Anda di halaman 1dari 12

Nama Anggota kelompok :

1. Dina Noor Qomariah 2. Emilda Prasiska 3. Evi Susanti 4. Hidayatullah 5. Lisa Mayangsari 6. M. Faisal kada tahu 7. Nura 8. Nurul Himmah 9. Rini Novia Nita 10. Risma Zuraida

(A1C209024) (A1C209023) (A1C209024) (A1C209024) (A1C209027) (A1C209024) (A1C209024) (A1C209019) (A1C209028) (A1C209025)

A. Definisi Darah Darah adalah cairan tubuh yang memberikan zat-zat yang diperlukan untuk tubuh sel - seperti nutrisi dan oksigen - dan transportasi limbah produk dari sel-sel yang sama. Pada vertebrata, itu terdiri dari sel-sel darah tersuspensi dalam suatu cairan yang disebut plasma darah. Plasma, yang terdiri dari 55% dari cairan darah, sebagian besar merupakan air (90% berdasarkan volume), dan mengandung protein terlarut, glukosa, ion mineral, hormon, karbon dioksida (plasma menjadi media utama untuk produk ekskretoris transportasi), platelet dan sel-sel darah itu sendiri. Ada sel-sel darah dalam darah terutama sel-sel darah merah (juga disebut sel darah merah atau eritrosit) dan sel-sel darah putih, termasuk leukosit dan platelet. Sel yang paling banyak dalam darah vertebrata sel darah merah. Ini mengandung hemoglobin, suatu zat besi yang mengandung protein, yang memudahkan pengangkutan oksigen oleh reversibel mengikat ini pernafasan gas dan sangat meningkatkan kelarutannya dalam darah. Sebaliknya, karbon dioksida hampir seluruhnya diangkut extracellularly dilarutkan dalam plasma sebagai bikarbonat ion.

Komposisi Darah Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Darah terdiri dari: Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)

Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.

Darah melakukan banyak fungsi penting dalam tubuh, yaitu salah satunya: 1) Sebagai alat pengangkut yaitu, a. Mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh. b. Mengangkat CO2 dari jaringan untukl dikeluarkan melalui paru-paru. c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan atau alat tubuh. d. Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal. 2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantara leukosit dan antibody atau zat-zat anti racun. 3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

4) Peraturan tubuh pH (pH normal darah dalam kisaran 7,35-7,45) (meliputi hanya 0,1 unit pH) . Darah pH diatur untuk tetap dalam kisaran sempit 7,35-7,45, sehingga sedikit basa. Darah yang mempunyai pH di bawah 7,35 terlalu asam, sedangkan di atas 7,45 pH darah terlalu basa. PH darah, tekanan parsial oksigen (PO 2), tekanan parsial karbon dioksida (PCO 2), dan HCO 3 secara hati-hati diatur oleh sejumlah mekanisme homeostatis, yang mengerahkan pengaruh mereka terutama melalui sistem pernafasan dan sistem ekskresi dalam rangka untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa. Homeostatis adalah pengaturan fisiologis yang digunakan untuk mengembalikan keadaan normal apabila terganggu, pengaturan sifat pendaparan dilakukan oleh ginjal dan pernafasan. Kelebihan asam atau basa mekanisme homeostatis sebagian besar dari fisiologis menyangkut mekanisme pengaturan kerja untuk mempertahankan kemantapan lingkungan dalam . Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH: pH 7,0 adalah netral pH diatas 7,0 adalah basa (alkali) pH dibawah 7,0 adalah asam. Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh memiliki beragam mekanisme untuk

mempertahankan homeostasis dalam darah dan cairan ekstraselular.

Pembuangan karbondioksida Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).

Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbondioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam, dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa Darah pH Darah : 7.35-7.45 untuk menjaga homeostasis


Alkalosis pH > 7.45 Acidosis pH <>

pH ditentukan oleh ion hidrogen (H+).


Ion H+ meningkat, pH menurun (alkalis) Ion H+ menurun, pH meningkat (asidis)

B. Faktor-faktor yang mempertahankan Nilai pH Darah 1. Sistem Penyangga Sistem penyangga kimia (buffer system) adalah suatu bahan kimia yang dapat menetralkan asam atau basa yang dihasilkan, atau masuk kedalam tubuh. Artinya, sistem ini dapat mengurangi perubahan pH pada suatu larutan yang padanya ditambahkan asam ataupun basa. Ini dapat terjadi karena pada sistem penyangga ini terdapat unsur asam dan basa. Bila didalam tubuh terdapat penambahan asam, sehingga pH akan turun, asam akan ditangkap oleh unsur basa dari sistem penyangga, sehingga perubahan pH akan dapat dinetralkan. Demikian juga sebaliknya, bila didalam tubuh terdapat penambahan basa, dimanan pH seharusnya akan naik, basa itu akan diikat oleh unsure asam dari sistem penyangga sehingga kenaikan nilai pH dapat dikurangi. Tentu harus disadari, sistem penyangga ini juga punya keterbatasan kerja. Tidak semua asam atau basa yang masuk dapat diikatnya dengan baik.

Bila penambahan asam atau basa itu cukup banyak, tentu akan diikat oleh unsur asam dari sistem penyangga sehingga kenaikan nilai pH dapat dikurangi Ada 4 sistem penyangga kimia yang penting di dalam tubuh, yaitu: I. Sistem bikarbonat-asam karbonat, yang merupakan sistem terbanyak dan terpenting. II. Sistem penyangga hemoglobin. III. Sistem penyangga fosfat. IV. Sistem penyangga protein. Buffers Darah yaitu : Reaksi kimia untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen (H+) :

mengikat H+ saat pH turun melepas H+ saat pH meningkat

Sistem Buffer Bicarbonate

Merupakan senyawa asam carbonic (H2CO3) dan sodium bicarbonate (NaHCO3)

Asam kuat bereaksi dgn Ion Bicarbonate (HCO3) agar berubah menjadi asam lemah

Basa kuat dipisahkan Asam carbonic menjadi basa lemah dan air

2. Sistem pernapasan Melalui sistem pernafasan ini, CO2 darah dapat dikeluarkan. Seperti telah dibahas terdahulu, perubahan kadar CO2 akan mempengaruhi kadar H2CO3, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan nilai pH. Pada keadaan asidosis metabolik misalnya, akan terjadi hiperventilasi panjang mengakibatkan pengeluaran CO2, sehingga nilai pH yang rendah dapat diperbaiki. Paru-paru menyediakan cara yang lebih cepat untuk membantu mengontrol pH darah. Meningkat-respons untuk latihan pernapasan membantu untuk menetralkan efek penurunan pH latihan dengan membuang CO2, komponen pokok penyangga pH dalam darah. Asidosis yang terjadi akibat

kegagalan paru-paru untuk menghilangkan CO sebagai asidosis pernafasan.

secepat dihasilkan dikenal

Pengaturan sistem Pernapasan terhadap keseimbangan asam-basa

Karbon Dioksida pada darah diubah menjadi ion bikarbonat dan dipindahkan oleh plasma.

Peningkatan konsentrasi ion hidrogen menghasilkan banyak asam karbonik.

Ion hidrogen yang berlebihan dapat diturunkan dengan pelepasan karbon dioksida dari paru-paru.

Frekuensi pernapasan : meningkat dan menurun tergantung perubahan pH darah

3. Sistem ekresi (Ginjal) Di ginjal dapat terjadi sekresi dan reabsorbsi ion HCO3, kerja ginjal akan berperan besar dalam penentuan nilai pH. Artinya, ginjal berperan untuk mempertahankan keseimbangan komponen metabolik, yaitu ion HCO3, agar proses metabolismedapat berjalan dengan baik. Ginjal membantu menghilangkan kelebihan zat kimia dari darah, seperti yang dibahas dalam Dialisis ginjal tutorial. akhirnya menghapus (dari tubuh) H
+

Ini adalah ginjal yang pada

ion dan komponen lain dari pH buffer

yang membangun berlebihan. Asidosis yang terjadi akibat kegagalan ginjal untuk melakukan fungsi ekskretoris ini dikenal sebagai asidosis metabolik. Namun, ekskresi oleh ginjal adalah proses yang relatif lambat, dan mungkin memakan waktu terlalu lama untuk mencegah asidosis akut akibat penurunan tiba-tiba pH (misalnya, selama latihan). Pengaturan Ginjal terhadap keseimbangan asam-basa

Ekskresi ion bicarbonate jika dibutuhkan Merubah atau membuat ion bicarbonate jika dibutuhkan pH Urine : 4.5-8.0

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah: 1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia. 2. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari. 3. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida, jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

GANGGUAN SISTEM ASAM BASA Ada 4 jenis gangguan utama yang selama ini telah kita kenal, yaitu asidosis metabolik, alkalosis metabolik, asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik. Seperti diketahui, asidosis adalah suatu keadaan di mana kadar ion H+ dalam darah lebih tinggi dari normal (pH rendah), sedangkan alkalosis adalah suatu keadaan di mana kadar H+ di dalam darah lebih rendah dari normal (pH tinggi).

1. Asidosis metabolik Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara

menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma. Penyebab : Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama: 1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik. 2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula. 3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.

Penyebab utama dari asidosis metabolik: Gagal ginjal Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal) Ketoasidosis diabetikum

Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.

2. Alkalosis metabolik Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.

Penyebab : Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik: 1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat) 2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung 3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).

3. Asidosis respiratorik Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan

mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

Penyebab : Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan

karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti: - Bronkitis kronis - Pneumonia berat - Asma Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

4. Alkalosis respiratorik, Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah. Penyebab : Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah: - rasa nyeri - sirosis hati - kadar oksigen darah yang rendah - demam

10

- overdosis aspirin Pengobatan : Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi respiratorik. kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis

MEKANISME KOMPENSASI Kompensasi tubuh terhadap perubahan pH akan dilakukan melalui sistem pernapasan dan ginjal, tergantung dari bentuk gangguan asam basa yang terjadi. Bentuk-bentuk kompensasi adalah sebagai berikut: 1) Asidosis metabolik, akan menimbulkan perangsangan untuk stimulasi pernapasan. Akibatnya P CO2 darah akan menurun, dan ini tentu berakibat kenaikan PH. Jadi, penurunan pH pada asidosis metabolic akan dikompensasi oleh suatu reaksi alkalosis respiratorik (pH, PCO2 ). 2) Alkalosis metabolik, akan menimbulkan depresi pernapasan sehingga PCO2 darah akan meningkat, yang ini tentunya akan mengakibatkan penurunan pH. Jadi kenaikan pH pada alkalosis metabolik akan dikompensasi oleh suatu reaksi asidosis respiratorik. 3) Asidosis respiratorik, akan menimbulkan peningkatan reabsorbsi HCO3 di ginjal, akibatnya kadar HCO3 didarah akan meningkat dan pH juga akan naik. Jadi, asidosis respiratorik akan dikompensasi oleh suatu alkalosis metabolik (pH ,HCO3).

11

4) Alkalosis respiratorik, akan menurunkan reabsorbsi HCO3 di ginjal. Akibatnya kadar HCO3darah akan menurun dan dengan sendirinya nilai pH akan turun pula. Artinya, alkalosis respiratorik di tubuh akan dikompensasi oleh suatu asidosis metabolik.

DAFTAR PUSTAKA Ahmad A. K. Muda. (1995). Kamus Lengkap Kedokteran. Penerbitan Citas Media Pers Surabaya. Anderson Silvia Price (1996). Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Andi Santoso Agustinus, Dr. (1994). Stuktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Akademi Perawatan St. Carolus, Jakarta. Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://choled.wordpress.com http://forumkimia.multiply.com/tag/darah http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/keseimbangan-cairan-tubuh-dan-asambasa.html http://ch1ples.wordpress.com/2008/03/06/dasar-sistem-tubuh-manusia/

12

Anda mungkin juga menyukai