NUR DEWI SUSANAH EKA PANGESTIANA ARIF SETIYANTO RAMDHANI PURNOMO ABDUL RAHMAN (3215096530) (3215096532) (3215096534) (3215096539) (3215086784)
LAPORAN OBSERVASI
IMPLEMENTASI KURIKULUM
DI LIMA SMA NEGERI DI JAKARTA
: PENGEMBANGAN KURIKULUM
MATA KULIAH
LATAR BELAKANG
Sejak KTSP digulirkan pada Juni 2006, banyak persoalan yang muncul dalam penerapan KTSP yaitu tidak memadainya kualitas SDM yang mampu menjabarkan KTSP di satuan pendidikan, kurangnya sarana pendukung dalam pelaksanaan KTSP, belum sepenuhnya guru memahami KTSP secara utuh, baik dari segi konsep maupun penerapannya di lapangan. Oleh sebab itu, kami melakukan observasi di beberapa SMA di Jakarta guna mengetahui sejauh mana penerapan KTSP pada SMA tersebut.
wawancara
Observasi Digital
Recorder Alat
tulis
WAWANCARA
Objek Wawancara : Guru Fisika dan Wakil Bidang Kurikulum masing-masing sekolah. Dari 5 sekolah yang didatangi, hanya 7 guru yang bisa diwawancarai. Ada 30 pertanyaan yang diajukan untuk tiap guru.
OBSERVASI
Observasi menyeluruh tentang kondisi sekolah dari 14 aspek. Penilaian berdasarkan kualitas :
DATA OBSERVASI
KESIMPULAN
Dari 7 guru yang kami wawancarai, hanya satu guru yang tidak terlibat dalam penyusunan KTSP . Sedangkan untuk RPP dan silabus, seluruh guru terlibat dalam pembuatannya. Acuan yang digunakan dalam penyusunan KTSP ialah UU No. 20 tahun 2003 dan PP No.19 tahun 2005. Langkah-langkah penyusunan KTSP ialah menganalisis konteks dan melakukan mekanisme penyusunan yang terdiri dari membuat tim penyusun, membuat kegiatan dan pemberlakuan.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan di masing-masing berbeda-beda, tetapi semua sekolah mempertimbangkan faktor potensi dan kebutuhan sekolah. Komponen penyusunan KTSP yang disebutkan oleh guru-guru yang diwawancarai pada dasarnya mengacu pada pedoman penyusunan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP. Namun, dalam penyebutannya tidak sistematis. Kesesuaian sarana dan prasarana di masing-masing sekolah dengan yang ditetapkan oleh BSNP ialah kurang sesuai. Dari tujuh guru yang kami wawancarai, lima di antaranya menggunakan LKS. LKS tersebut ada yang dibuat oleh masing-masing guru, ada pula yang membeli di penerbit.
Miskonsepsi ditemukan pada beragam konsep. Salah seorang guru justru menilai bukan miskonsepsi yang terjadi, namun beliau mempermasalahkan sistematika konsep yang disajikan dalam buku tersebut. Solusi yang dilakukan oleh seluruh guru yang kami wawancarai serupa, yaitu melakukan koreksi dan memberi pembetulan. Berdasarkan wawancara, empat dari tujuh guru telah melakukan penelitian. Lesson study yang mereka ikuti yang berbasis MGMP. Prestasi yang mereka raih menandakan bahwa mereka tergolong guru yang aktif dalam meningkatkan potensinya.