B. LANDASAN TEORI Pada saat tertentu setiap populasi memiliki batas geografis dan ukuran populasi. Para ahli ekologi mulai mempelajari populasi dengan mendefinisikan batasan yang tepat pada organism yang sedang dipelajari. Pengertian populasi sendiri dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut : 1. Resosoedarmo (1984), secara umum populasi dapat dianggap sebagai suatu kelompok organisme yang terdiridari individu yang tergolong dalam satu jenis atau satu varietas, satu unit yang terdapat pada satu tempat. 2. Odum (1971), populasi sebagai suatu kelompok kolektif organisme dari spesies yang sama (atau kelompok-kelompok lain dimana individu-individu dapat bertukar informasi genetikanya) yang menduduki ruang atau tempat tertentu. 3. Kendeigh (1980), Menyatakan taksonomiawan menggunakan istilah populasi untuk suatu kumpulan setempat individu yang sedikit berbeda dari sekumpulan tempat lain pada spesies yang sama. 4. Krebs (1978), menerangkan populasi sebagai kelompok makhluk hidup yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Karakteristik dasar populasi ada 2 yaitu :karakteristik biologis yang merupakan ciri yang dimiliki oleh individu-individu pembangun populasi dan karakteristik statistic yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok-kelompok individu. Kepadatan (densitas = D) adalah jumlah individu per satuan luas area (m2, Ha, km2dan sebagainya) atau per satuan volume medium (cc/ ml, liter), sedangkan kelimpahan adalah (abundance = N) adalah
jumlah individu dalam suatu areal (tempat) tertentu. Untuk mengetahui perbedaan antara kepadatan dengan kelimpahan dapat dilihat dari contoh sebagai berikut, bila dalam suatu tempat seluas 2,5 ha hidup suatu spesies hewan dengan kelimpahan (N) = 100 ekor, tersebut adalah 40 ekor/ha. Dalam suatu tempat tidak semuanya merupakan habitat yang layak bagi suatu spesies hewan. Mungkin dari tempat itu hanya sebagian saja yang merupakan habitat yang layak bagi hewan tersebut.Kapadatan maka kepadatan hewan
hewan yang mendiami bagian tertentu ini dinamakan kepadatan mutlak (absolute density). Untuk sampling tumbuhan, permasalahan yang sering dihadapi adalah dalam menentukan suatu individu tanamann. Tumbuhan berbentuk pohon atau herba, banyaknya individu dapat
dihitung dari banyaknya tegakan. Tanaman yang tumbuh dalam kelompok atau bereproduksi secara vegetatif dengan rhizoma di dalam tanah, cara yang umum digunakan adalah menganggap individu-individu tersebut terputus-putus. Sedangkan untuk tanaman yang tumbuh dalam bentuk rumpun, maka setiap rumpun dianggap sebagai satu
individu.Untuk kondisi seperti ini jenis pengukuran yang paling cocok adalah dengan mengukur luas penutupan, baik penutupan tajuk (aerial coverage) maupun penutupan batang (basal coverage) atau biomassa bukan density (kepadatan). Kepadatan populasi dipengaruhi oleh parameter utama yaitu
natalitas, mortalitas, imigrasi dan emigrasi. Selain itu juga dipengaruhi oleh distribusi umur, komposisi genetik, dan pola distribusi. Natalitas dan imigrasi meningkatkan kepadatan, emigrasi menurunkan kepadatan. Untuk metode yang digunakan dalam menetukan densitas pohon digunakan metode Point Center Quarter yang mempunyai syarat sedangkan mortalitas dan
penerapan metode adalah distribusi pohon yang akan diteliti harus acak. Metode ini sulit diterapkan pada populasi pohon yang
pengelompokkannya tinggi atau yang menempati ruang yang seragam. Pada metode point center quadrat, terlebih dahulu menentukan titik-titik
disepanjang garis transek. Jarak antara satu titik dengan titik yang lain dapat ditentukan secara acak. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik akan didapatkan 4 buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan atau satu pohon yang terdekat dengan titik pusat kuadrat, selain itu juga diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.
C. ALAT DAN BAHAN Alat : Tali raffia Alat tulis Soil taster Kantong plastik Altimeter
3
D. CARA KERJA 1. Menentukan kawasan hutan Banyuwindu untuk diukur densitas pohonnya. 2. Mengukur faktor abiotik (dilakukan sebagai data kelas) meliputi pH tanah, kelembaban tanah, suhu, kelembaban udara, ketinggian dari permukaan air laut, serta intensitas cahaya. 3. Menentukan area yang akan diketahui densitas pohonnya. 4. Menerapkan metode Point center Quarter dengan memulai menentukan titik secara acak di area transek. 5. Membagi 4 kuadran yang tegak lurus dengan titik tersebut. 6. Menentukan pohon terdekat dari titik acuan pada masing-masing kuadran. 7. Mengukur jarak pohon tersebut dengan titik acuan dan mencatat data pada sheet data. 8. Melakukannya kembali pada area transek tersebut hingga memperoleh jumlah pohon yang mewakili area tersebut, dimana titik diambil secara acak. 9. Menganalisis data yang kami peroleh dengan menggunakan rumus:
MD =
Keterangan : MD r DM UA FK
dan DM =
= Mean Distance = Jumlah jarak = Densitas Mutlak = Unit Area = Faktor Koreksi
E. HASIL PENGAMATAN TABEL 1. HASIL PENGAMATAN DENSITAS POHON METODE POINT CENTER QUARTER (PCQ) DI KAWASAN HUTAN BANYUWINDU No. 1. TITIK 1 TitikAcuan NamaPohon Bendo Marong Hibiscus tiliaceus Wuni 2. TITIK 2 Cangkok Wuru tengik Preh Ares 3. TITIK 3 A Dadap Wuru tengik Bendo 4. TITIK 4 Marong B Wuru tengik Cangkok 5. TITIK 5 Wuni Walik angin Wuru tengik Preh 6. TITIK 6 C Lasepan D Perlas 7. TITIK 7 Bendo E JarakPohon ( m ) 2,56 5,27 9,39 16,8 2,79 5,17 6,63 3,44 2,61 2,15 13,14 2,83 2,19 5,57 2,62 5,40 3,23 5,07 4,1 10,76 8,43 5,35 3,62 7,41 9,58 5
Pule pandak F 8. TITIK 8 Wuru tengik Wuni G Delimas 9. TITIK 9 Aren Cangkok Ares Marong 10. TITIK 10 H Delimas Preh Rukem 11. TITIK 11 Walik angin Wuni Pule pandak Marong 12. TITIK 12 Perlas Preh I Ares 13. TITIK 13 Cangkok Kecapi Bendo Wuru tengik JUMLAH
6,79 9,60 11,35 15 7,09 14 5,23 4,1 6 8,30 8,39 6,82 7,3 11,13 6,52 5,20 4,61 4,67 6,25 3,33 7,4 6,29 4,3 2,7 6,69 7,25 337,42
TABEL 2. FAKTOR ABIOTIK DI KAWASAN HUTAN BANYUWINDU PADA TANGGAL 22 OKTOBER 2011 Kelembab No. Waktu pH an tanah (%) 1. 2. 3. 4. 5. 7.10 7.13 7.15 7.19 7.30 4.8 4.6 4.6 4.8 6.2 5 5 5 5 5 Kelemb Suhu (oC) aban udara (%) 22.6 22 22.1 21.9 21.9 77 76 78 87 81 700 710 710 720 740 Ketinggian (dpl) Intensitas Cahaya (Lux) 80 x 2000 69 x 2000 61 x 2000 32 x 2000 20 x 2000
F. ANALISIS DATA Jumlahpohon = 13 (titik) x 4 (pohon) = 52 pohon jarak (r) = 337,42 a. Mean distance = = = 6,4888462 m = 6,489 m b. Densitas Mutlak = = = = 237,48952 /10000 m2 = 238 pohon/ 10000 m2
TABEL 3. DENSITAS POHON UNTUK SETIAP SPESIES YANG DIJUMPAI NO. NAMA POHON FREK. DENSITAS SPESIES (/10000 m ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Bendo Marong Hibiscus tilleaceus Wuni Cangkok Wuru tengik Preh Ares Dadap Walik angin Lasepan Perlas Pule pandak Delimas Aren Rukem Kecapi Pohon A Pohon B Pohon C Pohon D Pohon E Pohon F Pohon G Pohon H Pohon I 4 4 1 4 4 6 4 3 1 3 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18,307 18,307 4,577 18,307 18,307 27,412 18,307 13,73 4,577 13,73 4,577 9,154 9,154 9,154 4,577 4,577 4,577 4,577 4,577 4,577 4,577 4,577 4,577 4,577 4,577 4,577
2
KERAPATAN RELATIF SPESIES (%) 7,7 7,7 1,92 7,7 7,7 11,54 7,7 5,77 1,92 5,77 1,92 3,85 3,85 3,85 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92 1,92
Hutan Banyuwindu Kec. Limbangan Kab. Kendal pada tanggal 22 Oktober 2011 ini untuk mengetahui kerapatan (density) pohon yang ada di wilayah hutan Banyuwindu. Dimana kami menggunakan metode Point Center Quarter (PCQ) yang mempunyai syarat penerapan metode adalah distribusi pohon yang akan diteliti harus acak. Pada metode point center quadrat, terlebih dahulu menentukan titik-titik disepanjang garis transek. Jarak antara satu titik dengan titik yang lain ditentukan secara sacak. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik akan didapatkan 4 buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan atau satu pohon yang terdekatdengan titik pusat kuadrat, selain itu juga diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadaran. Kami melakukan pengambilan sampel dengan 13 titik pusat sehingga kami memperoleh data 52 pohon. Untuk area yang kami gunakan yaitu dari hutan kearah dalam. Semakin ke dalam kami temukan kerapatan pohon yang semakin rapat dan pohon yang kami temui relatif besar dan tinggi. Untuk identifikasi tumbuhan kami membawa sample berupa (daun dengan ranting, buah) dan menanyakan nama pohon tersebut kepada penduduk sekitar. Dari analisis data yang kami lakukan dengan menghitung Mean Distancenya yaitu 6,489 m diperoleh data bahwa densitas pohon atau kepadatan pohon atau Densitas Mutlak (DM) disana yaitu 238 pohon/ 10000 m2. Densitas mutlak didapatkan dengan cara membagi luas area dengan faktor koreksi (FK) yang telah dikalikan mean distance dikuadratkan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 10000 m2 (1 ha) terdapat 238 pohon dengan jarak antar pohon rata-rata 6,489 m.
Kepadatan dengan nilai tersebut termasuk kepadatan pohonnya jarang. Kebanyakan pohon yang di jumpai disana adalah pohon kopi yang merupakan komoditas desa Banyuwindu. Tetapi dalam pengambilan data pohon kopi diabaikan, karena bukan merupakan tumbuhan yang tumbuh secara alami. Terlihat di lapangan saat pengambilan data pohon jarang dijumapi yang selain pohon kopi. Regenerasi pohonnya pun terkesan lambat, yang banyak dijumpai adalah pohon-pohon berumur tua. Dari 52 data pohon yang kami peroleh, terdapat 26 spesies namun yang dapat kami identifikasi terutama untuk nama daerahnya dan beberapa nama ilmiah ada 17 spesies dan 9 pohon lainnya tidak diketahui nama spesiesnya. Pohon yang paling banyak kami jumpai yaitu pohon Wuru tengik. Data yang diperoleh antara kelompok satu dengan yang lain berbeda, karena dalam pengambilan data berbeda area pengukurannya sehingga tidak ada penumpukan dan dijumpai beragam jenis pohon. Berikut merupakan grafik densitas spesiesnya :
Faktor abiotik dari area pengamatan kami adalah sebagai berikut.Pada area hutan suhu udara berkisar antara 21o-23oC, intensitas cahaya sekitar 2080 x 2K Lux, ketinggian tempat sekitar 700-740 mdpl
10
dan pH tanah sekitar 4,6-6,2 dan kelembaban udara berkisar antara 7687%. Data faktor abiotik ini dilakukan oleh beberapa orang dari kelas. Dimana dengan kondisi lingkungan tersebut ikut mempengaruhi kerapatan pohon suatu area. Dengan kondisi tersebut, tumbuhan akan lebih mudah tumbuh dan berkembang. Dengan suhu yang tidak terlalu panas dan intensitas cahaya yang cukup sangat mendukung pertumbuhan pohon. Dengan faktor abiotik tersebut, ikut mempengaruhi tingkat
H. KESIMPULAN 1. Jumlah pohon yang diperoleh dalam menentukan densitas pohon di kawasan Limbangan adalah 52 pohon, diketahui ada 26 spesies dimana 17 pohon teridentifikasi sedang 9 pohon lain tidak teridentifikasi. 2. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 10000 m2 (1 ha) terdapat 238 pohon dengan jarak antar pohon rata-rata 6,489 m. 3. Faktor abiotik dari area pengamatan kami adalah suhu udara berkisar antara 21o-23oC, intensitas cahaya sekitar 2080 x 2K Lux, ketinggian tempat sekitar 700-740 mdpl dan pH tanah sekitar 4,6-6,2 dan kelembaban udara berkisar antara 76-87 %.
11
I. DAFTAR PUSTAKA Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Diambil dari http://www.digilib.unnec.ac.id/.../doc.pdf. (18 Oktober 2011) Ngabekti, Sri. 2006. BukuAjarEkologi. Semarang :UniversitasNegeri Semarang. Surasana, E. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Institut Teknologi Bandung.
12