Anda di halaman 1dari 30

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Oleh: Dr. Raharjo, M.Si. Dra. Nur Kuswanti, M.Sc. St. Nur Qomariyah, S.Pd., M.Sc.

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2011

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan buku petunjuk praktikum Fisiologi Hewan edisi revisi ini. Buku petunjuk praktikum ini disusun untuk digunakan sabagai petunjuk kegiatan praktikum Fisiologi Hewan di Jurusan Biologi FMIPA UNESA sehingga diharapkan mahasiswa lebih terarah dalam melakukan kegiatan praktikum sebagai pendukung matakuliah Fisiologi Hewan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan petunjuk praktikum ini. Semoga amal kebaikannya mendapat balasan yang lebih baik dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada petunjuk praktikum ini, untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan lebih lanjut sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Semoga buku bermanfaat dalam mendukung perkuliahan Fisiologi Hewan.

Surabaya, Februari 2011

Tim Penulis

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ..... PERATURAN DAN TATA TERTIB .. PRAKTIKUM 1.... Pengaruh Zat Stimulan Terhadap Kecepatan Tanggap Rangsang PRAKTIKUM 2 Fungsi Saraf Otak Besar Dan Otak Kecil PRAKTIKUM 3 Panca Indera PRAKTIKUM 4 Aliran Darah Pada Ekor Kecebong/ Ikan Kepala Timah PRAKTIKUM 5 Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia PRAKTIKUM 6 Pemeriksaan Urin PRAKTIKUM 7 Analisis Enzim Pencernaan Pada Usus Ikan Mas PRAKTIKUM 8 Pengukuran Udara Pernafasan 1 2 3 4 5 7 10 17 19 22 25 28

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

PERATURAN DAN TATA TERTIB KEGIATAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN


1. Setiap mahasiswa wajib memiliki buku petunjuk praktikum. 2. Setiap mahasiswa praktikan diwajibkan hadir tepat pada waktunya. Praktikan yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti praktikum, kecuali seizin dosen pembina Fisiologi Hewan. 3. Mahasiswa yang tidak hadir sampai 3 (tiga) kali berturut-turut, tanpa alasan yang dapat diterima, tidak diperkenankan untuk mengikuti kegiatan praktikum selanjutnya dan harus mengulang pada kegiatan praktikum pada semester berikutnya. 4. Selama mengikuti kegiatan praktikum, diwajibkan menggunakan jas praktikum dengan baik dan benar. 5. Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa praktikan harus sudah mempelajari dan menguasai prosedur. Bila masih terdapat hal-hal yang diragukan, segera menanyakan pada pembimbing sebelum melakukan prosedur yang salah. 6. Selama kegiatan praktikum tidak diperkenankan bersendau gurau berlebihan, makan, minum, dan merokok. 7. Mahasiwa praktikan diwajibkan bekerja dengan teliti dan hati-hati terutama dalam menggunakan bahan kimia dan alat-alat lab yang mahal. Setiap praktikan bertanggung jawab terhadap alat yang dipinjam selama kegiatan praktikum. Bila ada alat yang rusak, pecah, atau hilang maka diwajibkan mengganti dengan alat yang berkarakteristik serupa. 8. Setelah melakukan praktikum, diwajibkan membersihkan alat-alat yang dipakai dan disimpan kembali pada tempaat semula dalam keadaan bersih dan kering. 9. Setelah kegiatan praktikum selesai, mahasiswa harus membuat laporan sementara. 10. Laporan praktikum final diselesaikan 1 (satu) minggu kemudian dan diserahkan pada waktu kuliah atau dikirim via e-mail pada alamat: nurq.biounesa@yahoo.com 11. Laporan praktikum diketik 1,5 spasi pada kertas A4, huruf Times New Roman ukuran 12, dan berisi pokok-pokok sebagai berikut: I. Judul Percobaan II. Tujuan Percobaan III. Dasar Teori IV. Prosedur Kerja V. Hasil dan Pembahasan : VI. Kesimpulan VII. Daftar Pustaka

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

PENGARUH ZAT STIMULAN TERHADAP KECEPATAN TANGGAP SARAF

1. Tujuan Mengetahui pengaruh zat stimulan yang terdapat pada berbagai minuman kemasan terhadap kecepatan tanggap saraf. 2. Dasar Teori Sel saraf dalam sistem saraf berfungsi untuk menjalarkan impuls. Impuls dapat menjalar pada sebuah sel saraf, juga dapat menjalar pada sel lain dengan melintasi sinapsis. Penjalaran impuls dapat terjadi dengan cara transmisi elektrik atau transmisi kimiawi yang menggunakan bantuan neurotransmitter. Proses transmisi sinapsis dapat berlangsung lebih lambat atau mengalami gangguan. Beberapa bahan yang diketahui sebagai sumber gangguan dalam transmisi sinapsis ini adalah pestisida, racun ular dan obat bius. Proses transmisi sinapsis juga dapat berlangsung lebih cepat akibat pengaruh dari konsumsi zat-zat yang mengandung zat stimulan. Stimulan adalah obat-obatan yang menaikkan tingkat kewaspadaan di dalam rentang waktu singkat. Stimulan biasanya menaikkan efek samping dengan menaikkan efektivitas. Stimulan menaikkan kegiatan sistem saraf simpatetik, sistem saraf pusat (CNS), atau kedua-duanya sekaligus. Beberapa stimulan menghasilkan sensasi kegembiraan yang berlebihan, khususnya jenis-jenis yang memberikan pengaruh terhadap CNS. Stimulan dipakai di dalam terapi untuk menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk menjadi penawar rasa lelah, untuk menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi kewaspadaan atau kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh (phentermine), juga untuk memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi orangorang yang didiagnosis sulit memusatkan perhatian (terutama ADHD). Stimulan kadang-kadang dipakai untuk memompa ketahanan dan produktivitas, juga untuk menahan nafsu makan. Stimulan sistem saraf pusat kegiatannya meningkatkan norepinefrin dan dopamin dalam dua cara yang berbeda. Pertama, stimulan SSP meningkatkan pelepasan norepinefrin dan dopamin dari sel-sel otak. Kedua, stimulan SSP mungkin juga menghambat mekanisme yang biasanya mengakhiri tindakan neurotransmiter . Sebagai hasil dari kegiatan ganda sistem saraf pusat stimulan, norepinefrin dan dopamin telah meningkatkan efek di berbagai daerah di otak. Beberapa area otak yang terlibat dengan mengendalikan terjaga dan orang lain yang terlibat dengan mengendalikan kegiatan motorik. Hal ini diyakini bahwa stimulan SSP mengembalikan keseimbangan neurotransmiter, 3. Alat dan Bahan Penggaris plastik 30 cm Minuman stimulan: Extra Joss, Kopi, Coca Cola, Hemaviton Jreng, M-150, Kratingdaeng dll. Air minum Sendok/ pengaduk Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan 5

gelas 4. Langkah Kerja a. Persilahkan subjek uji coba untuk duduk santai. b. Letakkan sebuah penggaris secara tegak lurus di antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan. Usahakan posisi titik 0 berada tepat di antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan. c. Tugas subjek uji coba adalah menangkap penggaris yang dilepas oleh temannya. d. Tanpa memberitahu dahulu, lepaskan penggaris itu ke bawah dan mintalah subjek uji coba untuk menangkap dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan. Kemudian lihat tepat pada skala berapa kedua jari tersebut menempel pada penggaris. Ulangi kegiatan di atas sampai 5 kali! e. Ulangi langkah d, namun menggunakan tangan kiri. f. Mintalah subjek uji coba meminum zat stimulan ( usahakan semua kelas mencoba semua jenis stimulan). Tunggu selama 30 menit (gunakan untuk mengerjakan praktikum lain). g. Setelah 30 menit lakukan langkah a sampai e. h. Mintalah data dari kelompok lain, agar dapat membandingkan antara hasil penelitian kelompok anda dengan kelompok lain! 5. Diskusi a. Samakah kecepatan merespon antara tangan kiri dengan tangan kanan? b. Samakah kecepatan merespon antara sebelum minum stimulan dengan setelah minum stimulan? c. Bagaimana respon zat stimulan terhadap respon kecepatan secara umum? d. Setelah mendapat data dari kelompok lain, apakah jenis zat stimulan memberikan pengaruh yang sama terhadap kecepatan merespon?

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

FUNGSI SARAF OTAK BESAR DAN OTAK KECIL

Dasar Teori 1. Tujuan a. Memeriksa fungsi sebagian besar saraf otak besar. b. Memeriksa fungsi otak kecil. 2. Dasar Teori Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol. Otak besar (serebrum) mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang. Otak tengah (mesensefalon) terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. Otak kecil (serebelum) mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Sumsum sambung (medulla oblongata) berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip. Jembatan varol (pons varoli) berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

3. Alat dan Bahan Bawang putih Serbuk kopi Cotton bud Buku bacaan Stop watch Pensil 4. Langkah Kerja Anda hendaknya bekerja berpasangan. Kerjakan rangkaian langkah ini secara lengkap terhadap teman anda, kemudian bergantian. Amati dan catat hasilnya. a. UJI SARAF CRANIAL 1) Nervus Olfaktorius Subjek uji coba diminta duduk dan menutup matanya. Botol berisi serbuk kopi dibuka dan dilewatkan mendatar sejauh 8 cm dari muka lubang hidung. Giliran berikutnya irislah satu siung bawang putih secara melintang, kemudian lewatkan juga seperti botol kopi tadi. Urutan bahan dapat anda balik. Dapatkah subjek uji coba membedakan keduanya? 2) Nervus Opticus Bukalah suatu halaman buku penuh dengan tulisan. Tandailah awal suatu kalimat. Mintalah subjek uji coba membaca kalimat-kalimat itu mulai dari awal tanda selam 1 menit. Hitung dan catatlah banyaknya kata yang dapat dibaca selama 1 menit tersebut. 3) Nervus Aculomotor Mintalah subjek uji coba untuk terus mengawasi pensil yang anda gerakkan beberapa kali ke arah vertikal, horisontal, serong kiri, serong kanan dan berputar, sambil menjaga agar kepalanya tetap tidak bergerak. Dapatkah dia mengikuti semua gerakan tersebut? 4) Nervus Facialis Mintalah subjek uji coba untuk tersenyum sambil menunjukkan giginya, menggembungkan pipinya, mengerutkan dahinya, mengangkat alis satu per satu maupun bersamaan. Dapatkah dia melakukan semuanya dengan baik? b. UJI SARAF OTAK KECIL Mintalah subjek uji coba berdiri sejauh 2 meter dari kertas yang bertuliskan perintah berikut ini. Mintalah dia membaca tiap perintah, kemudian mengulang membaca bersuara sambil melaksanakan tugas yang tertulis di situ. Amati dan catatlah gerakan mana yang paling mudah dilakukannya. Perintah tertulis antara lain:

1. RENTANGKAN KEDUA LENGAN KE SAMPING GERAKKAN SEMUA JARI-JARI DENGAN CEPAT.


Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

DAN

2. RENTANGKAN KEDUA LENGAN KE SAMPING DAN SALING SILANGKAN SEMUA JARI-JARI DENGAN RAPAT. 3. TOLEHKAN KEPALA KE SAMPING DENGAN PANDANGAN LURUS KE SAMPING. BERJALANLAH MAJU DENGAN MELETAKKAN TUMIT YANG SATU DI DEPAN UJUNG JARI KAKI YANG LAIN. 4. TUTUPLAH MATA DAN BERDIRILAH TEGAK SELAMA SATU MENIT. 5. TUTUPLAH MATA DAN SENTUHLAH HIDUNG DENGAN TELUNJUK KANAN. 6. TUTUPLAH MATA DAN SENTUHLAH HIDUNG DENGAN TELUNJUK KIRI. 7. SENTUH TELUNJUK KANAN PENGAMAT. 8. BERDIRI TEGAK DAN GERAKKAN KAKI KANAN KE ATAS KE BAWAH MENGGESER SEPANJANG KAKI KIRI. 9. BERDIRI TEGAK DAN GERAKKAN KAKI KIRI KE ATAS KE BAWAH MENGGESER SEPANJANG KAKI KANAN.
Catatlah kedua hasil uji pada tabel untuk 2 subjek uji coba. 5. Diskusi a. Samakah status saraf subjek 1 dengan subjek 2 ? b. Bila sama, mengapa hal itu bisa terjadi? c. Bila tidak sama, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perbedaan tersebut?

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

ALAT INDERA

Dasar Teori Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap oleh reseptor dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Apabila dibagi ke dalam kelompokreseptor, maka alat indera dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni : 1. Kemoreseptor : Kemoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu indra pembau (idung) dan indra pengecap (lidah). 2. Mekanoreseptor: Mekanoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan gaya berat, tegangan suara dan tekanan yakni indra peraba (kulit) dan indra pendengaran (telinga). 3. Fotoreseptor: Fotoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan cahaya seperti indra penglihatan atau mata. A. PENGECAP 1. Tujuan a. Menentukan kecermatan pengecapan praktikan pada penggunaan beberapa bahan. b. Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer, berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutan. c. Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain sensasi primer. 2. Alat dan Bahan a. Alat. Cotton bud Cawan petri Gelas kimia Sapu tangan Peta rasa (gambar lidah) Tissue/ kapas b. Bahan. Larutan NaCl (asin) Larutan asam Laruatan glukosa (manis) Larutan kopi tanpa gula (pahit) Larutan cabe/ merica (pedas) Air putih Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan 10

3. Langkah Kerja a. Sebelum percobaan dimulai, bersihkan dulu gusi dan lidah dari sisa-sisa makanan dengan berkumur. Kemudian bersihkan lidah dengan tissue/kapas agar tidak basah oleh air ludah. b. Tuangkan cairan pada cawan petri dan rendam cotton bud pada tiaptiap larutan c. Tutup mata praktikan, agar tidak mengetahui larutan apa yang dipergunakan. d. Sentuhkan cotton bud pada tempat-tempat pusat pengecap dan praktikan diminta untuk mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap kali sentuhan dan pada tempat mana yang paling terasa macam larutan yang disentuhkan. e. Ulangi percobaan ini dengan cotton bud yang lain sesuai larutannya. Tanyakan: Apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa larutan tertentu (sesuai/tidak dengan macam larutan yang dicobakan). f. Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka pada gambar lidah diberi tanda + dan bila tidak sesuai diberi tanda - . g. Ulang percobaan ini pada orang lain dengan cotton bud yang berbeda. Kemudian bandingkan hasilnya. h. PERLU DIINGAT : Setiap penggantian larutan, praktikan harus kumur lebih dahulu. B. PEMBAU 1. Tujuan Mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan seseorang. 2. Alat dan Bahan a. Alat Spuit/ syringe 2,5 ml Sapu tangan kapas b. Bahan Minyak menthol Minyak angin Parfum Minyak cengkih 3. Langkah Kerja a. Praktikan tidak boleh flu /pilek. b. Tutup mata yang bersangkutan. c. Ambil parfum dengan jarum syringe secukupnya, kemudian lepaskan jarum dan biarkan syringe dalam kondisi posisi terbalik ( lubang jarum menghadap ke atas) d. Sisipkan ujung penutup pada bagian belakang dalam hidung melalui lubang hidung satu sisi, sedangkan sisi lain lubang hidung ditutup dengan kapas, agar yang membau hanya satu sisi saja. Kemudian Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan 11

praktikan membau/menghirup. Tanyakan bau apa yang dibaunya. Catat hasilnya!

Setelah itu posisi syringe diarahkan ke atas dan disuruh menghirup lagi. Tanyakan bau apa yang dibaunya dan mana yang lebih bau pada posisi pertama atau posisi kedua. Bandingkan! Catat hasilnya!

e. Ulangi percobaan di atas dengan bahan yang lain. f. Tutup lubang hidung yang satu dengan kapas dan yang satu tetap terbuka. g. Tuang bahan pada spuit secukupnya. h. Pegang syringe dan dekatkan pada hidung yang terbuka dengan jarak 1,5 cm di depan hidung. Kemudian mintalah praktikan untuk menghirup dan hembuskan lewat mulut. i. Ulangi hal ini berkali-kali sampai tidak lagi membau bahan tersebut. j. Hitunglah Olfactory Fatigue Times (OFT), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketidakpekaan (kelelahan) pembau, artinya sampai tidak lagi dapat membau sesuatu. Ulangi 3, kemudian hitung rataratanya. k. Hitunglah Olfactory Recovery Times (ORF), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan pembau, artinya sampai dapat membau kembali. Ulangi 3, kemudian hitung rata-ratanya. l. Ulangi semua percobaan di atas dengan praktikan yang lain dan bandingkan hasilnya. m. Diantara bahan-bahan yang ada, bau apa yang lebih merangsang praktikan? Jelaskan, mengapa?

C. HUBUNGAN PEMBAU DAN PENGECAP 1. Tujuan Mengetahui pentingnya pengaruh bau terhadap kesan pengecapan 12

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

2. Alat dan Bahan a. Alat Tusuk gigi Pisau Kapas/tissue Sapu tangan b. Bahan Bengkoang Kentang Apel Air putih 3. Langkah Kerja a. Tutup mata praktikan dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan. b. Lidah dibersihkan dengan kapas atau tissue. c. Letakkan sekerat bahan, secara bergantian. Tanyakan, apa yang dirasakan setiap kali bahan diletakkan di lidah, dan tanyakan juga apakah ia dapat membau atau mengecap. d. Ulangi percobaan, akan tetapi pada keadaan hidung terbuka. e. Ulangi percobaan 2 pada praktikan yang sama dan ulangi percobaan untuk praktikan yang lain. Bandingkan! D. RESEPTOR PANAS DAN DINGIN 1. Tujuan Mengetahui banyaknya reseptor panas dan dingin. 2. Alat dan Bahan a. Alat Penggaris Jarum pentul Gelas kimia spidol b. Bahan Air hangat Air dingin 3. Langkah Kerja a. Buatlah kotak sepanjang 28 mm dan dibagi dalam 14 kotak pada tangan bagian dorsal. b. Masukkan jarum ke dalam gelas kimia yang berisi air hangat dan jarum lain pada air dingin. c. Tunggu lima menit, sentuhkan sebentar masing-masing jarum itu ke dalam kotak bujursangkar pada praktikan secara berurutan. d. Untuk mempertahankan suhu jarum, masukkan lagi jarum ke gelas kimia.

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

13

e. Catat hasilnya, tanda + untuk kotak yang merasakan dan tanda untuk kotak yang tidak merasakan. f. Ulangi percobaan untuk tangan bagian ventral pada praktikan yang sama. E. PENGARUH DINGIN TERHADAP RASA SAKIT 1. Tujuan Mengetahui adanya pengaruh dingin terhadap rasa sakit/nyeri 2. Alat dan Bahan a. Alat Jam/ stopwatch Tissue b. Bahan Es batu 3. Langkah Kerja a. Praktikan duduk dan telapak tangannya mendatar di atas meja. b. Cubit telapak tangannya dengan intensitas sedang hingga dia mulai sakit dan meneruskan hingga dia tidak merasakan sakit/nyeri. c. Ulangi cubitan pada tempat yang tadi setelah membiarkan praktikan beberapa saat. d. Usap es dengan gerakan memutar sekitar daerah itu dan keringkan dengan tissue. e. Catat waktu begitu ia tidak merasakan sakit. f. Usap es tetapi pada daerah terdekat dengan area cubitan tadi. g. Lakukan pada telapak tangan yang lain. h. Lakukan pada praktikan yang lain. Bandingkan ! F. KEPEKAAN SENTUHAN 1. Tujuan a. Mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari bagian kulit. b. Melatih kepekaan terhadap sentuhan. 2. Alat dan Bahan Sapu tangan Spidol Penggaris jangka 3. Langkah Kerja a. Praktikan ditutup matanya dan salah satu lengannya diletakkan di atas meja. b. Letakkan kaki jangka pada jarak 3 cm dan sentuhkan dengan tekanan ringan kedua kaki jangka tadi secara bersama-sama pada bagian ventral lengan bawah praktikan. Jika ia merasakan dua titik maka jarak Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan 14

c. d. e. f.

kedua kaki jangka diperkecil, sebaliknya bila praktikan mersakan satu titik maka jarak kedua kaki diperbesar. Dilakukan sedikit demi sedikit hingga memperoleh jarak terpendek yang masih dirasakan dua titik oleh praktikan. Catat data yang diperoleh. Ulangi pada praktikan yang lain. Ulangi kegiatan di atas pada lengan bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian ventral dan dorsal, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi, pipi, tengkuk dan bibir.

G. BINTIK BUTA 1. Tujuan Menentukan jarak benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta. 2. Alat dan Bahan Mata uang logam Kertas karton penggaris

5 buah

3. Langkah Kerja a. Susunlah 5 buah mata uang logam berdiri lurus ke belakang dengan jarak masing-masing 8 mm. b. Tutuplah salah satu mata praktikan dengan karton tebal. Sedangkan mata yang satunya tertuju pada bagian tengah dari uang logam yang terdepan. c. Tanyakan, berapa banyak uang logam yang tampak? Uang logam mana yang tidak kelihatan ? jarak mata uang logam itu ke mata merupakan jarak benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta. d. Coba ubah ( memperbesar/ memperkecil) jarak antar mata uang logam itu, bagaimana hasilnya? Bandingkan! e. Ujilah juga mata yang sebelah lagi ! dan ulangi pada praktikan yang lain. Benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta suatu mata, bayangannya tidak akan jatuh pada bintik buta mata sebelahnya. Orang tidak memperoleh kesan penglihatan dari bayangan yang jatuh pada tempat yang tidak mengandung sel batang dan sel kerucut. H. REFLEKS PUPIL TERHADAP INTENSITAS CAHAYA 1. Tujuan Mengetahui refleks pupil ketika ada cahaya yang masuk. 2. Alat dan Bahan Penggaris Sapu tangan Senter 3. Langkah Kerja a. Ukur dan catat diameter pupil praktikan, dengan meletakkan penggaris di bawah salah satu matanya. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan 15

b. Praktikan diminta untuk memejamkan mata dan ditutup dengan tangan atau saputangan, sedang penggaris tetap dipegang. c. Secara mendadak mintalah praktikan dan ukur diameter pupil matanya. Bandingkan dengan hasilnya ! d. Praktikan diminta kembali untuk memejamkan matanya. Akan lebih baik hasilnya apabila praktikan berada di tempat gelap. e. Secara mendadak terangi mata dengan senter, ukur diameter pupil. f. Ulangi pada manusia coba yang lain. Bandingkan ! I. REFLEKS PUPIL TERHADAP AKOMODASI MATA 1. Tujuan Mengetahui refleks pupil terhadap akomodasi mata. 2. Alat dan Bahan Penggaris 3. Langkah Kerja a. Ukur diameter pupil pada keadaan normal praktikan, dengan meletakkan penggaris di bawah salah satu matanya. b. Praktikan di minta melihat benda-benda yang jauh letaknya, ukur diameter pupilnya. c. Praktikan di minta melihat benda-benda yang dekat letaknya, ukur diameter pupilnya. d. Ulangi percobaan pada praktikan yang lain.

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

16

ALIRAN DARAH PADA EKOR KECEBONG/ IKAN KEPALA TIMAH

1. Tujuan Membedakan macam-macam pembuluh darah pada ekor kecebong/ ikan kepala timah. 2. Dasar Teori Alat peredaran darah ikan terdiri atas jantung dan sinus venosus. Jantung ikan terdiri ata dua ruangan, atrium dan ventrikel dan terletak di belakang insang. Sinus venosus adalah struktur penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung. Diantara antrium dan ventrikel jantung terdapat klep untuk menjaga agar aliran darah tetap searah. Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan aah dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung. Pembuluh darah adalah saluran khusus untuk mengalirkan darah. Darah adalah cairan dalam pembuluh darah, yang beredar ke seluruh tubuh mulai dari jantung dan segera kembali ke jantung. Darah vertebrata meengalir dalam pembuluh darah yang elastis (arteri, vena, dan kapiler). Pada vertebrata, sistem pembuluh darah terdiri atas tiga jenis, yaitu arteri, vena dan kapiler. Masingmasing pembuluh darah tersebut memiliki ciri khas tertentu yang dapat diamati dengan mikroskop cahaya. Selain pembuluh darah tersebut, ada pembuluh darah yang strukturnya lebih kecil yakni arteriol dan venula. Arteriol adalah pembuluh arteri kecil yang berguna untuk mengendalikan aliran darah, sedangkan venula adalah pembuluh vena paling kecil dan berhubungan langsung dengan pembuluh kapiler. 3. Alat dan bahan a. Alat Gelas kimia Cawan petri Gelas obyek Pipet tetes Kaca penutup mikroskop b. Bahan alkohol 1% aquades ikan kepala timah/ kecebong katak kapas 4. Langkah Kerja a. Ke dalam gelas piala yang berisi larutan alkohol 1%, masukkan beberapa ekor kecebong/ikan kepala timah yang cukup besar. Biarkan ikan-ikan itu Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan 17

b.

c. d. e.

sampai tidak sadar. Jangan menggunakan ikan yang terlalu kecil, sebab mudah mati sehingga tidak bisa diamati dalam waktu yang lama. Pindahkan seekor kecebong/ikan kepala timah tersebut ke dalam cawan petri/gelas obyek yang berisi sedikit air dengan tubuh miring. Apabila ikan diletakkan di atas gelas obyek datar, tutuplah bagian kepalanya dengan kapas basah. Amati di bawah mikroskop pembuluh-pembuluh darah pada ekornya yang transparan. Perhatikan jalannya darah dalam pembuluh-pembuluh darah itu. Tentukan arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena berdasarkan ciri-ciri mereka. Gambarkan sebagian dari rangkaian pembuluh darah, yang mempunyai 5 macam pembuluh tersebut.

5. Diskusi a. Dapatkah anda membedakan antara arteri, vena, arteriol, kapiler, dan venula? b. Perhatikan kecepatan aliran darah dalam arteriol, kapiler, dan venula. Dalam pembuluh darah yang mana kecepatan aliran darah konstan dan mana yang tidak konstan? c. Jelaskan perbedaan antara pembuluh darah arteri dan vena ditinjau dari struktur dan fungsinya!

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

18

PENGARUH SUHU TERHADAP DENYUT JANTUNG Daphnia

1. Tujuan a. Mengetahui cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp. b. Mengidentifikasi frekuensi denyut jantung dan pengaruh suhu terhadap denyut jantung Daphnia sp. 2. Dasar Teori Pada umumnya aktivitas kehidupan terjadi hanya di dalam kisaran suhu yang sempit , bervariasi antara 0-40C. Faktor inilah yang membatasi distribusi hewan-hewan di dunia. Namun demikian, ada beberapa jenis hewan yang mampu hidup normal pada suhu di bawah 0C, sementara yang lain hidup pada suhu lebih dari 40C. Hal ini berkaitan dengan adaptasi dan evolusi pada hewan-hewan yang dapat hidup di kondisi yang ekstrem tersebut. Hewan-hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya pada kisaran terentu yang relatif konstan digolongkan dalam kelompok hewan homoioterm termasuk di dalamnya mammal dan burung. Sebaliknya, hewan-hewan lain memiliki suhu tubuh yang dapat menyesuikan dengan suhu lingkungan sekitarnya, kelompok hewan ini disebut poikiloterm. Termasuk di dalamnya reptil, amfibi, ikan dan hewan-hewan avertebrata. Daphnia adalah salah satu spesies dari Crustacea berupa plankton. Hewan ini hidup di air tawar dan mudah ditemukan di kolam. Tubuhnya transparan dan tidak berwarna, apabila air sebagai tempat hidupnya teraerasi dengan baik. Alat gerak utamanya adalah antena yang mengatur gerakan ke atas dan ke bawah. Daphnia selalu ditemukan di tempat hidupnya dengan posisi kepala di atas. Jantung Daphnia merupakan struktur globular kecil di bagian anterodorsal badan. Kecepatan denyut jantungnya dipengaruhi beberapa faktor, antara lain suhu lingkungannya. Suhu mempengaruhi proses fisiologis organisme termasuk frekuensi denyut jantung. Kenaikan maupun penurunan tersebut dapat mencapai dua kali aktivitas normal. Perubahan aktivitas akibat pengaruh suhu dirumuskan seperti di bawah . Aktivitas akan naik seiring dengan naiknya suhu sampai pada titik di mana terjadi kerusakan jaringan, kemudian diikuti aktivitas yang menurun dan akhirnya terjadi kematian. Pada suhu sekitar 10C di bawah atau di atas suhu normal suatu jasad hidup dapat mengakibatkan penurunan atau kenaikan aktivitas jasad hidup tersebut menjadi kurang lebih dua kali pada suhu normalnya. Sedangkan perubahan suhu yang tiba-tiba akan mengakibatkan terjadinya kejutan atau shock biasanya dikaitkan dengan koefisien aktivitas [ Q ], perbandingan suatu aktivitas yang disebabkan oleh kenaikan suhu 10C, atau dinyatakan dengan rumus:

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

19

3. Bahan dan Alat Kultur Daphnia Es batu Air biasa Air hangat Mikroskop Gelas obyek Gelas piala Gelas arloji Pipet tetes Termometer 4. Langkah Kerja a. Kultur Daphnia disiapkan pada suhu awal [10C, 15C, 20C, 25C ]. Daphnia diletakkan pada gelas arloji yang berada pada suhu yang telah ditentukan [ diletakkan di atas es batu atau air dengan suhu yang dikehendaki]. b. Dengan pipet, pindahkanlah secara hati-hati seekor Daphnia pada gelas obyek yang cekung atau gelas arloji lain sambil dilihat di bawah mikroskop. Daphnia bisa juga diletakkan di atas gelas obyek datar. c. Tambahkanlah air secukupnya agar tidak kekeringan. Jangan menambahkan air terlalu banyak, karena Daphnia akan mudah bergerak dan sulit diatur posisinya. Aturlah letak Daphnia dengan posisi tubuh miring hingga jantungnya tampak jelas dan mudah diikuti denyutnya. Apabila menggunakan gelas arloji atau gelas obyek datar tidak perlu ditutup dengan kaca penutup. d. Setelah tampak denyutan jantungnya hitunglah jumlah denyut setiap 15 detik [ dengan menggunakan jarum penunjuk detik pada arloji anda]. Buatlah tiga kali pengukuran dan hasilnya dirata-rata. Pada setiap kali pengukuran suhu harus tetap pada suhu yang dikehendaki. Jika perlu setiap selesai satu kali pengukuran Daphnia dikembalikan pada air dengan suhu yang telah ditentukan. Lampu mikroskop dapat dengan cepat menaikkan suhu obyek pada meja obyek. e. Selanjutnya Daphnia dipindahkan ke tempat baru [10C lebih tinggi daripada suhu awal] f. Ukurlah denyut jantung Daphnia pada suhu yang baru. Pengukuran dilakukan seperti cara/ langkah pada urutan d.

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

20

Gambar 1. Daphnia pulex. Jantung terletak di bagian dorsal. 5. Tugas a. Buatlah grafik yang menyatakan hubungan antara jumlah denyut permenit dengan berbagai suhu awal yang telah ditentukan! b. Berdasarkan grafik tersebut, bagaimana pengaruh suhu terhadap denyut jantung Daphnia? c. Hitunglah Q10 pada setiap suhu yang telah anda lakukan!

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

21

PEMERIKSAAN URIN

1. Tujuan a. Mengidentifikasi ciri-ciri dan komposisi urin yang normal. b. Mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan urin. 2. Dasar Teori Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi. 1. Penyaringan (filtrasi) Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan. Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya 2. Penyerapan kembali (reabsorbsi) Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea. 3. Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin. Dalam tubuh makhluk hidup terjadi proses metabolisme yang menghasilkan zat-zat yang sangat penting untuk tubuh. Dari metabolisme tersebut ada beberapa zat yang tidak diperlukan tubuh, sehingga harus dikeluarkan dari tubuh. Zat-zat itu antara lain CO2 , H2O dan amonia [ NH3] . Amonia berasal dari perombakan Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan 22

protein yang sebelumnya dirombak dulu menjadi urea. Amonia berbahaya bagi sel sehingga harus dikeluarkan. Zat warna empedu merupakan sisa hasil perombakan sel darah merah di hati dan disimpan dalam kandung empedu. Zat itu akan mengalami oksidasi menjadi urobilinogen yang memberi warna kekuningan pada urine. Selain zat tersebut di dalam urin juga terdapat garam-garam mineral yang dikeluarkan antara lain: natrium dan kalium klorida serta zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin B dan C. 3. Bahan dan Alat Sampel Urin Indikator universal pH Reagen Benedict Reagen Biuret Larutan AgNO3 1% Larutan Iodium tincture Korek api Tabung reaksi Rak tabung reaksi Pembakar spiritus Gelas kimia 100 ml pipet 4. Langkah Kerja Lakukan pemeriksaan terhadap sampel urin yang ada untuk uji pH, amonia, empedu, glukosa, protein dan ion klorida. a. Mengukur pH urin 1) Masukkan urin ke dalam gelas kimia kemudian ukur pH urine dengan menggunakan indikator universal! 2) Cocokkan warna pada indikator, berapa pH sampel urin ? b. Menguji amonia 1) Masukkan 1 ml urin dalam tabung reaksi, kemudian panaskan dengan pembakar spiritus sampai mendidih! 2) Bagaimana bau hasil pemanasan urine tersebut? c. Menguji empedu 1) Masukkan 2 ml urin dalam tabung reaksi ! 2) Miringkan tabung dan tetesi dengan larutan Iodium tincture hingga seluruh permukaan urin tertutup. Perhatikan pada batas urin dan iodium tincture. Apakah ada bentukan cincin warna hijau? d. Menguji glukosa 1) Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi 2) Tambahkan 5 tetes reagen benedict kemudian panaskan. Amati perubahan warnanya! e. Menguji protein 1) Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan 23

2) Tambahkan 5 tetes reagen biuret kemudian biarkan selama 5 menit. Amati perubahan warnanya! f. Menguji ion klorida 1) Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi ! 2) Tambahkan 5 tetes larutan AgNO3 1% kemudian biarkan selama 5 menit. Amati apakah terbentuk endapan putih? Mengapa hal itu bisa terjadi? 5. Diskusi a. Jelaskan zat-zat yang terdapat dalam urin yang sehat? b. Bagaimana jika terdapat glukosa dalam urin, mengapa hal demikian bisa terjadi? c. Jelaskan proses pembentukan urin?

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

24

ANALISIS ENZIM PENCERNAAN PADA USUS IKAN MAS ( Cyprinus carpio)

1. Tujuan a. Mengetahui macam-macam enzim pencernaan yang terdapat pada usus ikan Mas. b. Mengetahui fungsi empedu dalam pencernaan makanan. 2. Dasar Teori Protein, lemak dan polisakarida yang merupakan senyawa organik dasar yang ditemukan pada makanan, akan mengalami pencernaan kimiawi untuk mengiris bentuk polimer senyawa tersebut menjadi bentuk monomer, sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi atau bahan baku untuk sintesis molekul lain. Molekul-molekul seperti polisakarida, protein dan lemak yang menyusun sebagian besar makanan harus dipecahkan oleh enzim khusus yang disekresikan oleh sel-sel yang melapisi usus. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase menjadi disakarida. Disakarida kemudian diuraikan oleh disakaridase menjadi monosakarida, yaitu glukosa. Glukosa hasil pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah. Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino. Asam amino kemudian diserap usus dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah. Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh cairan empedu menjadi butiran-butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe. Glukosa memberikan warna merah bata bila diuji dengan reagen benedict, sedangkan untuk protein atau adanya dua/lebih ikatan peptida ditunjukkan dengan adanya warna keunguan kalau diuji dengan reagen biuret. 3. Alat dan Bahan a. Alat Tabung reaksi Botol warna gelap dan tutup Mortar dan alu Gelas piala Pembakar spiritus Penjepit kayu Pipet tetes Rak tabung reaksi Gelas ukur 10 ml Corong kaca Kertas saring

10 buah 1 buah 1 set 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah secukupnya 25

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

Papan seksi Dissecting set

1 buah 1 set

b. Bahan Ikan mas dengan berat 300-350 g 1 ekor Akuades secukupnya Toluen 4-5 tetes Larutan kanji matang encer Maltosa Albumin/putih telur Minyak goreng secukupnya Giserin 50% 20 ml Reagen biuret Reagen benedict Korek api Kertas karbon 4. Cara kerja a. Membuat ekstrak usus 2) Bedahlah ikan mas pada bagian perutnya 3) Pisahkan usus dari organ lainnya secara hati-hati. Ambil usus halus dengan cara memotongnya dari bagian akhir lambung hingga awal usus besar. 4) Ambil kantung empedunya dengan hati-hati dan jangan sampai pecah. 5) Bukalah usus halus dengan cara menyayatnya secara longitudinal. 6) Bersihkan usus tersebut dengan akuades, kemudian masukkan ke dalam mortir. 7) Ambil 20 ml gliserin 50% dan masukkan ke dalam mortir, haluskan ususnya. Ambil 4-5 tetes toluen, haluskan kembali. Setelah halus, masukkan usus tersebut ke dalam botol, kemudian tutup rapat-rapat. Bungkus botol dengan kertas karbon. 8) Simpan ekstrak usus tersebut dalam ruang gelap selama 6-7 hari. 9) Setelah 6-7 hari, saringlah ekstrak usus tersebut dengan kertas saring. 10) Lakukan tes terhadap larutan hasil saringan tersebut yaitu tes pembuktian adanya amilase, maltase dan tripsin. b. Tes pengaruh empedu terhadap lemak 1) Sediakan dua tabung reaksi. Beri label kedua tabung A dan B. Tuangkan isi kantung empedu ke dalam tabung A dengan menggunting sedikit permukaannya. 2) Encerkan empedu tersebut dengan akuades sehingga volumenya menjadi 2 ml. 3) Masukkan 2 ml akuades ke dalam tabung B, sebagai kontrol. 4) Tambahkan ke dalam kedua tabung tersebut masing-masing 2 ml minyak goreng. Kocok keduanya kuat-kuat dan biarkan selama 5-10 menit. Amati apa yang terjadi pada kedua larutan dalam tabung tersebut. Bandingkan besarnya gumpalan lemak dalam masing-masing tabung. c. Tes pembuktian adanya amilase Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan 26

1) Sediakan dua tabung reaksi dan beri label A dan B. Tuangkan reagen benedict ke dalam tabung tersebut masing-masing 2 ml. 2) Siapkan dua tabung lain dan beri label C dab D. 3) Masukkan larutan kanji matang encer masing-masing 2 ml ke dalam tabung C dan D. Untuk tabung C tambahkan 1 ml ekstrak usus sedangkan tabung D tambahkan 1 ml akuades. Goyang kedua tabung tersebut selama 5-10 menit. 4) Teteskan sebanyak 5 tetes larutan dalam tabung C ke tabung A, dan larutan dalam tabung D ke tabung B. 5) Panaskan tabung A dan B selama 5 menit dan amati perubahan warna yang terjadi pada larutan tabung A dan B. d. Tes pembuktian adanya maltase Langkah pembuktian adanya maltase seperti langkah pengujian adanya amilase. Hanya saja larutan kanji encer diganti dengan maltosa. e. Tes pembuktian adanya tripsin 1) Siapkan dua tabung reaksi dan berilah label A dan B. Masukkan ke dalam tabung masing-masing 1 ml putih telur yang sudah diencerkan. Panaskan kedua tabung tersebut hingga mendidih. 2) Dinginkan kedua tabung tersebut, setelah dingin masukkan 1 ml ekstrak usus ke dalam tabung A dan 1 ml akuades untuk tabung B. Diamkan 510 menit. 3) Teteskan masing masing 5 tetes reagen biuret ke dalam tabung A dan B. Amati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung. 5. Diskusi a. Mengapa pada percobaan ini harus menggunakan usus ikan yang masih segar? b. Ciri-ciri apa yang dapat anda kemukakan dari hasil percobaan ini sehingga terbukti adanya enzim maltase, amilase dan tripsin ? c. Apa pengaruh cairan empedu terhadap minyak, mengapa proses ini penting dalam pencernaan lemak ? d. Mengapa ekstrak usus harus disimpan selama 1 minggu sebelum diuji? e. Uraikan urutan hidrolisa amilum !

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

27

PENGUKURAN UDARA PERNAFASAN

1. Tujuan a. Mengoperasikan spirometer dengan benar. b. Mengukur udara pernafasan. c. Mengukur kecepatan pernafasan. d. Mengukur ventilasi paru-paru. e. Mengukur udara komplemen. f. Mengukur udara cadangan g. Mengukur kapasitas vital paru-paru. 2. Dasar Teori Salah satu ciri adanya kehidupan adalah bernafas (ventilasi). Dalam pernafasan terdapat dua fase, yaitu : ekspirasi dan inspirasi. Pada waktu ekspirasi, karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dalam metabolisme dikeluarkan dari seluruh jaringan tubuh melalui alat pernafasan. Sedangkan pada waktu inspirasi, oksigen (O2) dihirup dari lingkungan melalui saluran pernafasan kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pada vertebrata, pengedar oksigen diperankan oleh darah dengan cara terikat pada hemoglobin dalam eritrosit. Jumlah oksigen yang dikonsumsi atau dihirup pada waktu inspirasi ini dapat diukur dengan alat yang disebut Spirometer (Gambar 1). Spirometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kapasitas atau kemampuan paru-paru menampung udara pernafasan. Alat ini juga dapat mengukur dan memonitor kecepatan pernapasan, volume udara pernafasan, dan konsumsi oksigen. Alat ini terdiri dari sebuah pelampung yang terletak di atas air dan berisi udara. Spirometer dilengkapi dengan pipa karet berkatup sebagai penyalur udara pernafasan. Fluktuasi volume udara pernafasan oleh orang percobaan menyebabkan pelampung bergerak ke atas dan ke bawah. Untuk mengukur konsumsi oksigen digunakan NaOH atau KOH untuk menyerap karbondioksida dari udara hasil pernafasan.

Gambar 1. Spirometer Pengukuran volume udara paru-paru dapat diukur dengan membiarkan orang percobaan bernafas dengan normal selama 1 menit dan mengambil maupun mengeluarkan nafas sekuat-kuatnya. Adapun cara pengukuran tersebut dicontohkan berdasarkan grafik di bawah ini.

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

28

Gambar 2. Grafik 1) Udara pernafasan, kecepatan pernafasan dan ventilasi paru-paru Membiarkan orang percobaan bernafas dengan normal selama 1 menit. a. Udara pernafasan [ normal tidal volume] adalah volume udara yang keluar masuk paru-paru saat pernafasan normal. Volume udara ini dibaca dari amplitudo grafik yang ditunjukkan pada Gambar 2. 10 mm pergerakan ke atas berarti 500 ml udara. b. Kecepatan pernafasan adalah jumlah pernafasan per menit yang bisa dibaca dari jumlah puncak dalam 1 menit. c. Ventilasi Paru-paru adalah volume udara hasil dari pengalian dari ratarata udara pernafasan dengan kecepatan pernafasan. 2) Udara komplemen, udara cadangan dan kapasitas vital paru-paru Sesudah bernafas dengan normal, orang pecobaan diminta bernafas dalam-dalam dan mengeluarkan nafas sekuat-kuatnya. a. Udara komplemen [inspirasi reserve] adalah udara yang masih dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah pengambilan nafas normal. Pada gambar volume udara komplemen ditunjukkan oleh panjang antara puncak bawah grafik pernafasan normal sampai puncak terbawah grafik pernafasan dalam. b. Udara cadangan [ekspirasi reserve] adalah volume udara yang masih dapat dihembuskan dari dalam paru-paru setelah melakukan pengeluaran nafas normal. Pada gambar volume udara cadangan ditunjukkan oleh panjang antara puncak atas grafik pernafasan normal sampai puncak teratas grafik pengeluaran nafas kuat. c. Kapasitas vital Paru-paru adalah jumlah dari udara pernafasan + udara komplemen + udara cadangan. Pada gambar ditunjukkan oleh panjang dari puncak terbawah sampai puncak teratas grafik pernafasan dalam dan kuat. 3. Alat dan Bahan b. Alat Kimograf Spirometer Gelas piala 600 ml Penggaris c. Bahan Alkohol 70 % Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan 29

Kapas Kertas grafik untuk kimograf Tinta/ spidol 4. Langkah Kerja a. Tempatkan pelampung pada posisinya, periksa bahwa jarum tuas telah berada dalam SLOT logam.Usahakan jika pelampung dipasang airnya tidak tumpah. Atur posisi penyeimbang sehingga garis skala menunjuk pada 0 liter. b. Pasang batang penyeimbang ke lubang yang berada di bagian belakang pelampung hampir penuh. c. Hubungkan masing-masing pipa karet beban ke pipa karet pada spirometer. d. Hubungkan masing-masing pipa karet ke struktur T yang berkatup, sehingga udara pernafasan yang dikeluarkan oleh orang percobaan masuk ke spirometer melalui pipa berlabel IN dan udara dari pelampung diserap melalui pipa berlabel OUT. e. Agar spirometer siap pakai, keluarkan udara dalam ruang pelampung dengan cara menempatkan katup ke tanda ATMOSPHERE. Tekan pelampung ke bawah agar udara dalam ruang tersebut benar-benar keluar. Kemudian tempatkan katup ke arah tanda SPIROMETER. Bila akan mengganti orang percobaan, ulangi pengeluaran udara tersebut dan menempatkan kembali katup di SPIROMETER. Jangan sekali-kali menggunakan minyak pelumas di bagian manapun. f. Masukkan keping mulut ke dalam larutan alkohol 70% sebelum dan sesudah pemakaian untuk mensterilkannya. g. Jika diperlukan grafik hasil monitor, alat ini harus dihubungkan dengan kimograf. Pasangkan pemegang pena pada spirometer. Tempatkan pena pada ujungnya. Atur posisi kimograf sehingga pena dapat menulis dengan baik di atas kertas grafik. h. Setelah pemakaian, lepaskan pelampung dan kosongkan air dari ruangnya. 5. Diskusi a. Apakah volume udara pernafasan setiap orang sama? Mengapa demikian? b. Bagaimana volume udara pernafasan laki-laki dan wanita apakah juga sama? c. Jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada volume udara pernafasan!

Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan

30

Anda mungkin juga menyukai