ISSN : 1858-3709
PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN
Oleh : Riza Aryanti 1) & Zulfira Mirani 2)
2)
Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang
1)
ABSTRACT Flexural test equipment is commonly found in laboratory. Hence, compressive stress machine or Universal Testing Machine (UTM) is being modified. So we can conduct the test on flexural test equipment. Reinforced concrete beam which will be tested is designed beam base on under reinforced condition. Beam sample is assumed as simple beam and the weight is on the beam axis. To be able to use compressive stress machine or UTM referring to the needs of model so that modification and setting up are implemented. After we do the test in under reinforced condition is show that concrete beam has failure after the steel bar yield. Keywords: reinforced concrete, flexural test equipment under reinforced, compressive stress machine / universal testing machine (UTM)
1. PENDAHULUAN Beton merupakan material yang masih mendominasi pemakaian bahan konstruksi. Hal inii disebabkan bahan pembuat beton mudah dicari dan didapat, lebih murah dan lebih praktis dalam pengerjaan serta mampu memikul beban yang cukup besar. Disamping itu, beton juga dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat memperindah bentuk suatu bangunan. Balok sebagai elemen struktur yang sekarang dijumpai, dalam aplikasi di lapangan merupakan elemen yang cukup besar peranannya dalam memikul beban, terutama untuk memikul beban lentur. Pada perencanaan lentur balok beton bertulang, seimbang keruntuhan penampang yang tarik, akan balok dapat direncanakan bertulangan kurang, lebih dan mengakibatkan tekan dan keruntuhan
tulangan
seimbang.
Tetapi
sangat
sulit
membayangkan bentuk keruntuhan yang terjadi dari ketiga jenis perencanaan tersebut. Untuk itu diperlukan suatu proses yang nyata untuk melihat secara langsung tekan dan keruntuhan Dalam tarik, keruntuhan ini
keruntuhan seimbang ini. tulisan akan dibahas bagaimana melakukan modifikasi terhadap alat uji tekan untuk digunakan pada pengujian lentur balok beton bertulang, sehingga alat uji tekan yang ada juga dapat dimanfaatkan untuk pengujian lentur balok beton bertulang.
2. MATERI DAN METODA 2.1. Perencanaan Dimensi Balok Berdasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 (tabel 8, hal 63) dengan bentang balok yang diambil 1 m maka direncanakan dimensi balok sebagai berikut : 1) tebal balok (h) :
h L 16
keruntuhan seimbang. Secara teoritis sangat mudah melihat perbedaan rasio dari ketiga tarik jenis perencanaan nilai rasio tersebut, yaitu hanya dengan membatasi nilai tulangan terhadap
74
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 3, Nomor 2, Maret 2008 Diagram ini
1000 mm 16
regangan tekan beton dan batas leleh baja yang disyaratkan tercapai bersamaan.
h 62.5 mm
2.3. Persyaratan Kekuatan Lentur Menurut Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002, persyaratan kekuatan lentur adalah :
Mn Mu .(1)
dimana untuk lentur murni adalah 0,8. Persyaratan di atas dapat juga dituliskan
Mu M n .(2)
Dengan 150 mm
persyaratan
perencanaan
analisa dan perencanaan balok lentur beton 100 mm Gambar 1. Penampang balok bertulangan tunggal. Batasan Nilai Rasio Tulangan Minimum Pertambahan tegangan baja tiba-tiba 2.2. Perencanaan Tulangan Pada dengan Gambar lentur 2 berturut-turut diagram disajikan sebuah penampang melintang beton tulangan tunggal, regangan dan diagram tegangan. Diagram regangan tersebut berdasarkan ' cu = 0,3% dan tegangan tarik baja y = b
fy Es
dapat mengakibatkan baja mendadak putus. Untuk mencegahnya, penampang beton bertulang yang dibebani lentur harus diberi sejumlah tulangan minimum tertentu. Ini dapat dinyatakan dengan nilai minimum min . rasio tulangan
' cu c d h
0,85f' c a = 1c Cc
d-
1 a 2
As
y = f y /E s fy
Cs
(a)
(b)
(c)
(d)
75
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 3, Nomor 2, Maret 2008 Nilai rasio tulangan minimum ini harus dipilih sedemikian rupa sehingga, terdapat perbedaan yang kecil antara momen lentur yang dapat ditahan oleh penampang yang tak retak dan momen lentur yang dapat ditahan oleh penampang yang retak. Nilai
min
ISSN : 1858-3709
(mencapai Mu). Atau dengan kata lain baja leleh bersamaan dengan beton hancur. Keruntuhan tarik ini disebut juga keruntuhan balanced. Pada terjadi bila :
= b (5)
perencanaan
tulangan
lentur
menurut
min =
1,4 (3) fy
Keruntuhan Tekan
Keruntuhan tekan adalah keruntuhan yang terjadi akibat beton hancur terlebih dahulu (mencapai Mu) sebelum tegangan baja
mencapai fy. Atau dengan kata lain beton hancur sebelum baja leleh. Keruntuhan tekan ini disebut juga keruntuhan over reinforced. Pada terjadi bila :
> b ..(6)
Menurut
Tata
Cara
Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002, pada perencanaan lentur balok beton bertulang, ada tiga jenis keruntuhan yang dapat terjadi, yaitu keruntuhan tarik, keruntuhan seimbang dan keruntuhan tekan.
Keruntuhan Tarik
perencanaan
tulangan
lentur
Keruntuhan tarik adalah keruntuhan yang terjadi akibat tegangan baja telah mencapai fy terlebih dahulu sebelum beton hancur (mencapai Mu). Atau dengan kata lain baja leleh terlebih dahulu sebelum beton hancur. Keruntuhan tarik ini disebut juga keruntuhan under reinforced. Pada terjadi bila :
< b (4)
Benda uji dimodelkan sebagai balok sederhana dua tumpuan dengan beban terpusat di tengah bentang seperti Gambar 3. Benda uji direncanakan terhadap balok yang mengalami keruntuhan tarik. P
perencanaan
tulangan
lentur
Pada
perencanaan
lentur
beton
L/2
L/2
bertulang, jenis keruntuhan tarik ini dipilih supaya tidak terjadi keruntuhan yang tiba-tiba.
Keruntuhan Seimbang
Gambar 3. Model Benda Uji Tulangan Lentur Balok Tulangan Lentur Balok untuk Keruntuhan
Keruntuhan
seimbang
adalah
Tarik
keruntuhan terjadi akibat tegangan baja telah mencapai fy bersamaan dengan beton hancur
76
ISSN : 1858-3709
dimana untuk lentur murni adalah 0,8. Batasan nilai rasio tulangan minimum adalah : min =
min =
Pu =
1878.4 , 1
1,4 fy
1,4 240
Pu = 7,5kN
Karena keterbatasan alat di Laboratorium maka modifikasi alat hanya akan dilakukan terhadap
keruntuhan tarik. 2.3. PELAKSANAAN EKSPERIMENTAL 2.3.1. Persiapan Pengujian Perencanaan Campuran Beton
min = 0,005833
Campuran
beton
direncanakan
sedemikian rupa berdasarkan standar yang kesetimbangan telah ditetapkan untuk mendapatkan komposisi komponen (unsur) beton basah dengan ketentuan kekuatan tekan karakteristik dan slump rencana. Pada eksperimen ini digunakan mutu beton fc = 15 MPa.
2.3.2. Pembuatan Benda Uji : Pembuatan Bekisting
Dari
persamaan
menurut Gambar 2.d, diperoleh persamaan untuk menghitung besarnya momen nominal penampang seperti persamaan berikut :
Mn = A s .fy . d c. 1 ....(8) 2 dengan :
c= A s .f y (0,85.f' c .b.1 )
..(9)
Bekisting dibuat sesuai dengan pemodelan benda uji, yaitu dimensi balok 100 mm x 150 mm dengan panjang bentang balok 1 m.
Pelaksanaan Campuran Beton Pembuatan Benda Uji Balok
Sehingga, 0,85 Mn = 78,7455.240.135 17,438. 2 Mn = 2,34375 kNm Dari persyaratan kekuatan lentur,
Mu M n Mu 0,8.2,3475 Mu 1,878
Setelah campuran beton disiapkan maka campuran beton tadi dituangkan ke cetakan balok yang telah disiapkan.
Besarnya Momen ultimit yang menentukan untuk balok sederhana dengan beban terpusat sebesar Pu adalah :
Mu = PuL ....(10) 4 Mu 4 L
Sehingga,
Pu =
77
ISSN : 1858-3709
Campuran dituangkan 1/3 bagian pertama, kemudian ditusuk-tusuk agar tidak terjadi pemisahan agregat (segregasi). Kemudian dituangkan lagi 1/3 bagian kedua dan di tusuk-tusuk. Lalu dituangkan 1/3 bagian terakhir dan ditusuk-tusuk. Kemudian permukaan balok tersebut diratakan.
2.3.3. Pengujian Uji Kuat Tekan Beton
Untuk dapat menggunakan alat Uji Tekan Beton UTM sesuai keperluan model (seperti Gambar 3) maka dilakukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya, seperti yang terlihat di Gambar 6.
Setelah beton berumur 28 hari, dilakukan uji kuat tekan terhadap benda uji silinder dan benda Tekan uji kubus yang telah di buat. Peralatan yang digunakan adalah Alat Uji Beton UTM (Universal
Testing Machine). Pengujian Keruntuhan Tarik pada Balok Lentur
Sesuai
dengan yang
benda Alat
uji, yang
pengujian pengujian
dilakukan
adalah
keruntuhan
digunakan adalah Alat Uji Tekan Beton UTM (Universal Testing Machine). Baja I tebal 7 cm
P
Gambar 6. Model Modifikasi Alat Tekan
Balok disusun sesuai dengan model modifikasi seperti Gambar 5. Tongkat piston bagian bawah alat tekan yang bergerak berfungsi sebagai beban terpusat P. Perletakan sederhana terdiri atas dua potongan pendek baja profil I tebal 7 cm. Dan sebagai landasan
adalah
baja
profil
yang
ditempatkan
memanjang untuk menahan kedua perletakan terhadap bagian atas alat UTM. Setelah balok beton ditempatkan, kemudian alat UTM dihidupkan, beban tekan bergerak dari 0 kN sampai beton hancur.
78
ISSN : 1858-3709
Bacaan beban dapat dilihat pada Dial Gauge. Ketika beton hancur, jarum tidak bergerak naik lagi, maka didapat nilai beban pada saat beton hancur.
3. HASIL PENGUJIAN DAN DISKUSI Hasil Uji Kuat Tekan Beton
dengan kata lain, kelelehan baja terjadi pada saat beban lebih kecil dari 25 kN tersebut. Dari hasil yang tertera pada tabel di atas, kuat tekan beton hasil pengujian sesuai dengan kuat tekan beton rencana, yaitu fc = 15 MPa.
Hasil uji kuat tekan beton pada benda uji silinder dan kubus dapat dilihat pada Tabel 1. berikut.
Tabel 1. Hasil Uji Kuat Tekan Beton
Luas Bidang Tekan (A) (mm2) 1 2 3 4 Silinder 1 Silinder 2 Kubus 1 Kubus 2 f'c 17662.5 17662.5 22500 22500 Beban (P) (N) 250000 275000 410000 420000 Tegangan (P/A) (Mpa) 14.15 15.57 15.12 15.49 15.09
No
Benda Uji
Data yang diperoleh pada pengujian tekan balok lentur dapat dilihat pada Tabel 2. berikut.
Tabel 2. Hasil Uji Tekan Balok
No. 1 2 Keterangan Retak Pertama Beton Hancur Beban (P) (kN) 25 30
Keruntuhan tarik ditandai oleh lelehnya baja terlebih dahulu baru beton hancur. Pada perhitungan perencanaan, baja leleh pada saat beban 7,5 kN. Pada pengamatan secara visual, tidak terlihat kapan persisnya baja mengalami leleh. Pada pengamatan pengujian pada saat beban 7,5 kN, tidak terlihat adanya retak dan perubahan lainnya. Dari hasil pengujian didapat retak pertama terjadi pada beban 25 kN. Dapat dikatakan bahwa pada pengujian ini baja mengalami leleh terlebih dahulu, baru kemudian beton hancur. Atau
Gambar 8. Balok saat beban 25 kN (Retak Pertama)
79
ISSN : 1858-3709
beton terjadi pada saat beban 25 kN, ini berarti baja sudah mengalami leleh pada saat beban dibawah 25 kN. Sementara dari hasil kondisi perhitungan perencanaan pada
keruntuhan tarik didapat leleh pertama terjadi pada saat beban 7,5 kN.
4.2 Saran
Penelitian ini dapat dilakukan lebih teliti dengan memasang strain gauge pada baja tulangan yang dihubungkan ke data logger (alat pembacaan gambaran
Gambar 9. Tahapan Retak Balok Selanjutnya
sehingga leleh
didapat yang
baja
sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
___________, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002, BSN, 2002.
2.
Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang berdasarkan SK-SNI T-151991-03, Departemen Pekerjaan Umum RI, PT. Gramedia Jakarta, 1999.
3. 4.
Ferguson, P. M., Dasar-dasar Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta, 1986. Kusuma, G., Vis SK WC, Beton SNI Dasar-dasar Bertulang T-15-1991-03, P., Pedoman Perencanaan berdasarkan
5.
Kusuma,
G.,
Kole
15-1991-03, Erlangga, Jakarta, 1997 6. Wang, Chu-Kia & Salmon, C.G., Desain Beton bertulang, Erlangga, Jakarta, 1993.
Dengan modifikasi alat uji tekan, maka bisa dilakukan uji letur balok beton bertulang dengan model benda uji balok sederhana. Pada uji beton yang dilakukan, dengan kondisi keruntuhan tarik terlihat bahwa retak pertama
80