Anda di halaman 1dari 11

Ghibah/Menggunjing Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid Dalam banyak pertemuan di majlis, seringkali yang dijadikan hidangannya adalah menggunjing

umat Islam. Padahal Allah Subhanahu wa Taala melarang hal tersebut, dan menyeru agar segenap hamba menjauhinya. Allah menggambarkan dan mengidentikkan ghibah dengan sesuatu yang amat kotor dan menjijikkan. Allah berfirman : Artinya : Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik dengannya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menerangkan makna ghibah dalam sabdanya : Artinya : Tahukah kalian apakah ghibah itu ? Mereka menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau bersabda :Yaitu engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya. Ditanyakan : Bagaimana halnya jika apa yang aku katakan itu terdapat pada saudaraku ? Beliau menjawab : Jika apa yang kamu katakan terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya dan jika ia tidak terdapat padanya maka engkau telah berdusta atasnya. Jadi, ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka . Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam. Di antaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok. Banyak orang meremehkan masalah ghibah, padahal dalam pandangan Allah ia adalah sesuatu yang keji dan kotor. Hal itu dijelaskan dalam sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Artinya : Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya , dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya. Wajib bagi orang yang hadir dalam majlis yang sedang menggunjing orang lain, untuk mencegah kemungkaran dan membela saudaranya yang dipergunjingkan. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam amat menganjurkan hal demikian, sebagaimana dalam sabdanya. Artinya : Barangsiapa menolak kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan menolak menghindarkan api Neraka dari wajahnya.

Namimah (Adu Domba) Penulis: Ummu Rummaan Berbicara mengenai bahaya lisan memang tidak ada habisnya. Lisan, hanya ada satu di tubuh, tapi betapa besar bahaya yang ditimbulkan olehnya jika sang pemilik tak bisa menjaganya dengan baik. Ada pepatah yang mengatakan mulutmu adalah harimaumu, ini menunjukkan betapa bahayanya lisan ketika kita tidak menjaganya, sedangkan pepatah jawa mengatakan ajining diri ono ing lati, yang maknanya bahwa nilai seseorang ada pada lisannya, nilainya akan baik jika lisannya baik, atau sebaliknya. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberi jaminan surga pada seorang muslim yang dapat menjamin lisannya. Dari Sahal bin Saad radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa menjamin untukku apa yang ada di antara kedua dagunya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan/farji), maka aku akan menjamin untuknya surga. (HR. Al-Bukhari) Salah satu bentuk kejahatan lisan adalah namimah (adu domba). Kata adu domba identik dengan kebencian dan permusuhan. Sebagian dari kita yang mengetahui bahaya namimah mungkin akan mengatakan, Ah, saya tidak mungkin berbuat demikian Tapi jika kita tak benar-benar menjaganya ia bisa mudah tergelincir. Apalagi ketika rasa benci dan hasad (dengki) telah memenuhi hati. Atau meski bisa menjaga lisan dari namimah, akan tetapi tidak kita sadari bahwa terkadang kita terpengaruh oleh namimah yang dilakukan seseorang. Oleh karena itu kita benar-benar harus mengenal apakah itu namimah. Definisi Namimah Al-Baghawi rahimahullah menjelaskan bahwa namimah adalah mengutip suatu perkataan dengan tujuan untuk mengadu domba antara seseorang dengan si pembicara. Adapun AlHafizh Ibnu Hajar Al-Asqalaani rahimahullah mengatakan bahwa namimah tidak khusus itu saja. Namun intinya adalah membeberkan sesuatu yang tidak suka untuk dibeberkan. Baik yang tidak suka adalah pihak yang dibicarakan atau pihak yang menerima berita, maupun pihak lainnya. Baik yang disebarkan itu berupa perkataan maupun perbuatan. Baik berupa aib ataupun bukan. Hukum dan Ancaman Syariat Terhadap Pelaku Namimah Namimah hukumnya haram berdasarkan ijma (kesepakatan) kaum muslimin. Banyak sekali dalil-dalil yang menerangkan haramnya namimah dari Al Quran, As Sunnah dan Ijma. Sebagaimana firman Allah Taala, yang artinya, Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah. (QS. Al Qalam: 10-11)

Sedih dengan kebahagiaan Orang Lain Ini sebagian paradoks dari hidup Kesedihan dan kebahagiaan bisa bersatu dalam satu waktu, bahkan pada satu orang yang sama. Apa itu mungkin? Tentu saja! Bahkan mungkin banyak orang telah merasakannya Misalnya, Anda hari ini mendapatkan musibah, Anda bersedih. Tetapi pada saat yang bersamaan, Anda justru mendapatkan anugerah, misalnya saja rezeki yang tidak terduga Anda bahagia! Maka, Anda bersedih saat Anda juga bahagia Atau, Anda bahagia saat Anda juga bersedih Lalu manakah yang dominan dari keduanya? Nah, itu tergantung tergantung Anda mau menempatkan mana dari keduanya yang dominan Mungkin saat itu Anda lebih bahagia daripada sedih, atau mungkin juga sebaliknya Dan jika kesedihan dan kebahagiaan itu bersatu dalam diri Anda sendiri, maka Anda tinggal mengatur saja bagaimana harus memperlakukan keduanya secara bersamaan, sesuai kehendak Anda Tetapi bagaimana jika kedua kondisi itu terjadi pada dua orang yang berbeda Misalnya, saat Anda bersedih, justru ada orang lain yang bahagia karena kesedihan Anda Atau sebaliknya, saat Anda berbahagia, justru ada orang lain yang bersedih karena kebahagiaan Anda Kondisi seperti ini sering terjadi dalam kehidupan sosial Dan menariknya, Anda tidak perlu merasa tersinggung atau marah saat orang berbahagia saat kesedihan Anda Sebab, memang tidak ada unsur kesengajaan yang mempertemukan kesedihan Anda dan kebahagiaannya Anda bahkan tidak saling mengenal dengan orang tersebut sebelum ini, bahkan selamanya Misalnya saja begini Anda membawa kendaraan, dan melajunya dengan kencang Anda sedang terburu-buru menuju suatu tempat, karena di tempat itu Anda akan mengambil rezeki yang Anda harapkan Tiba-tiba di tengah jalan, ban kendaraan Anda meledak Ban kendaraan Anda harus ditambal, atau bahkan mungkin harus diganti dengan yang baru Anda tentu kesal, bahkan malah bersedih karena membayangkan rezeki di tempat itu telah diambil orang karena Anda terlambat datang Tetapi, jangan salah, hanya Anda mungkin yang bersedih saat itu Sebab, di sebuah bengkel yang memperbaiki ban kendaraan Anda, justru ada orang yang bersyukur kepada Tuhan karena Dia mengantarkan rezeki-Nya melalui kedatangan Anda di bengkelnya. Orang itu justru sedang berbahagia dengan kedatangan Anda yang tengah kesal dan bersedih Allah menjadikan kekesalan dan kesedihan Anda sebagai jalan bagi kebahagiaan hamba-Nya yang lain yang tengah menanti lama kedatangan orang yang menggunakan jasanya

Senang dengan kesusahan Orang Lain. Janganlah memandang rendah saudaramu, pada hari kemalangannya, dan janganlah bersukacita atas keturunan Yehuda pada hari kebinasaannya; dan janganlah membual pada hari kesusahannya. (Obaja 1:12) Jangan senang jikalau orang lain susah. Sebaliknya: jangan susah jika orang lain senang. Jangan terlalu banyak bicara pada hari kekalahan, kedukaan, kecelakaan dan kesakitan orang lain. Itulah pesan Tuhan melalui nabi Obaja. Amsal bahkan berkata: jangan bersukaria jika musuhmu jatuh. (Amsal 24:17). Sebaliknya, sebagaimana kata Rasul Paulus: bersukacitalah dengan orang yang bersukacita dan menangislah dengan orang yang menangis. (Roma 12:15). Bagaimana caranya? Jadilah diri sendiri. Terimalah dengan ikhlas keberadaan diri dan berdamailah dengan diri sendiri. Syukurilah apa yang diberikan Tuhan dan bersukacitalah senantiasa dalam Dia. Banyak orang sangat susah hati dalam hidupnya sebenarnya bukan karena sangat miskin atau sakit, tetapi karena ingin menjadi dan memiliki seperti orang lain. Berhubung yang jadi ukuran selalu orang lain, akibatnya dia gembira ketika orang lain tak memiliki apa yang dimilikinya, atau sangat sedih jika orang lain mempunyai apa yang tak dipunyainya. Selanjutnya belajarlah berempati dan bersimpati. Bahasa Alkitab: belajarlah mengasihi dan berbuat baik. Kasihilah orang lain seperti diri sendiri, kata Tuhan. Lakukanlah kepada orang lain segala sesuatu yang kamu harapkan dilakukan orang lain kepadamu. (Matius 7:12). Jangan harapkan terjadi pada orang lain apa yang tidak engkau harapkan terjadi pada dirimu. Ini hanya dapat terwujud ketika kita sungguh-sungguh mengasihi seseorang (bukan hanya dengan perkataan namun dengan hati dan perbuatan). Semakin sayang kita kepada seseorang semakin kita harapkan orang itu sehat, kuat, sukses dan bahagia. Mengapa kita tak ingin istri/suami atau anak-anak kita celaka, dan kita tidak pernah bersorak saat mereka kecelakaan? Sebab kita sungguh sayang kepadanya. Pertanyaan: mengapa kita kadang ingin orang lain jatuh, celaka, rugi atau bangkrut atau saki atau mati? Namun ada lagi. Tuhan mengajak kita agar tetap percaya dan berharap kepadaNya. Tuhan tidak hanya memberkati orang lain, tetapi kita juga. Tuhan tidak hanya menjaga diri kita tetapi orang lain juga. Tuhan memberikan kita masing-masing berkat khusus atau karunia khas. Kepercayaan dan harapan kepada Tuhan inilah yang dapat membuat kita tidak iri atau cemburu apalagi dengki melihat keberhasilan dan kemajuan orang lain. Sebaliknya: tidak bersukacita jika orang lain gagal atau mundur.

MERASA AMAN DARI TIPU DAYA ALLAH Tidak Memperhatikan Kemarahan dan Siksa Allah SALAH satu dari dosa-dosa besar adalah pengabaian total terhadap azab Tuhan. Orang tersebut tidak takut pada siksa gaib dan mencemooh gagasan hukuman atas tindakannya. Ia hidup dengan penuh gembiraa di dunia kenyamanan-kenyamanan material dan tidak menyadari bahwa ia dibelenggu bawah oleh dosa-dosanya. Ini merupakan dosa besar. Para imam suci, Imam Jafar Shadiq, Imam Musa Kazhim, dan Imam Ridha, telah mengelompokkan ketidaktakutan pada siksa Allah termasuk dosa-dosa besar. Al-Quran menyatakan, Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? (QS al-Araf: 97) Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? (QS al-Araf: 98) Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS al-Araf : 99) Tiga ayat ini secara jelas melarang ketidaktakutan pada azab Allah. Ayat terakhir menyebutkan bahwa mereka yang tidak takut pada azab Allah adalah orang-orang yang merugi di akhirat. Azab Allah adalah balasan pada mereka di Hari Kiamat, seperti halnya nasib bagi orang-orang kafir dan para pendosa yang tidak bertaubat. Adalah jelas dari al-Quran bahwa bersikukuh untuk tidak mengindahkan rencana Allah merupakan dosa besar. Karena itu kecerobohan pada azab dan peringatan Allah setara dengan pengabaian pada perintah dan larangan-Nya dan kekurangajaran yang hina akan kekuasaanNya. Bagaimana mungkin suatu wujud rendah dan remeh, sekarang berani menentang Tuhan dua dunia. Pengabaian dan ketakpedulian ini adalah dosa besar yang tidak pantas menerima ampunan, kecuali si pendosa bertaubat dan meminta ampunan. Tampaklah jelas dari diskusi di atas bahwa apakah sebuah dosa dapat dimaafkan ataukah tidak lebih tergantung pada sikap si pelaku dosa, bukannya dosa itu sendiri. Apabila dalam relung batinnya yang paling dalam, pendosa tersebut takut pada Allah, maka ia patut mendapatkan pengampunan. Tetapi jika ia secara sombong tidak gentar pada azab Allah, ia tidak layak mendapatkan kemurahan hati dan ampunan Allah.

MENINGGALKAN MEJELIS DZIKIR

Orang yang berpaling dari majelis dzikir terancam mendapatkan murka dari Allah , kecuali ada halangan atau udzur ( HR. Bukhori Muslim dari Al Harits ibnu Auf) Meninggalkan majelis dzikir juga berarti telah meniadakan peluang untuk mendapatkan ampunan dari Allah. Bahkan Allah menjanjikan bagi orang yang bergaul dengan peserta majelis dzikir, ia tidak akan sengsara. Apalagi peserta majelis dzikir itu sendiri, tentu mereka lebih utama untuk dijauhkan dari kesengsaraan ( HR. Bukhori- Muslim dari Abu Hurairah). Dalam hadis lain Rasulullah mengibaratkan majelis dzikir sebagai taman surga. Siapa saja yang melewati taman surga hendaklah menikmatinya. Sebagaimana binatang ternak yang secara naluri pasti tidak akan melewatkan padang rumput yang hijau dan segar dilewati begitu saja, mereka pasti akan merumput ke sana. ( HR. Ahmad, Tirmidzi, Baihaqi dari Anas di shahihkan oleh Suyuthi dalam jami shogir). Selain itu Allah juga akan menurunkan ketenangan dan rahmat bagi orang-orang yang berkumpul untuk mengingat-Nya, para Malaikat pun turun mengelilingi majelis mereka untuk turut mendoakan untuk kebaikan mereka. ( HR. Muslim dari Abi Said Al Khudry). Berarti untuk mendapatkan ketenangan kita tidak perlu jauh-jauh pergi menyendiri ke tengah hutan atau kepuncak gunung guna melaksanakan kontemplasi agar mendapatkan ketenangan. Biasakanlah diri anda menghadiri majelis dzikir, ketenangan insya Allah akan anda dapatkan. Semakin jarang menghadiri majelis dzikir, ketenangan akan semakin jauh dan kesengsaraan yang akan mengakrabi anda.

BERLAMBAT LAMBAT DALAM BERAMAL SHOLEH Dua nikmat yang banyak orang tertipu adalah waktu luang dan kesehatan. Rosulullah telah memperingatkna kita dengan hadits itu. Namun berlambat-lambat dalam nikmat waktu luang nampaknya kini menjadi amat wajar. Berlambat-lambat dalam nikmat kesehatan, nampaknya kini menjadi amat lumrah. Tertipu dalam kedua nikmat itu, kita seringkali merada beruntung. Merasa punya banyak waktu beristirahat, meski belum lagi bekerja keras. Belum lagi menuntaskan kerja dengan cepat dan matang dalam kualitas maksimum. Merasa bisa melakukan segalanya, lantas menabrak dan menyimpang sekenanya. Nafas bergegas berkompetisi dengan waktu dalam wadah kebajikan berubah menjadi aroma asing. Meski itulah yang membuat kita jadi punya arti. Dan manusia yang hidup tanpa arti, kematiannya sebenarnya sudah tiba. Takbirkan saja empat kali, kata Imam Syafii. Maksudnya kiasan untuk sholat jenazah. Tertipu dalam nikmat waktu luang, akan menggiring kita makin jauh. Jadi tukang khayal. Jadi panjang angan-angan. Alih-alih bersegera memangkas semua itu, kita justru tenggelam. Tertipu bualan angan-angan. Orang-orang sholeh terdahulu berkata, Siapa yang suka berangan-angan, maka buruk amal perbuatannya. Tertipu dalam lantunan angan-angan dalam lingkup yang lebih ringan, boleh jadi kita ada di dalamnya. Dan kita tak cepat-cepat membebaskan diri. Kita masih berlambat-lambat merombak diri dalam kondisi darurat. Kondisi ketika jiwa bernafas pengkhayal, lalai dan tertipu. Kita tertipu dalam rasa akan kekal di dunia, hingga kerja kita hanya sesuai dorongan duniawi. Kita menghabiskan waktu malam dan siang hanya untuk memperbaiki kehidupan dunia. Hati dan jasad hanyut dalam usaha itu. Lupa dan lalai pada kehidupan akhirat dan berlambatlambat melakukan amal sholeh untuk akhirat. Bersemangat dan antusias dalam urusan keduniaan. Sedang dalam urusan akhirat, kita berlambat-lambat dan menundanya, tapi kita tetap saja merasa puas. Padahal Rosulullah bersabda, maut adalah hal ghaib yang paling dekat ditunggu kehadirannya. Padahal orang-orang sholeh terdahulu berkata, Seandainya kalian melihat ajal dan prosesnya, niscaya kalian akan benci dengan angan-angan dan tipu dayanya. Mereka juga berujar, Berapa banyak manusia yang menyongsong harinya tanpa bisa melewati hari itu dengan sempurna. Dan berapa banyak manusia yang berangan-angan hidup pada hari esok sedangkan dia tidak mengalaminya lagi. Dan, Berapa banyak orang yang tertawa lebar, padahal kain kafannya telah dikeluarkan dari tempat pemutihan kain.

Ittiba'ul Hawa ( Mengikuti Hawa Nafsu ) Penyakit yang kesembilan yang menimpa sebagian aktifis dakwah ; adalah mengikuti Ittiba'ul hawa ( Mengikuti hawa nafsu ). Agar jiwa kita tetap bersih dan terhindar dari penyakit ini, maka kita harus mendalamin kajian ini dengan pembahasan sebagai berikut ; terdapat lima point pembahasan yang harus kita fahami ; 1. Difinisi Ittiba'ul Hawa . Secara etimologi memmiliki 3 makna : a. Kecendrungan jiwa terhadap apa yang diinginkan. B. Keinginan jiwa terhadap apa yang dicintai . C. Kecintaan jiwa terhadap sesuatu dan telah menguasai hatinya. D. Kecintaan terhadap sesuatu secara berlebihan dan tertanam dalam hati. Dan tidaklah disebut kata Hawa dalam al Qur'an kecuali konotasinya negatif Sedangkan menurut Istilah : Tindakan mngikuti apa saja yang diinginkan dan disenangi jiwa. Difinisi lain mengatakan : Tindakan mengikuti tuntutan emosi tanpa mempertimbangkan akal atau kembali kepada syar'I atau mempertimbangkan akibatnya. 2. Hakikat Ittiba'ul Hawa dalam timbangan islam Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu untuk tidak berbuat adil ( Annisa : 135 ) Dan janganlah mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkannmu dari jalan Allah. ( Shood : 26 ) Untuk lebih lengkapnya periksa surat AN Najam : 3dan 4. An Naazi'at : 40. Al A'rof 176. Al Qosos : 50. Sedangkan dari hadits : Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengefaluasi dirinya, dan berbuat untuk persiapan setalah kematian. Dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan menginginkan pahala dari Allah ( HR Atturmudzi ) 3. Sebab-sebab Ittiba'ul hawa a. Tidak terbiasa mengendalikan hawa nafsu sejak kecil. Syaikh Muhammad Qutb mengatakan dalam kitabnya Manhaj Tarbiyah:"Seorang ibu yang selalu menyusui bayinya setiap kali menangis, agar diam, atau karena dia tidak tahan mendengar tangisannya, akan berdampak negative bagi bayinya, karena tidak dapat membantunya dalam mengendalikan keinginannya, dan tidak membiasakannya dari sejak kecilnya sehingga tidak terbiasa di masa besarnya. Jihad fi sabilillah adalah ibadah yang sangat membutuhkan kebiasaan mengendalikan diri, seseorang tidak mungkin dapat berjihad jika dirinya tidak melatih kebiasaan mengendalikan diri. Sikap disiplin pada diri manusia tergantung pada pembiasaan dan latihan, semakin banyak ia melatih di masa kecilnya, semakin mampu melakukannya dan lebih besar meresapnya, sehingga meresap dalam dirinya. b. Bergaul akrab dengan orang-orang yang suka mengikuti hawa nafsu. seorang salaf Abu Qollabah mengatakan : Janganlah engkau bergaul dengan orang-orang yang suka mengikuti hawa nafsu, dan jangan berdiskusi dengan mereka,karena sesungguhnya aku tidak yakin mereka tidak akan menjerumuskan kamu ke dalam kesesatan mereka, atau mencampur aduk apa sudah kalian ketahui. Al Hasan Basri dan Ibnu Sirin juga mengatkan : Dan janganlah kalian bergaul dengan orang-orang yang suka mengikuti hawa nafsu dan jangan berdiskusi dengan mereka, dan jangan mau mendengar dari mreka.

MALAS MEMPELAJARI KITABULLAH 1. Hai orang beriman! Memenuhi (Anda) kewajiban. Benar untukmu (untuk makanan) adalah segala binatang ternak kecuali yang akan diumumkan kepada Anda (selanjutnya), game (juga) menjadi haram bila Anda menganggap Ihram untuk haji atau umrah (haji). Sesungguhnya, Allah memerintahkan bahwa yang Dia kehendaki. 2. Hai orang beriman! Melanggar tidak kesucian Simbol Allah, atau Bulan Suci, maupun dari hewan dibawa untuk pengorbanan, maupun orang karangan bunga atau hewan, dll [Ditandai dengan karangan bunga di leher mereka terbuat dari bagian luar dari pohon- batang (dari Mekah) untuk] keamanan mereka, maupun orang yang datang ke Baitullah (Makkah), mencari karunia dan ridha Tuhan mereka. Tapi ketika Anda menyelesaikan ihram (haji atau umrah), Anda mungkin berburu, dan janganlah kebencian dari beberapa orang dalam (sekaligus) menghentikan Anda dari Al-Masjid al-Haram (di Makkah) membawa Anda ke pelanggaran (dan permusuhan di pihak Anda). Membantu Anda satu sama lain dalam Al-Birr dan AtTaqwa (kebajikan, kebenaran dan kesalehan), tetapi tidak saling membantu dalam dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah adalah berat siksaan-Nya. . 3 Terlarang kepada Anda (untuk makanan) adalah: Al-Maytatah (bangkai binatang - binatang ternak tidak disembelih), darah, daging babi, dan daging yang telah disembelih sebagai kurban untuk orang lain selain Allah, atau telah disembelih untuk berhala, dll, atau di mana Nama Allah belum disebutkan sedangkan pemotongan, dan yang telah dibunuh oleh mencekik, atau dengan pukulan keras, atau karena jatuh ditanduk, atau oleh goring tanduk - dan bahwa yang (sebagian) dimakan oleh binatang buas - kecuali jika Anda dapat menyembelihnya (sebelum kematiannya) - dan yang dikorbankan (dipotong) pada An-Nusub (Batu altar). (Terlarang) juga adalah dengan menggunakan panah keberuntungan mencari atau keputusan, (semua) yang Fisqun (ketidaktaatan Allah dan dosa). Hari ini, orang-orang kafir telah memberikan semua harapan agama Anda, sehingga takut kepada mereka tidak, tapi takut Aku. Hari ini, telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, selesai nikmat-Ku ke atas kamu, dan telah memilih untuk Anda Islam sebagai agamamu. Adapun orang yang terpaksa karena kelaparan parah, tanpa kecenderungan untuk berbuat dosa (seperti bisa makan ini di atas daging), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 4. Mereka bertanya kepadamu (Muhammad ) Apakah yang dihalalkan bagi mereka (sebagai makanan). Katakanlah: "sah kepadamu adalah At-Tayyibat [semua jenis Halal (halal-baik) makanan yang Allah menghalalkannya bagimu (daging hewan yang disembelih bisa dimakan, produk susu, lemak, sayuran dan buah-buahan, dll)] Dan orang-orang binatang. dan burung pemangsa yang telah dilatih sebagai anjing, pelatihan dan pengajaran mereka (untuk menangkap) dengan cara seperti yang diarahkan kepada Anda oleh Allah, maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, tapi mengucapkan nama Allah di atasnya, dan bertakwalah kepada Allah Sesungguhnya. Allah Swift hisab-Nya. " 5. Dibuat halal kepada Anda hari ini adalah At-Tayyibat [semua jenis Halal (halal) makanan, yang Allah menghalalkannya bagimu (daging hewan yang disembelih bisa dimakan, dll, produk susu, lemak, sayuran dan buah-buahan, dll). Makanan (menyembelih ternak, hewan bisa dimakan, dll) dari orang-orang dari Alkitab (Yahudi dan Kristen) yang dihalalkan bagi Anda dan

GENGSI YANG TIDAK PROFESIONAL Malu atau gengsi, dua kata yang mirip dan kelihatannya sederhana, tapi ternyata dua kata ini bisa mengubah dunia. Masa sih? Apa benar? Dunia ini menjadi sejahtera, menjadi seperti sekarang karena banyak orang di masa lalu yang mengabaikan rasa malu dan gengsi. Dan karena mereka mengabaikan malu dan gengsi mereka bisa mengubah dunia. Dengan kata lain seandainya mereka memelihara malu dan mengutamakan gengsi, dunia tidak akan sebaik sekarang. Mau contoh nyatanya? Ya, justru itu yang dibahas di buku ini. Kita akan melihat betapa penemuan besar, sejarah besar, perusahaan besar, terwujud karena di masa lalu orang tidak malu dan tidak gengsi. Dulu penyakit cacar sangat mematikan. Semua orang takut sekali dengan penyakit ini. Tidak hanya mematikan tapi juga mewabah. Para ilmuwan melakukan penelitian dan penelitian untuk membasmi penyakit ini, tapi tidak ada yang bisa menemukan solusinya. Lalu ada seorang ilmuwan yang melakukan riset tentang penyakit ini. Ia tidak juga menemukan jawabannya. Suatu saat ia mendengar omongan di antara peternak yang mengatakan bahwa orang yang terkena cacar sapi akan kebal penyakit cacar mematikan ini. Kalau saja ilmuwan ini mengutamakan gengsi, tentu saja ia tidak mau mendengar ocehan peternak, tapi ia memilih untuk rendah hati. Ia tidak malu melakukan riset berdasarkan omongan petani. Hasilnya, ia menemukan serum penyembuh penyakit ini. Dan berkat temuannya, penyakit cacar bisa disembuhkan. Kini wabah penyakit ini nyaris hilang. Bahkan saat ini hampir tidak ditemukan lagi penderita penyakit ini di dunia (kecuali cacar air). Siapakah ilmuwan ini? Nanti akan kita lihat di bahasan berikutnya. Fakta di atas sudah cukup menujukkan betapa mengabaikan rasa malu, melupakan gengsi, bisa membuat kita lebih mampu untuk mengembangkan potensi diri dan mungkin bisa mengubah dunia. Seandainya koruptor punya rasa malu tentu saja korupsi akan berkurang pesat. Bayangkan saja, di Indonesia kita bisa menemukan orang yang bergaji standar dan hanya bekerja di satu instansi pemerintahan tanpa bisnis dan tanpa orang tua kaya, tiba-tiba bisa mempunyai rumah yang hanya mungkin dibeli jika ia menabung gajinya selama 100 tahun tanpa dipakai sama sekali. Di Indonesia kita bisa melihat, orang yang bergaji 3 juta sebulan dan pasti habis untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi dia bisa melenggang bangga dengan jam tangan mewah senilai 20 juta di tangan, yang wajarnya hanya pantas dipakai mereka yang berpenghasilan ratusan juta per bulan. Para koruptor lebih mengutamakan gengsi untuk hidup mewah tanpa malu, padahal semua orang tahu itu tidak mungkin dari gaji murni mereka. Dengan kata lain seandainya para koruptor punya rasa malu dan tidak gengsi hidup sederhana tapi jujur, Indonesia akan jauh menjadi bangsa yang makmur dan besar. Ok, jangan terlalu bicara jauh. Mari kita fokus pada diri kita. Contoh besar di atas hanya ingin menunjukkan betapa rasa malu dan gengsi bisa menghambat masa depan atau karir . Karena itu jangan malu atau gengsi untuk memulai sesuatu, jangan gengsi atau malu untuk memulai dari bawah. Jika berhasil mengabaikan malu atau gengsi, bisa dipastikan kita sudahsiap mengubah diri menjadi lebih baik Lebih dari itu, mungkin suatu saat kita bisa mengubah dunia. Tentu saja konteksnya jangan malu untuk melakukan hal baik, sebaliknya malulah untuk melakukan keburukan. Jangan gengsi untuk melakukan kebaikan dan gengsilah untuk melakukan keburukan. Jangan terbalik.

DAYYUTS Dayyuts = orang yang membiarkan kemungkaran terjadi dalam rumah tangganya. padahal ia memiliki kekuasaan untuk menindakinya dengan tangan dan lisannya. Diakibatkan BETAPA LEMAHnya dirinya dikalahkan angan-angan kosong yang dibisikkan syaithan padanya. yakni dibutakan oleh cinta yang palsu, dsb. Sehingga menyebabkan tidak nampak kecemburuan yang seharusnya ia tampakkan melalui lisan atau tangannya ketika melihat kemungkaran pada daerah kekuasaannya (rumah tangganya). Akibatnya hal tersebut menjadikan kemungkaran beredar dengan bebasnya di rumah tangganya. Maka dari itu Imam adz-Dzahabiy sampai berkata kepada orang yang memiliki sifat ini: Sungguh tidak ada kebaikan sama sekali padanya, (yakni) pada orang yang tidak memiliki kecemburuan (al-kabair)

Anda mungkin juga menyukai