Askep NAPZA
Askep NAPZA
Perkembangan
Peredaran NAPZA sudah sangat
mengkhawatirkan shg cepat / lambat penyalahgunaan NAPZA akan menghancurkan generasi bangsa atau disebut dengan lost generation (Joewana, 2005). Faktor individu (kepribadian); faktor keluarga (hubungan individu dengan keluarga) misalnya kurang perhatian keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya; faktor lingkungan (kurang positifnya sikap masy thd masalah tsb) misalnya ketidakpedulian masy
Perkembangan
makin banyaknya individu yg dirawat di RS
krn penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu mengalami intoksikasi zat dan withdrawal.
khususnya tenaga keperawatan dlm membantu masy yg sedang dirawat di RS untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masy tentang perawatan dan pencegahan kembali penyalahgunaan NAPZA pada klien
bahkan sampai setelah terjadi masalah. KETERGANTUNGAN/ADIKSI 1. GEJALA PUTUS ZAT suatu kondisi dimana individu yg biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosis tertentu menurunkan jml zat yg digunakan/ berhenti memakai, 2. TOLERANSI peningkatan jml zat u/ memperoleh efek yg diharapkan. Gejala putus zat & toleransi mrp tanda ketergantungan fisik
Eksperimental
Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja, sering dikatakan taraf coba-coba. Rekreasional Penggunaan zat adiktif pd wkt berkumpul dengan teman sebaya dgn tujuan rekreasi Situasional: Mempunyai tujuan secara individual, sdh mrp keb bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri/ mengatasi masalah yg
Ketergantungan
Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat shg menimbulkan kumpulan gejala sesuai dgn macam zat yg digunakan.
gejala ini timbul paling awal bila berhenti menggunakan obat Ketergantungan fisik (jasmani), mengikuti gejala ketergantungan psikik, seperti demam, kejang-kejang Toleransi selalu timbul pasa setiap ketergantungan obat
Kelainan yg timbul
Infeksi --- karena suntikan tidak steril Kelainan mata --- asap ganja Teratogenik --- diazepam Bayi BBLR --- nikotin Psikosis (sakit jaringan) --- amfetamin Daya fikir tumpul --- barbiturat, morfin Kelainan/cirrhosis hati --- alkohol Atrofi otak --- ganja
Dokter :
Penulisan resep yg berlebihan Penggunasalahan psikotropika, narkotika Penulisan plasebo yg tidak tepat Penulisan bbrp macam obat yg bersamaan Polifarmasi resep yg sangat lama
Faktor-faktor Yg Berperan
Dokter
Tdk mungkin memahami semua farmakologi
obat dgn benar Ingin mencoba obat baru Ingin memenuhi segala permintaan penderita demi popularitas & keuntungan pribadi
Penderita
Sikap ingin mencoba obat tertentu Sikap sosial --- membagikan obat ke tetangga
Apotik
Penjualan obat bukan bebas tanpa resep,
Pabrik Obat
Derasnya advertising Penjualan obat kpd bukan PBF (distributor)
Masyarakat
Sikap masyarakat (terutama penderita) dlm
menanggapi penggunaan obat Tidak mau ketinggalan mode Kepercayaan berlebihan pd tetangga paramedis dan non dokter yg menyembuhkan penyakit dgn obat
Jenis NAPZA
NARKOTIKA
menurut UU No. 22 tahun 1997 adalah zat atau obat berbahaya yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Wresniwiro dkk. 1999). seperti ganja, daun kokain (alami), amfetamin, metadon, dekstropropakasifen, deksamfetamin (sintesis) , heroin, morfin,
Sintesis menyebabkan :
1. Depresan : membuat pemakai tertidur / tidak sadar 2. Stimulan : membuat pemakai bersemangat dlm beraktivitas kerja dan merasa badan lebih segar. 3. Halusinogen : membuat pemakai jadi berhalusinasi
PSIKOTROPIKA
Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh stimulansia yang membuat pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis. (Hawari, 2006)
(speed, shabu-shabu, whiz, dan sulph) , ektasy (metamfetamin), dan fenfluramin. Golongan stimulan lainnya adalah : 1. halusinogen yang dapat mengubah perasaan dan pikiran shg perasaan dapat terganggu. 2. Sedative dan hipnotika seperti barbiturat & benzodiazepine mrp golongan stimulan yg dpt mengakibatkan rusaknya daya ingat dan kesadaran, ketergantungan scr
zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kes ling hidup scr langsung dan tidak langsung yg mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik seseorang jika disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999).
1. golongan A (kadar ethanol 1% sampai 5%) bir, green sand 2. golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai 20%) anggur malaga 3. golongan C (kadar ethanol lebih dari 20% sampai 55%) brandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bila kadarnya dlm darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya 0,10% (Marviana dkk. 2000).
1. Kepribadian 2. Intelegensia 3. Usia 4. Dorongan kenikmatan dan rasa ingin tahu 5. Pemecahan masalah Eksternal 1. Keluarga 2. Kelompok/teman sebaya .Sinaga (2007) 78,1% 3. Kesempatan
Dampak
(martono,2006)
mengakibatkan terganggunya fungsi otak dan perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan), overdosis (OD), yang dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan dan perdarahan otak, kekambuhan, gangguan perilaku (mental sosial), gangguan kesehatan, menurunnya nilai-nilai, dan masalah ekonomi dan hukum
Bagi keluarga.
mengakibatkan suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu., orang tua akan merasa malu krn memilki anak pecandu, merasa bersalah, dan berusaha menutupi perbuatan anak mereka. Stres keluarga meningkat, merasa putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat pemakaian narkoba ataupun melihat anak yang harus berulangkali dirawat atau bahkan menjadi penghuni di rumah tahanan
merusak disiplin dan motivasi yang sangat tinggi untuk proses belajar. berhubungan dengan kejahatan dan perilaku asosial lain yang menganggu suasana tertib dan aman, rusaknya barang-barang sekolah dan meningkatnya perkelahian.
Bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
mengakibatkan terbentuk pasar gelap perdagangan NAPZA yang sangat sulit diputuskan mata rantainya. Akibatnya negara mengalami kerugian karena masy tdk produktif, kejahatan meningkat serta sarana dan prasarana yg harus disediakan untuk mengatasi
Pengkajian
Kaji situasi kondisi penggunaan zat
1. Kpn zat digunakan 2. Kpn zat mnjadi lbh sering digunakan/mulai menjadi mas 3. Kpn zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara 2. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat 3. Kaji pola penggunaan 1. Waktu penggunaan dalam sehari/ seminggu 2. Tipe situasi (setelah berdebat atau
3. Lokasi 4. Kehadiran atau bertemu dengan orangorang tertentu 5. Adanya pikiran-pikiran tertentu (Ah, sekali nggak bakal ngerusakatau Saya udah g tahan lagi nih, saya harus make) 6. Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan) 7. Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur atau stres yang berkepanjangan)
1. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA 2. Deteksi dini perubahan perilaku 3. Menolak tegas untuk mencoba (Say no to drugs) atau Katakan tidak pada narkoba
PENGOBATAN
1. Detoksifikasi : upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat a. Detoksifikasi tanpa subsitusi Klien ketergantungan putau (heroin) dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri (tdk diberi obat)
b. Detoksifikasi dengan substitusi Putau atau heroin dpt disubstitusi dgn memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dpt juga diberikan obat yg menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dgn gejala yg ditimbulkan
REHABILITASI
upaya kes yg dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001).
(detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) mg dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yg bersangkutan dpt melanjutkan ke prog rehabilitasi (Hawari, 2003) setelah klien mengalami perawatan selama 1 mg menjalani prog terapi dan pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. ( parameter sembuh menurut medis bisa