Anda di halaman 1dari 3

Ujian Hati Ketika Menghadapi Ujian Akhir Semester

Tak lama lagi kita akan menghadapi ujian akhir semester (UAS), sebuah tradisi seorang pelajar yang tak bisa dielakan dari dulu hingga sekarang. Namun selalu saja kita gagap menghadapinya. Padahal sudah sejak lama kita melewati berbagai ujian tertulis semacam ini. Dari ulangan harian, uji blog, ujian semester, ulangan umum, hingga ujian nasional, ujian sekolah dan ujian praktek sudah pernah kita lalui semua. Namun entah apa yang membuat kita masih saja gagap menghadapi ini. Mungkin kita tidak belajar dari pengalaman kah, atau kegagapan ini menjadi bagian dari tradisi menghadapi ujuan? Dapat kita lihat pola pikir kebanyakan pelajar saat ini adalah mendapatkan nilai yang tinggi namun dengan usaha yang tidak terlalu suasah-payah. Ini ironi bagi seorang yang memilih untuk menjadi pelajar. Berbeda halnya dengan orang-orang pekerja yang paling tidak suka untuk mempelajari buku pelajaran. Dari beberapa kawan yang saya temui mengatakan kalau belajar merupakan masalah. Belajar merupakan suatu langkah kesiapan untuk menghadapi tahapan-tahapan ujian. Bila belajar merupakan masalah jadi perlu metode tersendiri untuk memecahkanya. Sehinga ujian merupakan masalah yang harus dihadapi, tapi melangkahkan kaki merupakan masalah. Sulit melangkah Karena suber daya bermasalah entak kesleo atau terluka. Jadi bukan belajar yang menjadi masalah tetapi orangnyalah yang sedang ada problem. Luka pada kaki yang membuat anda melangkah seperti seseorang yang enggan untuk belajar. Kebanyakan karena malas membuka buku, malas mengulang materi. Ini sumber utama dan cukup berfareasi kita beranjak dari sikap malas tersebut. Ada yang satu bulan sebelum ujian belajar instensif, ada pula yang satu minggu, satu hari. Yang paling banyak pada malam hari atau kita kenal dengan sebutan wayangan. Ada pula serangan fajar, belajar pada pagi-pagi membuka buku pelajaran berduyun-duyun menunggu ujian dimulai. Yang paling parah belajar disaat ujian (mencontek). Berbagai macam sikap dan problema menghadapi ujian semester begitu kompleks dan deramatis. Dari yang santai santai sampai yang tegang. Dari yang mencontek hingga yang memberikan contekan. Sikap santai ini ditunjukan pada dua sosok yang berbeda, pertama karena model belajar yang selalu membaca ulang pelajaran yang didapat, sehingga ketika ujian sudah siap dan mantap. Yang kedua alasanya jauh berbeda, tidak pernah belajar bahkakan sering absen mengandalkan contekan ketika hari H. Yang tegang pun cukup beragam, ada yang belajar instensif tetapi masih kurang percaya diri ketika ujian berlangsung terkadang masih tengok kanan-kiri. Ada pula yang tegang kalau tepean yang disiapkan semalaman ketahuan oleh dosen pengawas. Ada yang tidak mau mencontek tetapi member contekan, ada pula yang berpolotik dagang sapi tukar menukar jawaban, ada pula yang selalu memengadahkan tangan semua jawaban dari hasil contekan. Tahapan evaluasi sudah barang tentu menjadi sebuah tradisi kehidupan pelajar dan mahasiswa. Namun budaya mencontek merupakan bentuk ppenyimpangan yang umum terjadi. Inilah yang meciderai esensi evaluasi belajar. Nilai kuantitatif menjadi tolak ukur, tak peduli dengan kualitas usaha yang diupayakan. Padahal bila dicermati kebutuhan seorang pelajar adalah terpenuhinya hasrat intelegensi sepuas mungkin ditengah

dahaganya minimnya pengetahuan. Hasrat intelegensi tentu akan sedikit terpenuhi dengan menggali kilang-kilang ilmu yang begitu dalam terpendam sejuta keingin tahuan. Bukan mengejar nilai tanpa pemaknaan. Gairah belajar tentu perlu Anda jaga dan pertahankan agar tidak kedodoran ketika menghadapi ujian. Dan kebanyakan setelah merasa belajar sungguh sungguh akan menjadi enggan untuk contekan dan lebih memilih untuk berusaha sendiri. Pada akhirnya Anda sedikit terhidar untuk menghalalkan segala cara. Menjaga diri tetap perima juga sangat perlu agar diri dapat terhindar dari penyakit. Pada ujian kali ini tidak sekedar menguji kita untuk mengerjakan soal tetapi menguji kita untuk menahan diri dari berbagai bentuk penghalalan segala cara. Ujian terbesar dalam setiap tahapan evaluasi adalah ujian mengendalikan diri. Berusaha menampilkan diri apaadanya, kompetisi sehat, dn sikap seportif menerima hasil ujian apapun bentuknya. Serta sikap pantang menyerah untuk menghadapi segala bentuk ujian hidup. Karena tujuan akhir kita kembali pada kehadirat Allah dengan segala keridhoanya. Inilah tujuan hidup yang sering kali kita abaikan. Terkadang tujuan mulia ini terkaburkan dengan tipuan angan angan, kuliah menjadi untuk mencari pekerjaan enak. Yang kadang masih ditepis apasalahnya bercita cita mendapat pekerjaan halal. Pertanyaanya salahkah mencari yang halal menggunakan cara haram? Tentu merubah kebiasaan buruk mencontek sangat susah terlebih setigmanisasi sudah terprogam dalam diri bahwa nilai kecil merupakan aib, dan belajar memusingkan kepala. Setidaknya pada UAS kali ini menjjsdi momen untuk berbenah diri bertahap demi bertahap. Sehingga ada perubahan yang nyata pada diri kita. Adapun beberapa tips yang perlu Anda jadikan masukan ketika menghadapi UAS nanti. 1. Tanamkan pada diri mencari ilmu merupakan tugas suci, belajar merupakan ibadah karena suatu perbuatan tanpa didasari ilmu akan menjadi ketidak teraturan tatanan hidup. Sudah barang tentu Anda tidak patut mengotori tugas suci ini. Baju yang kotor jika dicucu dengan air najis tentu akan menjadi bertambah kotor dan bau. Serta menjadi langkah awal untuk mengamalkan ilmu, karena hamper setiap pelajaran menekankan pentingnya kejujuran. 2. Kuatkan tekat untuk belajar, atur waktu kesenangan anda jangan sampai Anda diatur oleh kesenangan dunia. Jangan jadikan perkatan menjadi mantra, dengan mengatakan saya igi nilai bagus saja tanpa tindak lanjut tentu hanya menjadi angan angan kosong. Segera mungkin belajar jangan telalu memedulikan media komunikasi seperti HP. Kebanyakan belajar sambil smsan, telponan, dan FBan materi pelajaran menjadi tembus pandang bahkan kasat mata alias yang dipelajari banyak yang mental entah kemana. Jangan hiraukan sms yang tidak telalu penting meskipun itu orang penting. 3. Belajar menyenangkan, jadikan belajar sebagai kebutuhan bukan sebuah beban berat yang membawa derita. Rombak semua bentuk pemikiran belajar adalah masalah. Tentu niat semacam ini belum akat teruji sebelum muncul banyak rintangan, jadikan segala bentuk rintangan tersebut sebagai sebuah tantangan. Tak ada kata menyaerah, entah jatuh atau bangun perlu dilakukan untuk menghadapi

tantangan belajar.Seberat apapun materi yang akan di ujikan sebisah mungkin kita taklukan, entah dengan membaca berulan ulang, membuat jembatan keledai, asosiasi, atau bagan dan pernaan tulisan. 4. Mengotrol kondisi kesehatan, bukan berarti popolan belajar sampai lupa makan dan tidur yang pada akhirnya lelah dan sakit. Belum berperang sudah kehabisan peluru tentu akan menjadi bomerang bagi Anda.Hemat tenaga sebisah mungkin sehingga tidak kedodoran ketika hari H. Maka dari itu persiapan sebisah mungkin jangan mepet. Waktu waktu mwpet didunakan untuk menata nata yang akan dibawa. 5. Diskusi materi, berangkat pagi pagi dan berdiskusi dengan teman teman tentang materi yang sulit, dari situ akan terpetakan brbagai bentuk soal. Ketika hari H anda akan semakin siap untuk mengerjakan soal. 6. Kontrol diri, usahakan untuk tidak mencontek karena ujian yang paling besar adalah iri Anda sendiri. Idealis perlu karena hasil keringat sendilah kepuasan yang tiada tara. Percontekan menjadi sebuah kompetisi yang kabur. Ujian menjadi ajang cepat cepatan dan penuh penuhan jawaban. Sudah sepatutnya nilai-nilai kejujuran kembali dihadirkan dalam dunia pendidikan. Tahapan evaluasi sepatutnya murni dari budaya budaya kotor seperti mencontek dan ketidak kepalsuan. Semangat idealis mencaru ilmu perlu dimunculkan kepermukakan dari dasar kepalsauan, prakmatis, dan kemunafikan. Sudah barang tentu semakin sulit bangsa ini terselamatkan dari jurang kehancuran jika para penerusnya gandrung akan budaya manipulatif. Nampak jelas saat ini distorsi konteplasi pemikiran berbudi luhur menjadi harmoni ditengah kemaksiatan. Perlu kita tatap masa depan, masa laluujian nasional yang pahit tak perlu lagi diratapi, bangkit dan bergerak maju menjadi pribadi yang berbudi luhur seperti yang kita cita-citakan sejak kecil. Selamat berjuang kawan, sesungguhnya bukan sal ujian yang akan menguji dirimu, namaun godaan-godaan hati disaat ujian semester itulah ujian yang sesungguhya. Ingat kawan dosen pengawas dapat lengah memantau Anda tetapi Allah tak pernah tidur memantau setiap tida tandukmu.

Anda mungkin juga menyukai