Anda di halaman 1dari 23

Kategori 3

Media

Sebagai

Mimbar

Wacana

Demokrasi

INDIKATOR UTAMA
A. MEDIA MENCERMINKAN KEBERAGAMAN MASYARAKAT

3.1 Media publik, swasta, dan komunitas melayani kebutuhan semua kelompok masyarakat 3.2 Organisasi media merefleksikan keberagaman sosial melalui praktek kerja mereka

B. MODEL LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK

3.3 Tujuan lembaga penyiaran publik didefinisikan secara hukum dan dijamin 3.4 Operasi layanan penyiaran publik tidak mengalami diskriminasi di semua bidang 3.5 Sistem pemerintahan yang independen dan transparan 3.6 LPP melibatkan masyarakat dan OMS

C. SWA-REGULASI MEDIA

3.7 Media cetak dan penyiaran memiliki mekanisme swa-regulasi yang efektif 3.8 Media menunjukkan budaya swa-regulasi

D. PERSYARATAN KEBERIMBANGAN DAN NON-DISKRIMINATIF

3.9 Pedoman perilaku penyiaran yang berlaku menetapkan persyaratan untuk keberimbangan dan imparsialitas 3.10 Penegakan pedoman perilaku penyiaran yang efektif

E. TINGKAT KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN PUBLIK TERHADAP MEDIA

3.11 Publik menunjukkan tingkat kepercayaan dan keyakinan yang tinggi kepada media 3.12 Organisasi media lebih tanggap terhadap persepsi publik tentang kerja mereka

F. KESELAMATAN JURNALIS

3.13 Jurnalis, asosiasi pekerja media dan organisasi media dapat menjalankan profesi mereka dengan aman 3.14 Praktek media tidak dirugikan oleh suasana tidak aman

Kategori 3

Media Sebagai Mimbar Wacana Demokrasi


A. MEDIA MENCERMINKAN KEBERAGAMAN MASYARAKAT

KONTEKS DAN ISU UTAMA

Meskipun sudah ada pengakuan luas akan peran penting media dalam mempertahankan dan memelihara demokrasi, pemerintahan yang baik dan hak asasi manusia, namun belum ada kesepakatan yang mengatur tata cara pelaksanaannya. Ketegangan seputar permasalahan tersebut diakibatkan oleh tumpang tindih peran media yang berbeda satu sama lain. Di sinilah perdebatan demokratis terjadi, manakala informasi dipertukarkan dan ekspresi budaya dimanifestasikan. Di samping itu juga ada aktor sosial yang bertindak sebagai pengawas atas lembaga-lembaga yang berkuasa (baik negeri maupun swasta) dan menuntut pertanggungjawaban pemerintah. Aktor sosial ini juga bisa jadi bagian dari kekuatan partisan dan instrumen konflik. Dalam kapasitas ini, secara logis media harus mempertanggungjawabkan tindakannya seperti aktor sosial lain, tetapi karena perdebatan terjadi dalam situs ini, sangat penting media diperbolehkan untuk membawa perdebatan dan informasi tanpa kontrol dari pihak manapun atau pemerintah. Hal ini menjadi menyebabkan resistensi dari masyarakat terhadap media, di mana mereka mencoba mengatur media untuk memastikan perilaku media yang bertanggung jawab dan bukannya rezim peraturan yang membedakan antara tanggung jawab media cetak dan siaran, dan memberikan peran demokratis khusus untuk lembaga penyiaran publik.

Dalam rangka memenuhi potensi demokratisnya, adalah persyaratan wajar jika media mencerminkan keberagaman masyarakat. Keberagaman sosial memiliki banyak sisi: jenis kelamin, usia, ras, etnik, kasta, bahasa, keyakinan agama, kemampuan fisik, orientasi seksual, pendapatan, kelas sosial, dan sebagainya. Organisasi media memiliki cukup kekuatan untuk membentuk pengalaman masyarakat tentang keberagaman. Media dapat memuat hal yang menjadi keprihatinan setiap kelompok masyarakat dan memberikan

akses informasi dan hiburan pada kelompok-kelompok yang berbeda lainnya. Media dapat menyediakan platform bagi setiap kelompok untuk dapat tampil dan didengar. Namun media juga dapat menimbulkan kecurigaan, ketakutan, diskriminasi dan kekerasan dengan memperkuat stereotip, memupuk ketegangan antar kelompok dan menyingkirkan kelompok-kelompok tertentu dari wacana publik.

Sebuah media yang pluralis adalah satu (tapi bukan satu-satunya) pra-syarat untuk memperoleh keberagaman. Media berbasis komunitas memiliki peran sangat penting dalam melayani kelompok minoritas atau marginal. Sehingga dukungan negara dan masyarakat sipil untuk komunitas media penting untuk memastikan bahwa media mewakili keberagaman sosial (lihat juga Kategori 2). Masalah kelompok minoritas sangat penting untuk dapat tercermin di media utama juga.

Perilaku media dalam keberagaman sosial juga terkait peraturan resmi misalnya persyaratan bahwa media penyiaran publik adalah untuk melayani semua lapisan masyarakat dan untuk memberikan akses yang adil untuk partai politik. Perilaku media juga dapat diatur oleh hokum, yaitu dalam hukum perdata atau pidana, seperti terhadap pernyataan kebencian.

Peraturan ini terutama penting dalam masyarakat yang lembaga penyiaran komersialnya berkepentingan untuk membidik khalayak perkotaan agar menarik pemasang iklan. Dalam kasus ini, sangat penting bagi media publik dan komunitas dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat miskin atau mereka yang tinggal di daerah terpencil atau pedesaan.

Keberagaman media lebih berakar pada budaya institusional seperti swa-regulasi, pengawasan sesama rekan, dan tanggap terhadap khalayak. Melalui penyebaran teknologi baru, keberagaman sosial dapat terungkap di blog, reportase warga, konten yang dibuat pengguna, dan bentuk lain dari keterlibatan khalayak secara langsung dalam media yang makin meningkat.

Kapasitas media untuk mewakili keberagaman sosial juga tergantung pada komposisi tenaga kerja misalnya berimbangnya jurnalis dan eksekutif media berjenis kelamin perempuan atau yang berasal dari kelompok minoritas.

INDIKATOR UTAMA

3.1

MEDIA

PUBLIK,

SWASTA

DAN

KOMUNITAS

MELAYANI

KEBUTUHAN SEMUA KELOMPOK MASYARAKAT Media menggunakan bahasa yang mencerminkan keberagaman linguistik area sasaran Media menggunakan bahasa yang dimengerti oleh kelompok-kelompok marginal Media komunitas (cetak atau penyiaran) diproduksi untuk kelompok tertentu misalnya masyarakat adat, dan pengungsi Media negara atau publik dalam praktek mewakili pandangan semua spektrum kebijakan dan spektrum yang luas dari kepentingan sosial, termasuk bagian terlemah dari masyarakat Informasi yang disajikan oleh media dapat diakses oleh perempuan dan kelompok marginal (misalnya dengan memperhitungkan bagaimana informasi diakses oleh kelompok tersebut, termasuk tingkat melek huruf)

Sarana verifikasi Perbandingan konten di lembaga penyiaran publik yang ditujukan untuk kelompok berbahasa minoritas atau kelompok marginal Jumlah dan perkiraan lembaga media yang melayani komunitas berbahasa minoritas atau kelompok marginal Pemantauan independen media oleh lembaga yang kredibel, termasuk analisis keberagaman konten

3.2 ORGANISASI MEDIA MEREFLEKSIKAN KEBERAGAMAN SOSIAL MELALUI PRAKTEK KERJA MEREKA Jurnalis perempuan memiliki keterwakilan secara adil di industri media termasuk di tingkat senior Komposisi jurnalis dari kelompok etnik minoritas, bahasa, atau agama, cukup terwakili di semua industri media, termasuk pada posisi senior

Sarana verifikasi Perbandingan jurnalis perempuan dan eksekutif media Perbandingan jurnalis dan eksekutif media dari kelompok minoritas etnik, bahasa, atau agama

SUMBER DATA

Article 19, Broadcasting Pluralism and Diversity: Training Manual for African Regulators, 2006: www.article19.org/pdfs/tools/broadcasting-manual.pdf Commonwealth Broadcasting Association (CBA) with support from UNESCO, CBA Editorial Guidelines, 2005 (http://unesdoc.unesco.org/images/0013/001356/135672e.pdf) European Monitoring Centre on Racism and Xenophobia: www.eumc.eu.int/eumc/index.php Global Media Monitoring Project terkait penggambaran dan keterlibatan perempuan dalam media: www.whomakesthenews.org International Federation of Journalists EU-India gender project: www.ifj.org/default.asp?Issue=Gender%20india&Language=EN International Media Working Group against Racism and Xenophobia diversity-online project: www.diversity-online.org/ Media Diversity Institute: www.media-diversity.org/ and its Reporting Diversity Network: www.media diversity.org/links/rdn.htm Media Sustainability Index www.irex.org/msi MediaWise activities on diversity in the media: www.presswise.org.uk/display_page.php?id=73

UNESCO Institute for Statistics Questionnaire on Newspaper Statistics: www.uis.unesco.org/ev.php?ID=5831_201&ID2=DO_TOPIC UNESCO Institute for Statistics Questionnaire on Radio and Television Broadcasting Statistics: www.uis.unesco.org/ev.php?ID=6554_201&ID2=DO_TOPIC World Association of Community Radio Broadcasters: www.amarc.org

B. MODEL LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK

KONTEKS DAN PERMASALAHAN UTAMA

Definisi lembaga penyiaran publik adalah sebagai berikut: "Lembaga Penyiaran Publik (LPP) atau public service broadcasting LPPadalah penyiaran yang dibuat, dibiayai dan dikontrol oleh publik, untuk publik. Layanan ini bukan layanan komersial maupun milik negara, namun bebas dari campur tangan politik dan tekanan dari kekuatan-kekuatan komersial. Melalui LPP, warga memperoleh informasi, pendidikan dan juga hiburan. Ketika dijamin dengan pluralisme, keberagaman pemrograman, kebebasan editorial, pendanaan yang tepat, akuntabilitas dan transparansi, layanan penyiaran publik dapat berfungsi sebagai landasan demokrasi." (Untuk penjelasan rinci tentang fungsi ini, lihat Piagam Penyiaran Afrika, diterima dalam forum di 'Windhoek Plus 10' forum di tahun 2001, disponsori UNESCO.) Elemen utamanya adalah bahwa lembaga penyiaran publik, termasuk jika LPP tersebut adalah milik negara, harus non-partisan, nirlaba, dengan kewenangan kepentingan publik, dan biasanya berjangkauan dan mempunyai mandat nasional. Seringkali layanan nasional juga dilengkapi dengan layanan penyiaran di daerah, utamanya di parlemen federal negara bagian atau wilayah berotonomi atau yang memerlukan layanan bahasa yang berbeda.

Lembaga penyiaran publik (LPP) umumnya didanai melalui dana publik yang kadang dikumpulkan melalui iuran. LPP juga dapat menarik tambahan dari sektor dana komersial. Penyiaran swasta juga dapat memiliki fungsi pelayanan publik tertentu.

Layanan penyiaran publik didasarkan pada asumsi bahwa pasar tidak dapat memenuhi kebutuhan penyiaran secara nasional. Karakteristik dasar LPPLPP adalah perlindungan dari gangguan, terutama yang bersifat komersial atau politik, terkait regulasi, anggaran dan pengambilan keputusan editorial. Layanan penyiaran publik berkewajiban untuk menjamin bahwa publik menerima informasi politik seimbang, terutama pada saat pemilu.

Selain itu, mereka berusaha untuk memastikan bahwa sistem transmisi mereka meliputi semua wilayah negara, termasuk semua wilayah, budaya dan kelompok bahasa. Jelas bahwa masyarakat perlu dapat mengakses sarana komunikasi (penerimaan siaran, pasokan listrik, dan akses telekomunikasi).

LPP biasanya memiliki iklan dalam jumlah terbatas, atau tidak sama sekali. Layanan mereka seharusnya tersedia gratis pada titik pengiriman atau tersedia dengan biaya yang mampu dibayar oleh sebagian besar penduduk. Kewenangan mereka juga dapat mencakup persyaratan untuk menyediakan liputan berita yang komprehensif dan seimbang; forum debat publik; jumlah minimum kandungan lokal yang diproduksi (kemungkinan melalui penggunaan kuota) dan program yang kreatif, beragam dan asli.

Beberapa LPP bisa jadi memiliki karakteristik tersebut, tetapi tidak semuanya (stasiun berbasis komunitas, misalnya, yang memiliki sebagian besar kewenangan pelayanan publik tapi tidak memiliki jangkauan nasional). Layanan penyiaran publik memiliki peran utama dalam memodernisasi kondisi teknologi media di negaranya dan perlu dimasukkan ke dalam tempat yang tepat untuk melawan kesenjangan digital yang disebabkan oleh lokasi geografis, usia, pendidikan, dan kesejahteraan.

Kewajiban layanan publik dapat ditempatkan pada semua lembaga penyiaran misalnya melalui otoritas regulasi yang mengeluarkan perizinan

INDIKATOR UTAMA

3.3 TUJUAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DITETAPKAN DAN DIJAMIN SECARA HUKUM Kewenangan pelayanan publik dari LPP ditetapkan secara jelas dalam undang-undang LPP memiliki jaminan khusus mengenai independensi editorial dan regulasi pendanaan yang aman dan sesuai untuk melindunginya dari intervensi sewenang-wenang LPPLPP memiliki sumberdaya teknis yang memadai LPP menjadi lembaga publik bertanggung jawab, melalui badan

pimpinannya

Sarana verifikasi Semua peraturan yang relevan yang menetapkankan kewenangan lembaga penyiaran publik Semua kewajiban layanan publik yang relevan yang dikenakan pada satu atau lebih penyiaran Semua peraturan yang relevan yang menjamin independensi editorial dan menetapkan regulasi pendanaan

3.4 OPERASIONAL LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TIDAK MENGALAMI DISKRIMINASI DI BIDANG APAPUN Satelit dan operator kabel tidak menolak memancarkan stasiun LPP atau kontennya

Sarana verifikasi - Bukti peraturan yang jelas yang mencegah diskriminasi oleh operator konten

3.5 SISTEM PEMERINTAHAN YANG INDEPENDEN DAN TRANSPARAN LPP diawasi oleh lembaga independen yang otonominya dijamin oleh hukum

Pengangkatan lembaga pengelolaan yang dilakukan secara terbuka, transparan dan bebas dari campur tangan langsung pemerintah ataupun kepentingan terselubung politik atau ekonomi

Lembaga pengelola memastikan bahwa LPP memenuhi kewenangan pelayanan publik dan melindungi independensinya

Sarana verifikasi - Semua peraturan yang relevan mengenai status dan penunjukan badan pengelola - Bukti badan pengelola menjalankan kewenangannya

3.6 LPP MELIBATKAN PUBLIK DAN OMS LPP terbukti mempunyai komitmen untuk berkonsultasi dan melibatkan masyarakat dan OMS, termasuk sistem pengaduan Keterlibatan masyarakat dalam proses pengangkatan badan pengelola

Sarana verifikasi Bukti konsultasi antara LPP dan misalnya forum umpan balik khalayak Bukti LPP menanggapi keluhan masyarakat secara sistematis

SUMBER DATA

Article 19 International Standards series A Model Public Service Broadcasting Law, June 2005: www.article19.org/pdfs/standards/modelpsblaw.pdf Council of Europe, Committee of Ministers, and Recommendation No R (96) 10 of the Committee of Ministers to Member States on the Guarantee of the Independence of Public Service Broadcasting, Sept 11 1996: www.ebu.ch/CMSimages/en/leg_ref_coe_r96_10_LPP_110996_tcm64322.pdfInternational Federation of Journalists Public Broadcasting for All campaign and related resources: www.ifj.org/default.asp?Issue=pubbroad&Language=EN

International Federation of Journalists international directory of public broadcasters: www.ifj.org/default.asp?Issue=pubroadlinks&Language=EN Public Service Broadcasting Trust India: www.psbt.org/index2.htm Recommendation CM/Rec (2007)3 of the Council of Europe on the remit of public service media in the information society UNESCO, Public Service Broadcasting. A Best Practices Source Book, 2005: http://portal.unesco.org/ci/en/ev.phpURL_ID=20394&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SE CTION =201.html UNESCO, Asia-Pacific Institute for Broadcasting Development: Public Service Broadcasting jajak pendapat legal komparatif, by Toby Mendel, 2000: www.unesco.org/webworld/publications/mendel/jaya_index.html Contoh situs untuk regulator nasional dan regional: Asia-Pacific: www.abu.org.my Bosnia-Herzegovina: www.cra.ba Canada: www.crtc.gc.ca/eng/welcome.htm Czech Republic: http://www.rrtv.cz/en/ Estonia: www.rhn.ee/e_main.htm Europe: www.epra.org/content/english/index2.html Europe: www.ebu.ch/en/index.php Jamaica: www.broadcastingcommission.org Kenya: www.cck.go.ke/home/index.asp Kosovo: www.imc-ko.org/index.php?lang=en&pag=home Nigeria: www.nbc.gov.ng North America: http://www.nabanet.com/ South Africa: www.icasa.org.za/Default.aspx?Page=2 United Kingdom: www.ofcom.org.uk/

C. SWA-REGULASI MEDIA

KONTEKS DAN PERMASALAHAN UTAMA

Jaminan terbaik untuk memastikan standar etika dan profesional yang tinggi dalam jurnalisme adalah swa-regulasi sukarela di dalam dan antara organisasiberita.

Swa-regulasi yang efektif adalah soal model dan budaya. Budaya media nasional mungkin memiliki aparatus swa-regulasi berupa kode etik, ombudsman, komisi pengaduan, mekanisme pencabutan pernyataan dan koreksi di media cetak atau penyiaran, dll - tetapi mungkin tidak efektif tanpa adanya budaya pengawasan publik dan sesama kelompok.

Sebaliknya, swa-regulasi kadang dapat dicapai secara efektif tanpa adanya struktur formal nasional atau lembaga; tetapi dengan kewaspadaan lokal dan internal, tanggap dan transparans pada etika berita dan akurasinya. Swa-regulasi akan berhasil ketika melibatkan semua pemangku kepentingan dalam industri media - penerbit dan pemilik, editor dan jurnalis - juga melibatkan masyarakat yang lebih luas.Organisasi media harus mengembangkan kode etik dan perilaku profesional, yang harus menjadi bagian dari praktek keseharian.

Ketika swa-regulasi media belum berkembang, upaya dapat difokuskan pada permasalahan pokok seperti pengaduan dan pedoman etika. Negara yang lemah, memiliki dilema tertentu terkait regulasi. Di negara yang dilanda konflik, media dapat memperburuk konflik dan kebencian, tetapi upaya untuk menanggapi kondisi tersebut seharusnya tidak diarahkan pada sensor negara untuk melindungi kepentingan politik partisan. Swa-regulasi dengan dukungan internasional untuk pelatihan etika dan pemantauan media akan lebih baik jika dimungkinkan. Tidak ada model tunggal yang sesuai untuk semua konteks.

INDIKATOR UTAMA 3.7 MEDIA PENYIARAN DAN CETAK MEMILIKI MEKANISME SWAREGULASI YANG EFEKTIF Organisasi media mempunyai kode etik yang jelas, dan panduan editorial yang teruji Kode etik secara aktif disebarluaskan kepada jurnalis dan didiskusikan dan ditinjau ulang secara teratur Di tingkat industri, ada sistem untuk menerima pengaduan publik mengenai dugaan pelanggaran terhadap standar etika Swa-regulasi dan badan ombudsman berita, bebas dari kepentingan pemerintah dan komersial

Sarana verifikasi Bukti kegiatan oleh dewan pers independen atau asosiasi jurnalis Bukti penggunaan aktif dan penyebarluasan kode etik oleh dewan pers independen dan asosiasi jurnalis Jumlah pengaduan masyarakat tentang perilaku media dan bukti tanggapan media

3.8 MEDIA MENAMPILKAN BUDAYA SWA-REGULASI Adanya asosiasi jurnalis independen dan mensosialisasikan kebiasaan yang baik Organisasi media tanggap terhadap khalayaknya misalnya saluran untuk pengaduan masyarakat, dan hak jawab Badan swa-regulasi berinteraksi dengan LSM dan publik yang lebih luas dan memiliki beragam keanggotaan sosial Jurnalis atau organisasi media tidak secara rutin melakukan sensor diri

Sarana verifikasi Bukti kegiatan diskusi di komunitas jurnalis dan ranah publik yang lebih luas mengenai etika dan standar Bukti kegiatan oleh asosiasi jurnalis independen terkait etika dan standar

SUMBER DATA

Article 19, Freedom of Accountability Conference Report on Media Self-Regulation in South-East Europe, Sarajevo, June 2005: www.article19.org/pdfs/conferences/sarajevoconference-report.pdf Al-Jazeera Code of Ethics: http://english.aljazeera.net/news/archive/archive?ArchiveId=5190 British Broadcasting Corporation Editorial Guidelines: www.bbc.co.uk/guidelines/editorialguidelines/ Independent Press Councils daftar internasional dewan pers dan sumber yang berkaitan: www.media-accountability.org/html/frameset.php?page=directory Independent Press Councils daftar internasional kode etik www.mediaaccountability. org/html/frameset.php?page=library2 International Federation of Journalists Declaration of Principles on the Conduct of Journalists: www.ifj.org/default.asp?Issue=ETHICS&Language=EN International Freedom of Expression exchange informasi mengenai etika jurnalistik: www.ifex.org/en/content/view/full/51725/ International Journalists Network daftar internasional kode etik: www.ijnet.org/Director.aspx?P=Ethics MediaWise daftar internasional pedoman perilaku: www.presswise.org.uk/display_page.php?id=40 MediaWise sumber yang terkait regulasi dan swa-regulasi: www.presswise.org.uk/display_page.php?id=708 Organization of News Ombudsmen: www.newsombudsmen.org/what.htm Society of Professional Journalists (US) daftar internasional kode etik jurnalistik: www.spj.org/ethicscode-other.asp

D. PERSYARATAN UNTUK KEBERIMBANGAN DAN IMPARSIALITAS

KONTEKS DAN PERMASALAHAN UTAMA

Persyaratan hukum untuk reportase yang berimbang dan tidak memihak sangat bervariasi di antar negara. Deklarasi UNESCO dan pedoman normatif internasional lainnya, menolak setiap pengawasan konten semacam berita dan opini di media cetak atau media internet. Namun, peraturan menekankan imparsialitas dan etika biasanya dimasukkan dalam aturan pemberian perijinan radio dan televisi. Hukum Inggris mengharuskan semua siaran berita dan program lain untuk tidak memihak pada masalah-masalah kontroversial.

Kode etik penyiaran harus menetapkan aturan di mana setiap partai politik dapat memperoleh liputan yang seimbang pada periode pemilihan umum. Model untuk liputan pemilihan umum dapat bervariasi dari negara ke negara. Kode etik penyiaran bagaimanapun tidak boleh , membahayakan independensi editorial media yaitu dengan cara menjadi semacam jubah untuk menyensor atau interferensi. Ada beberapa model kode (lihat tautan di bawah).

INDIKATOR UTAMA

3.9

KODE

PENYIARAN

EFEKTIF

MEMBERIKAN

PERSYARATAN

KEBERIMBANGAN DAN IMPARSIALITAS Kode etik penyiaran menetapkan persyaratan untuk lembaga penyiaran publik dan swasta (misalnya sebagai persyaratan untuk mempertahankan izin penyiaran swasta) Peraturan untuk menjamin penghormatan terhadap prinsip-prinsip

keadilan, keberimbangan dan imparsialitas dalam pemilu, misalnya alokasi waktu siaran untuk calon, reportase jajak pendapat, kuota iklan politik,

siaran partai pemilu, pencegahan liputan yang tidak semestinya kepada otoritas publik seperti yang ditentukan dalam kode pemilu nasional kode etik yang tidak membahayakan terhadap independensi editorial, misalnya dengan memaksakan sistem sensor sebelumnya kesesuaian dengan standar internasional

Sarana verifikasi Semua hukum yang relevan yang mengatur konten siaran terkait keadilan dan imparsialitas Laporan oleh lembaga yang kredibel tentang efektivitas kode etik penyiaran Semua regulasi yang relevan mengenai pelaksanaan reportase saat pemilihan Bukti penyiaran publik yang menyiarkan liputan sidang parlemen yang adil dan berimbang

3.10 EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN KODE ETIK PENYIARAN Pelanggaran kode etik diinvetigasi dan sanksi yang proporsional diterapkan Sistem yang tepat untuk menangani pengaduan masyarakat Peraturan ditegakkan dengan memperhatikan kebebasan dan independensi editorial

Sarana verifikasi Contoh penegakan kode etik penyiaran oleh regulator independen

SUMBER DATA

Article 19 analisis negara tertentu mengenai legislasi yang terkait keberimbangan dan ketidakberpihakan: www.article19.org Article 19, Guidelines for Election Broadcasting in Transitional Democracies: www.article19.org/pdfs/tools/electionbroadcastingtrans.pdf

Article 19, Broadcasting Pluralism and Diversity: Training Manual for African Regulators, 2006: www.article19.org/pdfs/tools/broadcasting-manual.pdf Commonwealth Broadcasting Association and UNESCO, Guidelines for Broadcasting Regulation: http://portal.unesco.org/ci/en/files/21345/11399384219Guidelines_for_ Broadcasting_Regulation.pdf/Guidelines+for+Broadcasting+Regulation.pdf Recommendation CM/Rec (2007) 15 of the Council of Europe mengenai tindakantindakan yang berhubungan dengan liputan media tentang kampanye pemilihan umum. USAID, Office of Democracy and Governance, The Enabling Environment for Free and Independent Media: Contribution to Transparent and Accountable Governance, 2002: www.usaid.gov/our_work/democracy_and_governance/publications/pdfs/pnacm006.pdf

E. TINGKAT KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN PUBLIK TERHADAP MEDIA

KONTEKS DAN PERMASALAHAN UTAMA

Tingkat kepercayaan dan keyakinan publik di media sulit diukur. Penilaian seringkali subyektif atau bergantung pada data yang tidak memadai. Dalam jajak pendapat sering menunjukkan menurunnya kepercayaan pada media justru ketika media menampilkan ikon nasional yang kuat dan populer.

Media yang berbasis komunitas menawarkan peluang tertentu untuk mengukur kepercayaan publik. Misalnya, komunitas yang terlibat dalam evaluasi dan pembaruan mandat siaran komunitas. Bila sumber daya memungkinkan, organisasi media dapat menjalankan riset khalayak sendiri atau berusaha untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan khalayak. Dalam jurnalisme, media itu sendiri memang merupakan forum utama bagi perdebatan tentang kepercayaan publik.

Munculnya blog dan jurnalisme warga secara fundamental mempengaruhi hubungan publik dengan media. Di banyak negara, masyarakat tidak lagi menjadi penerima pasif, tetapi aktif terlibat dengan media, menghasilkan konten, menyesuaikan penggunaan

untuk memenuhi kepentingan pribadi dan memberikan komentar tentang karya jurnalis profesional.

Namun, masyarakat yang tidak memiliki akses internet mungkin merasa diabaikan dari tren ini, dan media tidak boleh mengabaikan kebutuhan mereka. Demikian pula, bila mungkin, sangatlah penting untuk mengukur tingkat kepercayaan yangb berbeda-beda antara perempuan dan kelompok marginal yang mungkin paling kekurangan informasi dan paling tidak mampu membuat pandangan mereka didengar.

INDIKATOR UTAMA

3.11 PUBLIK MENUNJUKKAN KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN YANG TINGGI TERHADAP MEDIA Persepsi bahwa media melaporkan permasalahan yang benar-benar menjadi keprihatinan masyarakat Kepuasan dengan keberimbangan antara berita dan informasi lokal dan nasional Persepsi bahwa jurnalis dan organisasi media memiliki integritas dan tidak korup Persepsi bahwa reportase beritanya adil dan tidak memihak Tingkat partisipasi tinggi masyarakat dengan media yang ditunjukkan dengan: tingkat partisipasi khalayak dalam program talk back, atau ruang pembaca di koran, dll

Sarana verifikasi

Jajak pendapat publik yang terkait kepercayaan dan keyakinan pada media Penilaian media oleh misalnya klub pendengar radio Survei dan studi lapangan lain yang terkait persepsi media Wawancara dengan sampel pendengar/pemirsa/pembaca tentang persepsi mereka terhadap media

Bukti keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi penyiaran komunitas

3.12 ORGANISASI MEDIA TANGGAP TERHADAP PERSEPSI KINERJA MEREKA Organisasi media berusaha mengetahui lebih lanjut khalayak mereka dan persepsi mereka tentang kualitas dan keberagaman budaya pada acara dan berita mereka Organisasi media menyediakan saluran untuk keterlibatan khalayak telepon interaktif, debat, dan reportase warga Organisasi media menetapkan mekanisme audit internal untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas Mekanisme yang berbasis komunitas untuk mengevaluasi media komunitas

Sarana verifikasi bukti aktivitas riset khalayak oleh organisasi media bukti organisasi media menanggapi kritik atau kurangnya kepercayaan publik bukti organisasi media menyediakan saluran untuk keterlibatan khalayak bukti dari kelompok masyarakat sipil seperti ombudsman, asosiasi konsumen dll.

SUMBER DATA

BBC World Service Trust riset dan pembelajaran: http://www.bbc.co.uk/worldservice/trust/researchlearning/Annual Edelman Annual Trust Barometer 2006: www.edelman.co.uk/insights/trust/Edelman%20Trust%20Barometer%202006.pdf Globescan 2006, BBC/Reuters/Media Center Poll: Trust in the Media: www.globescan.com/news_archives/bbcreut.html International Institute for Democracy and Electoral Assistance bekerja dengan organisasi di seluruh dunia untuk mendukung kompilasi empat barometer demokrasi regional utama. Tautan untuk keempat barometer: www.idea.int/democracy/globalbarometers.cfm

MediaWise proyek mengenai kepercayaan publik terhadap media: www.mediawise.org.uk/display_page.php?id=72 Pew Global Attitudes Project serangkaian survei opini publik sedunia: http://pewglobal.org/ Pew Global Attitudes Project: Truly a World Wide Web Globe Going Digital: http://pewglobal.org/reports/display.php?ReportID=251 Telecom Express 2006, Television is as Trustworthy as Friends: Survey: www.predicaments.com/telecomexpress/fullarticle.php?id=41 Transparency International Corruption Perceptions Index: www.transparency.org/policy_research/ surveys_indices/global/cpi

F. KESELAMATAN JURNALIS

KONTEKS DAN PERMASALAHAN UTAMA

Jaminan kebebasan berekspresi tidak berguna jika jurnalis tidak dapat melaksanakan haknya dengan aman. Ketika individu atau organisasi media terus-menerus tunduk pada pengawasan, ancaman, pelecehan atau serangan fisik, media tidak bisa melaksanakan perannya sebagai mimbar wacana demokratis. Anggota komunitas media yang paling rentan adalah karyawan paruh waktu, staf dan karyawan sementara. Kondisi kerja yang buruk dan praktek korupsi juga dapat mengarah ke sensor diri.

Kejahatan terhadap jurnalis dapat dilakukan oleh negara atau kekuatan ekstra-legal. Keduanya sangat penting untuk dapat menjamin bahwa tindak kejahatan tersebut diadili untuk mencegah berkembangnya iklim kekebalan hukum. Selain itu, sumber jurnalis harus dilindungi dari pengungkapan paksa; kaena kerahasiaan sumber adalah salah satu pilar jurnalisme profesional dan dilindungi oleh hukum internasional.

INDIKATOR UTAMA

3.13

JURNALIS,

ASOSIASI

DAN

ORGANISASI

MEDIA

DAPAT

MEMPRAKTEKKAN PROFESI MEREKA DENGAN AMAN Jurnalis dan pekerja media yang terkait tidak tunduk pada ancaman, pelecehan atau pengawasan Jurnalis, pekerja media terkait tidak diserang secara fisik, secara tidak sah ditahan atau dibunuh karena melakukan kegiatan yang sah Organisasi media tidak dibredel karena melakukan kegiatan yang sah, atau diancam untuk ditutup Kejahatan terhadap jurnalis harus diadili dan tidak ada iklim kekebalan hukum Organisasi media memiliki kebijakan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan staf mereka Langkah-langkah perlindungan sosial yang tersedia untuk semua staf, termasuk karyawan sementara dan karyawan paruh waktu

Sarana verifikasi Statistik kasus ancaman yang dikonfirmasikan, pelecehan, serangan fisik, pembunuhan, dan penahanan tidak sah Dokumentasi kasus pembredelan atau ancaman penutupan lembaga media Bukti investigasi dan penuntutan, atau kegagalan menyelidiki, atau menuntut kejahatan terhadap jurnalis

3.14 PRAKTEK MEDIA TIDAK DIRUGIKAN OLEH IKLIM YANG TIDAK AMAN Jurnalis tidak secara rutin melakukan sensor diri karena takut akan hukuman, pelecehan atau serangan Kerahasiaan sumber dilindungi dalam hukum dan dihormati

pelaksanaannya

SUMBER DATA

UNESCO Medellin Report Press Freedom: Safety of Journalists and Impunity, 2007: http://unesdoc.unesco.org/images/0015/001567/156773e.pdf Committee to Protect Journalists: Journalists Killed Statistics: www.cpj.org/killed/killed_archives/stats.html Freedom House Survei kebebasan pers indikator terkait lingkungan politik: www.freedomhouse.org/uploads/PFS/PFSMethodology2006.pdf www.freedomhouse.org/uploads/PFS/PFSGlobalTables2006.pdf International Federation of Journalists laporan tahunan mengenai jurnalis dan pekerja media yang terbunuh: www.ifj.org/default.asp?Issue=KILL&Language=EN International Freedom of Expression exchange informasi mengenai keamanan jurnalis: www.ifex.org/en/content/view/full/240/ International Freedom of Expression exchange informasi mengenai kekebalan hukum: www.ifex.org/en/content/view/full/237/ International News Safety Institute: www.newssafety.com International Research and Exchanges Board Media Sustainability Index: www.irex.org/msi/index.asp Reporters sans Frontires Worldwide Press Freedom Index: www.rsf.org/rubrique.php3?id_rubrique=554

Anda mungkin juga menyukai