persaingan baik pada tingkat makro dan mikro-tingkat adalah langkah di kanan arah meskipun sakit-efek ketergantungan-sindrom, puas dan biasa-biasa saja masih terlihat di antara orang Melayu bahkan pada kursi pendidikan tinggi. Oleh karena itu, argumen yang mendukung Program Aksi afirmatif memperpanjang berbasis kuota dan hak istimewa dengan sedikit kompetisi atau tidak mungkin tidak sepenuhnya konsisten dengan tujuan negara-negara 'menjadi sebuah masyarakat dikembangkan melalui komprehensif- keunggulan dari materi, moral, perspektif spiritual dan etis. Tentu saja, pasti akan menjamin kebijakan yang sangat pragmatis memperhitungkan multi- marah kepentingan masyarakat pluralistik. Hasil dari kebijakan ini juga harus mampu meyakinkan disebut penerima bahwa jika dianggap sebagai hak istimewa hak, pertemuan kekuatan negatif akan tumbuh kuat sehingga menetralkan yang menguntungkan efek dari kekuatan positif di masa depan. Tuntutan dari Asosiasi Cina di masa lalu untuk membongkar beberapa hak istimewa yang- dinikmati oleh orang Melayu sebagai diabadikan dalam kesaksian beruang NEP cukup untuk ini.

Kesimpulan Keberhasilan pelaksanaan kebijakan ekonomi baru berdasarkan salah satu

nilai-nilai keadilan Islam yang paling mendasar dengan keadilan-memampukan negara untuk mencapai pertumbuhan cepat dengan kesempatan kerja penuh. Hal ini, pada gilirannya, telah memungkinkan terutama untuk kaum Muslim untuk keluar dari kemiskinan dan mencapai tujuan Islam aktualisasi diri dalam hal mempertahankan hidup, meningkatkan progeni masa depan, mengembangkan manusia-intelektual, iman menjaga dan menikmati buah dari upaya individu melalui kepemilikan. Tampaknya bahwa selama ini proses pertumbuhan ajaib, begitu pula Islam berdiri di jalan pembangunan juga tidak pembangunan di jalan Islam. Koeksistensi Islam dan pengembangan menjadi jelas dari pembentukan dari sejumlah lembaga Islam yang

berorientasi untuk mempromosikan sosio-ekonomi dan nilai moral dalam hubungannya dengan beberapa nilai-nilai Islam inti seperti akomodasi, toleransi, berbagi dan peduli, kerjasama dan damai bersama- keberadaan dengan orang lain. Negara, mengikuti jalan Islam moderat berdasarkan toleransi untuk menentang pandangan, juga telah berhasil menyelesaikan banyak politik, ideologi dan konflik sosial melalui mengejar Resolusi Konflik Manajemen lembaga Islam selaras dengan syura (yaitu, konsultasi). Mengingat masalah yang berkaitan dengan multi-budaya, multi agama multi-etnis masyarakat, kepemimpinan pragmatis di Malaysia meskipun kebijakan untuk mempromosikan inti Nilai-nilai Islam masih belum sangat antusias untuk menerapkan syariat [ah di semua lapisan kehidupan. Oleh karena itu tidak akan pantas untuk mengatakan bahwa Malaysia dapat mengklaim menjadi baik model dari sebuah negara Muslim dengan komitmen perusahaan untuk mempromosikan inti Islam nilai-nilai dan institusi. Dengan melakukan hal ini Malaysia layak untuk dipertimbangkan pada kanan jalur menuju pemenuhan mencakup semua persyaratan dari sebuah Islam yang ideal negara dengan shari [ah sebagai dasar hukum yang mengatur semua kebijakan dan institusi. Keberhasilan pada tingkat makro-tidak bertindak sebagai faktor penunjang untuk mengkompensasi kegagalan dari beberapa lembaga dan nilai-nilai pada tingkat mikro. Kami empiris bukti-bukti juga menunjukkan bahwa dalam perlombaan bagi materialisme yang dibawa oleh cepat dan mudah institusi kesejahteraan keluarga telah hancur dan nilai-nilai terkikis terkemuka untuk mengetik seperti kejahatan sebagai obat-penyalahgunaan, pelecehan anak-, AIDS, vandalisme, juvenil kenakalan dll, yang memiliki implikasi serius bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan melalui efek negatif pada efisiensi dan produktivitas tenaga kerja. Para relatif lebih tinggi intra-rasial dan intra-sektoral ketidaksetaraan sebagai cabang dari pertumbuhan yang spektakuler telah lebih jauh berkontribusi pada erosi nilai-nilai dengan cara meningkatkan kekurangan dan harapan meningkat khususnya di kalangan muda generasi. Ketergantungan-sindrom bersama dengan puas dan kurangnya semangat kompetitif khususnya pada kursi pendidikan tinggi telah menggerogoti motivasi dan semangat untuk swasembada dan hidup dengan kehormatan dan martabat. Kami bukti mikro juga menyarankan (Appendix.

Tabel 2) bahwa Muslim (Melayu) lakukan tidak melepaskan bahan untuk keberhasilan keberhasilan rohani di akhirat. Oleh karena itu mereka pendekatan yang agak seimbang terhadap kehidupan menetapkan bahwa Islam jika dipahami dari perspektif yang lebih luas dari kehidupan bukanlah suatu halangan untuk tetapi sesuai dengan pengembangan material. Mengurangi ketidaksetaraan intra-sektoral dan intra-rasial harus menjadi perhatian utama kebijakan pemerintah masa depan dan institusi. Reformasi kebijakan sebagaimana telah mengandalkan pada di masa lalu mungkin tidak cukup untuk mencapai tujuan ini. Ini panggilan untuk beberapa macam aset-reformasi dalam hal memberikan aset fisik termasuk, tentu saja, pendidikan dan pelatihan untuk terlepas bawah-hak istimewa dari ras membagi. Untuk

mencapai hal ini Tujuan pemerintah mungkin diperlukan untuk membuat pilihan politik yang sulit menerima strategi pertumbuhan moderat yang tidak hanya akan membantu mengurangi beberapa kendala pada sumber daya manusia dan non-manusia langka tetapi juga akan mempromosikan moderasi dan nilai-nilai pada tingkat mikro sehingga lebih berkontribusi terhadap integrasi dari lembaga keluarga.

1.

Anda mungkin juga menyukai