Anda di halaman 1dari 4

kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat islam pada khususnya.c . M e n c i p t a k a n j a l i n a n ya n g k u a t a n t a r a a j a r a n a g a m a d a n IP T E K , s e r t a h u b u n ga n ya n g a k r a b d e n g a n p a r a i l m u w a n y a n g m e m e g a n g o t o r i t a s I P T E K d a l a m b i d a n g m a s i n g - masing.d .

M e n a n a m k a n s i k a p d a n w a w a s a n y a n g l u a s t e r h a d a p kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuanmenginterpretasikan ajaran agama dari kehidupan manusia. 10 A d a p u n r u a n g l i n gk u p s t r a t e gi t e r s e b u t m e r u p a k a n s e b a g i a n s o l u s i b a gi pendidikan Islam agar tidak hanyut terbawa arus modernisasi dan kemajuan IPTEK. Namun demikian Al-Quran dan Sunnah yang berorientasi kan kepada hubunganmanusia dengan Tuhan dan sesamanya, serta dengan alam sekitar. Oleh karena ituuntuk menghadapi kemajuan iptek, pendidikan Islam haruslah pendi dikan Islami,yakni yang dijiwai oleh nilai-nilai akidah dan moral Al-Quran dan diterapkan padasemua strata dan jenjang serta jenis pendidikan.Asumsi dasarnya adalah bahwa nilai moral Islam yang terkandung dalamA l - Q u r a n d a n S u n n a h m e m i l i k i s i f a t ya n g unggul kompetitif secara universal. D e n g a n d e m i k i a n p r o d u k - p r o d u k h a s i l p e n g e m b a n g a n i l m u p e n g e t a h u a n d a n t e k n o l o gi a k a n s e n a n t i a s a b e r n i l a i p o s i t i f s e r t a m e n d a t a n gk a n k e m a n f a a t a n b a gi kehidupan manusia. 11 E.Kesimpulan dan PenutupModernisasi dalam pendidikan Islam merupakan kebutuhan mendesak untuk menyongsong masa depan pendidikan yang lebih baik asalkan tidak bergeser dari 10 H.M. Arifin, kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umun), Bumi Aksara, Jakarta 1996 hal48.11 Drs. Mansur Isnna, MA , Diskursus Pendidikan Islam . Pengantar Prof. H. Anas Sudionodan Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA, Global Pustaka Utama, Yogyakarta 2001 hal 50 8

bingkai akidah dan syariat.Il m u p e n g e t a h u a n d a n t e k n o l o g i a k a n s e l a l u m e m b a w a n i l a i a m b i v a l e n dalam kehidupan manusia, karena IPTEK itu pada dasarnya bebas dari nilai, olehkarena itu perlu diislamkan adalah pemerannya bukan iptek nya.IPTEK harus berorientasi pada hubungan tiga arah, yaitu: berorientasi kearah Tuhan pencipta alam semesta, berorientasi ke arah hubungan dengan sesama manusia, berorientasi ke arah bagaimana pola hubungan manusia dengan alam sekitar dan dirinya sendiri harus dikembangkan.Semoga makalah yang singkat ini dapat menambah wawasan khazanah ilmu pengetahuan, sumbangsih pemikiran selalu kami harapkan untuk semuanya.DAFTAR PUSTAKAArifin,Muhamad. kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umun), Bumi Aksara,9 Jakarta 1996.Isnna, Drs. Mansur, MA , Diskursus Pendidikan Islam . P e n g a n t a r P r o f . H . Anas Sudiono dan Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA, Global Pustaka Utama, Yogyakarta2001.Badjerei, Hussen, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pengembangan

, G e m a Insani Press, Jakarta, 1993.Gendron, Bernard, Teknology and the Human Condition , St. Martins Press, New York.1977.Kartono, Kartini, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasi onal ,Pradnya Paramita, Yogyakarta, 1997.K h a l d u n , Ib n u , M u q o d d i m a h , k a r ya t e r j e m a h a n A h m a d i T h o h a , P u s t a k a Firdaus, Jakarta, 1986.Langgulung, Hasan, B e b e r a p a P e m i k i r a n t e n t a n g P e n d i d i k a n Is l a m , A l - Maarif, Bandung, 1995.The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu , Liberty, Yogyakarta.1997.Zuharini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam . B u m i A s k s a r a , B a n d u n g C e t . I I, 1995

Selama revolusi, para ilmuwan melihat hal-hal yang baru dan berbeda denganketika menggunakan instrumeninstrumen lama. Seakan-akan masyarakat profesionalitu tiba-tiba dipindahkan ke daerah lain di mana obyekobyek yang sangat dikenalsebelumnya tampak dalam wujud yang berbeda dan juga berbaur dengan obyekobyekyang tidak dikenal. Kalaupun ada ilmuwan yang tidak mau menerima paradigma barusebagai landasan risetnya dan ia tetap bertahan pada paradigma lama maka aktivitas-aktivitas risetnya hanya merupakan tautologi, yang tidak berguna sama sekali. III. Komentar Penutup Paradigma Kuhn telah menarik perhatian kita pada fakta bahwa para filosuf ilmuumumnya tidak menghiraukan persoalan yang pokok, seperti persoalan tentang apayang sebenarnya dilakukan oleh seorang ilmuwan. Mereka biasanya malah sibukdengan urusan tentang kriteria mana saja yang perlu, agar ilmu dapat dianggaprepresentasi murni realitas atau keyakinan yang telah teruji.Kuhn mengingatkan kitabahwa ada soal penelitian dalam rasionalitas ilmiah itu yang sebetulnya sangat ambigu.Baginya rasionalitas ilmiah itu akhirnya bukanlah sematamata perkara induksiatau deduksi atau juga rasionalitas demonstratif yang berkulminasi pada representasiteoritis kenyataan obyektif melainkan lebih dari perkara interpretasi dan persuasi yangcenderung bersifat subyektif.Oleh karena itu segala yang dikatakan oleh ilmu tentangdunia dan kenyataan sebetulnya erat terkait pada paradigma tertentu yang digunakanoleh ilmuwannya. Cara ilmuwan memandang dunia menentukan dunia macam apayang dilihatnya. Jadi pengetahuan ilmiah sama sekali bukanlah jiplakan atau foto kopirealitas, melainkan realitas hasil konstruksi manusia.Dan bahwa paradigma yang mendasari konstruksi itu diterima oleh komunitaspara ilmuwan, bukan karena ilmuwan itu tahu bahwa itu benar, melainkan karenamereka percaya bahwa itu yang terbaik, yang paling menjanjikan bila digunakan dalamriset-riset selanjutnya.Akhirnya, walau bagaimanapun penilaian orang, Kuhn telahberjasa besar terutama dalam mendobrak citra filsafat ilmu sebagai logika ilmu dan mengangkat citra bahwa ilmu adalah suatu kenyataan yang punya kebenaran seakan-akan sui-generis, obyektif.Banyak ilmuwan, kata Barbour, merasa at home dengan karya tersebut, karenaia seringkali memberikan contoh konkrit dari sejarah sains dan tampaknyamendeskripsikan sains sebagaimana mereka mengetahuinya, dan mengundang sikapkritis terhadap disiplin ilmu yang ditekuni. Dalam hal apa dan bagaimana karya Kuhnmemberi pencerahan intelektual, secara epistemologis menjadi penting untuk dijawab.Terlepas dari keterkaitannya dengan sains-sains natural dan sains-sains behavioral,wilayah disiplin keilmuan tersebut yang dikembangkan gagasannya oleh Kuhn.Di samping itu teori yang dibangun Kuhn mempunyai implikasi yang sangat luasdalam bidang-bidang keilmuan yang beraneka ragam. Selama lebih dari dua dekadegagasan Kuhn tentang paradigma menjadi bahan diskusi dalam wacana intelektual,sejumlah kajian kritis, baik yang mendukung maupun yang menentang, berkembangdalam berbagai kancah disiplin keilmuan, hampir semua cabang keilmuanmenyampaikan respon lewat berbagai versi yang dianggap cukup mewakili nuansapemikiran yang selama ini berkembang dalam disiplin ilmu masing-masing.Paradigma sebagai kosa kata, menjadi wacana tersendiri, baik pada level teorimaupun praksis. Kata tersebut seolah menjadi sesuatu yang hidup, tumbuh danberkembang sedemikian rupa, sehingga penggagasnya sendiri seperti kebingunganuntuk menjinakkannya. Daftar Pustaka http://munzaro.blogspot.com/2010/06/revolusi-ilmiah-menurut-thomassamuel.htmlhttp://blog.unsri.ac.id/udin_dot/bacaan/paradigma-thomas-s.-kuhn/mrdetail/26957/Najib Aan, Paradigma Dan Revolusi Sains: Telaah Atas Konsep Pemikiran ThomasSamuel Kuhn dan Implikasinya dalam Wacana Pendidikan , 29Agustus 2010. Abdullah Amin, 1995. F

alsafah Kalam era Postmodernisme , PustakaPelajar.Yogyakarta. Suriasumantri S Jujun..1998, F ilsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer , Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Muslih Mohammad, Mei 2004 : filsafat ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dankerangka Teori Ilmu Pengetahuan , Belukar. Jogyakarta. Hanafie Rita, Soetrisno, 2007. F ilsafat Ilmu & Metodologi Penelitian, C.V ANDIOFFSET.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai