Anda di halaman 1dari 52

Rekayasa Pelabuhan:

Sistem dan Proses Perencanaan Pelabuhan Dior 0818 09752 130

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL


PP No. 69/2001 tentang Kepelabuhanan Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran, merupakan tempat untuk menyelenggarakan pelayanan jasa kepelabuhan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi lainnya, ditata secara terpadu guna mewujudkan penyediaan jasa kepelabuhan sesuai dengan tingkat kebutuhan. Pelabuhan sebagaimana dimaksud di atas ditata dalam satu kesatuan tatanan kepelabuhan nasional guna mewujudkan penyelenggaraan pelabuhan yang handal, dan berkemampuan tinggi, menjamin efisiensi nasional dan mempunyai daya saing global dalam rangka menunjang pembangunan nasional dan daerah.

Peran Pelabuhan
a. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya Pintu gerbang kegiatan perekonomian daerah, nasional, dan internasional. Tempat kegiatan alih moda transportasi Penunjang kegiatan industri dan perdagangan Tempat distribusi, konsolidasi, dan produksi.

b.

c. d. e.

Fungsi Pelabuhan
Memberikan pelayanan :

a.
b. c. d.

Kegiatan pemerintahan
Kegiatan jasa kepelabuhanan Kegiatan jasa kawasan Kegiatan penunjang kepelabuhanan

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL


Memperhatikan :
Tata ruang wilayah Sistem transportasi nasional Pertumbuhan ekonomi Pola/jalur pelayanan angkutan laut nasional dan internasional Kelestarian lingkungan Keselamatan pelayaran dan Standar internasional, nasional, kriteria, dan norma.

KONSEPSI TATANAN KEPELABUHANAN NASIONAL (TKN)


Tata Ruang Wilayah Nasional Sistem Transportasi Nasional Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pola Jalur Pelayaran Angkutan Laut Nas & Intl Kelestarian Lingkungan Tatanan Kepelabuhanan Nasional

Menjabarkan
Lokasi Pelabuhan

Kegiatan
Pelabuhan

Peran & Fungsi


Pelabuhan Terbuka Perdagangan Luar Negeri

Klasifikasi
Pertumbuhan & Perkembangan Ekonomi Daerah Kepentingan Pengembangan Angkutan Laut Nasional

Jenis Pelabuhan

Keselamatan Pelayaran
Standar, Kriteria dan Norma

Pengembangan ekonomi Nasional Untuk peningkatan peran serta Swasta dan masayarakat
Kepentingan Nasional lainnya IPOLEKSOSBUDHANKAMAGNAS

Hirarki Peran & Fungsi

Melayani

(Lanjutan)
Simpul dalam jaringan transportasi sesuai Hirarki Pintu gerbang perekonomian Tempat alih muat moda transportasi Penunjang kegiatan ind. & perdagangan Tempat distribusi, konsolidasi & prod

Menjabarkan

Angkutan Laut Angkutan Sungai & Danau Angkutan Penyeberangan

Kegiatan

Peran & Fungsi Klasifikasi

Fasilitas Pelabuhan Operasional Pelabuhan Peran & Fungsi Pelabuhan

Pemerintah Pelayanan Kegiatan Jasa kepelabuhan Jasa kawasan Penunjang lainnya Internasional Hub Internasional Nasional Regional Lokal

Jenis Pelabuhan

Pelabuhan Umum Pelabuhan Khusus

Hirarki Peran & Fungsi

Sistem Perencanaan Transportasi & Tatanan Kepelabuhanan Nasional


Darat Pertanian T Kehutanan T N Pariwisata N Sistem T N Transportasi Nasional Udara Tataran Transportasi Laut Nasional
Sistem Angkutan Laut Nasional Tatanan Kepelabuhanan Nasional Sistem Keselamatan Pelayaran Nasional

Tata Ruang Nasional

Darat Pertanian T Kehutanan T N Pariwisata N Sistem T N Transportasi Wilayah Udara Tataran Transportasi Laut Wilayah
Sistem Angkutan Laut Regional Tatanan Kepelabuhanan Regional Sistem Keselamatan Pelayaran Regional

Tata Ruang Propinsi

(lanjutan)
Pertanian T Kehutanan T N Pariwisata N Sistem T N Transportasi Lokal Tataran Transportasi Laut Lokal

Darat

Udara

Tata Ruang Kab/Kota

Sistem Angkutan Laut Lokal Tatanan Kepelabuhanan Lokal Sistem Keselamatan Pelayaran Lokal

Master Plan Master Plan Master Plan (Rencana Induk Pelabuhan) (Rencana Induk Pelabuhan) (Rencana Induk) Pelabuhan Batas Pelabuhan/Tata Letak (Daerah Lingkungan Kerja dan Kepentingan Pelabuhan)

Pedoman arah pembangunan & pengoperasian pelab. berupa rencana zonasi/ blok dengan menggambarkan target rencana jangka pendek (5 thn), jangka menengah (10 thn), jangka dan panjang (20 thn). Hasil rencana ini harus mempertimbangkan rencana induk kota atau rencana tata ruang kabupaten serta menjadi pedoman penetapan batas wilayah pelabuhan.

Rencana Pengoperasian Rencana Pengoperasian Rencana Pengoperasian Kegiatan Kepelabuhanan Kegiatan Kepelabuhanan Kegiatan Kepelabuhanan (Standar Operasional Prosedur) (Standar Operasional Prosedur) (Standar Operasional Prosedur)

Pedoman Pengoperasian Kegiatan Kepelabuahanan berupa pengalokasian Kegiatan Kepelabuhanan di daratan dan di Perairan Pelabuhan yang telah mempertimbangkan aspek : Keamanan; Keselamatan; Kelestarian Lingkungan; dll. Untuk tercapainya pelayanan kegiatan kepelabuhanan yang aman, nyaman, lancar, terjangkau dan efisien, yang spesifik pada masing-masing pelabuhan

Dermaga Umum Dermaga Umum Rencana Detail

Dermaga Umum Dermaga Umum Pelaksanaan

Rute Pelayaran & Lokasi Strategis di Dunia


Gibraltar Bosporus Suez Hormuz

Panama

Bab el-Mandab Malacca

Good Hope Magellan

Alur Pelayaran & Lokasi Strategis di Asia Pasifik


Russia

Tsugaru

Japan China

ic ac if P
India

cea O

Malacca

So u

th Ch i
Makassar

Indonesia

na

Se

I n d ia n

Torres

O c e an

Sunda Lombok

Equidistant Conic Projection

Australia

Kapasitas Lokasi Perlintasan Strategis


Standar
Panamax Suez-max Malacca-max

Kapasitas
65,000 dwt 120,000 dwt 300,000 dwt

Kedalaman
12 meters (40 feet) 16 meters (58 feet) 21 meters (68 feet)

TEUs
4,000 12,000 18,000

Lokasi Strategis Alih Muat Minyak & Gas, 2004


Panama Canal & Pileline Bosporus Suez Canal & Sumed Pipeline Bab el-Mandab Strait of Malacca Strait of Hormuz 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Million barrels per day

Aliran Pelayaran Minyak & Pusat Distribusi Tahun 2003

Bosphorus 3.0 Hormuz Suez 0.4 Panama 3.8

15.3
Malacca

Million barrels per day 15 10 3 1

3.3 Bab el-Mandab

11.0

Lokasi Pengelola Pelabuhan/ Terminal Utama Dunia Tahun 2006

APM Terminals Dubai Ports World Hutchison Port Holdings Peninsular and Oriental Ports Port of Singapore Authority

Pacific Asia

Europe

Lalu Lintas & 50 Pelabuhan Kontener Utama Dunia Tahun 2003

Los Angeles Hampton Roads New York/New Jersey Oakland Charleston Long Beach San Juan Jeddah Dubai Salalah Nhava Sheva Colombo

Tacoma

Less than 2 million TEU 2 to 4 million TEU 4 to 7 million TEU 7 to 10 million TEU More than 10 million TEU Melbourne

Pacific Asia
Laem Chabang Hong Kong Port Kalang Tanjung Pelepas Singapore Tanjung Priok Manila Tanjung Perak Algeciras Guangzhou ShenzhenXiamen Keelung Kaohsiung NingboShanghai Busan Osaka Nagoya Kobe Tokyo Tianjin Dalian Quingdao Felixstowe Antwerp LeHavre Rotterdam Hamburg

Europe

Genoa Barcelona Valencia Gioia Tauro Piraeus

PERBANDINGAN ANTARA INDONESIA, JEPANG, FILIPINA DARI JUMLAH PELABUHAN UMUM DAN LUAS AREA
NEGARA JUMLAH PELABUHAN UMUM (BUAH) 725 JUMLAH PULAU (BUAH) 17,504 24.1 1,102 4,000 3.6 700 7,100 10.1 LUAS AREA (000 Km2) 1,920 2.65 370 0.34 320 0.46

INDONESIA JUMLAH YG DILAYANI PER PELABUHAN JEPANG JUMLAH YG DILAYANI PER PELABUHAN FILIPINA JUMLAH YG DILAYANI PER PELABUHAN

Sumber : Overseas Coastal Development Intitute - Japan

ARCHIPELAGIC SEA LANES IN INDONESIAN ARCHIPELAGIC WATERS


(Resolution MSC 72 (69) IMO May 19, 1998)

AND DAILY MARINE TRAFFIC DENSITY THROUGH THE LANES


200
Sea Lane I The Straits of Malacca and Singapore Sea Lane III Sea Lane II

Pacific Ocean

30

Karimata Strait 20

Makassar Strait
III C

Java Sea
60 Sunda Strait

III A
4

PNG
III B 3

Indian Ocean

13 Lombok Strait

4
III D

Australia

SEA LANE SEA LANE SEA LANE

I II III

: KARIMATA STRAIT, JAVA SEA, AND SUNDA STRAIT : MAKASSAR STRAIT TO LOMBOK STRAIT : MALUKU SEA, SERAM SEA, BANDA SEA THAN BRANCH TO OMBAI STRAIT, TO EAST AND WEST SIDE OF TIMOR ISLAND : Passing Through Vessel

TAHAPAN JARINGAN PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

TATANAN KEPELABUHANAN NASIONAL 2025

PELB. UTAMA PRIMER PELB. UTAMA SEKUNDER

PELB. PENGUMPAN REGIONAL


PELB. PENGUMPAN LOKAL

PELB. UTAMA TERSIER

INDONESIAN PORTS

TYPE OF PORT

PORT MANAGEMENT/ OPERATOR

NO OF PORT

INTERNATIONAL (OPEN FOR FOREIGN TRADE)

LOCAL

A.

PUBLIC PORT 1. 2. COMMERCIAL PORT NON COMMERCIAL PORT PELINDO I, II, III, IV UPT (GOVT) SPECIAL PORT OF INDUSTRY, MINING, FISHERY, AGRI, ETC 111 597 1.401 76 31 34 35 566 1.367

B.

SPECIAL PORT

TOTAL

2.109

141

1.968

Jenis Pelabuhan [1]


Menurut Jenis Angkutan
Pelabuhan laut; Pelabuhan sungai dan danau; dan Pelabuhan penyeberangan

Menurut Aspek Teknis


Pelabuhan alam; Pelabuhan buatan; dan Pelabuhan semi alam

Menurut Jenis Perdagangan


Pelabuhan sungai (lokal); Pelabuhan pantai (interinsuler); Pelabuhan laut (internasional); dan Pelabuhan khusus.

Jenis Pelabuhan [2]


Menurut Jenis Pungutan Jasa
Pelabuhan yang diusahakan; Pelabuhan yang tidak diusahakan; Pelabuhan otonom; dan Pelabuhan bebas.

Jenis Kegiatan
Pelabuhan umum; Pelabuhan industri; Pelabuhan minyak/tambang; dan Pelabuhan militer.

Jenis Pelayaran [1]


1. Pelayaran luar negeri : kegiatan angkutan laut ke atau dari luar negeri, yang dilakukan dengan trayek secara tetap dan teratur atau dengan trayek yang tidak tetap dan tidak teratur, dengan menggunakan kapal asing dan kapal nasional dari semua jenis kapal. 2. Pelayaran dalam negeri : kegiatan angkutan laut antar pelabuhan di wilayah perairan Indonesia, yang dilakukan dengan trayek secara tetap dan teratur atau dengan trayek yang tidak tetap dan tidak teratur, dengan menggunakan kapal nasional dan kapal asing yang dioperasikan secara carter oleh perusahaan pelayaran nasional dari semua jenis kapal. 3. Pelayarana Khusus : kegiatan angkutan laut yang diselenggarakan untuk kepentingan sendiri dalam menunjang kegiatan usaha pokok dan tidak untuk melayani kepentingan pihak lain serta tidak mengangkut barang-barang umum, dengan menggunakan kapal asing dan kapal nasional.

Jenis Pelayaran [2]


4. Pelayaran perintis : kegiatan yang dilakukan dengan trayek secara tetap dan teratur, dan penyelenggaraannya oleh pemerintah dengan tujuan menghubungan daerahdaerah yang masih belum terjangkau oleh sarana angkutan lain. 5. Pelayaran Rakyat (PELRA) : kegiatan angkutan laut untuk barang dan hewan antar pelabuhan di wilayah perairan Indonesia, dengan menggunakan kapal layar ukuran isi kotor s/d 850 M3 dan menggunakan kapal layar motor ukuran isi kotor 425,50 m3 s/d 850 m3 dengan ukuran mesin penggerak bantu 120 TK s/d 150 TK

Pelayaran menurut operasi


1. Liner :
Pelayaran angkutan laut yang dilakukan secara tetap dan teratur oleh kapal asing dan kapal nasional pada pelayaran luar negeri dan pelayaran dalam negeri dengan menyebutkan pelabuhan singgah.

2. Tramper :
Pelayaran angkutan laut yang dilakukan secara tidak tetap dan tidak teratur oleh kapal asing dan kapal nasional serta pelayaran luar negeri dan pelayaran dalam negeri.

RUTE LINER DOMESTIK KONTAINER


MALAHAYATI LHOKSEUMAWE BELAWAN KUALA TANJUNG TARAKAN TANJUNG SELOR DUMAI PERAWANG PEKANBARU TELUK BAYUR SINGAPORE BATAM PONTIANAK TAYIN PALEMBANG Tg. Pandan TAHUNA SIAU TOBELO TOLI TOLIBITUNG SANGKULIRANG BENGALON GORONTALO SENGATA BONTANG SAMARINDA PANTOLOAN PALU BALIKPAPAN TERNATE DUMAI PERAWANG PEKANBARU TELUK BAYUR SINGAPORE BATAM PONTIANAK TAYIN JAYAPURA PKL. BUN SAMPIT BANJARMASIN KOTA BARU PARE PARE KENDARI BIRINGKASI HATI MAKASSAR AMAHAI A M B O N FAK FAK BENGKULU PANJANG PALEMBANG Tg. Pandan PORT KLANG MALAHAYATI LHOKSEUMAWE BELAWAN KUALA TANJUNG TARAKAN TANJUNG SELOR TAHUNA SIAU TOBELO TOLI TOLIBITUNG SANGKULIRANG BENGALON GORONTALO SENGATA BONTANG SAMARINDA PANTOLOAN PALU BALIKPAPAN TERNATE PORT KLANG

TEMBILAHAN

TEMBILAHAN MANOKWARI SORONG

MANOKWARI SORONG

JAY PKL. BUN SAMPIT BANJARMASIN KOTA BARU PARE PARE KENDARI BIRINGKASI HATI MAKASSAR A M B O N AMAHAI FAK FAK

BENGKULU PANJANG

TG. PERAK BANYUWANGI MERAUKE NTB DILI KUPANG

TG. PERAK BANYUWANGI NTB DILI KUPANG

ROUTE NETWORK : TG. PRIOK PONTIANAK, PP TG. PRIOK BELAWAN, PP TG. PRIOK (TG. PERAK) BELAWAN, PP TG. PRIOK BELAWAN BUATAN TG. PRIOK TG. PRIOK PANJANG, PP TG. PRIOK TELUK BAYUR, PP TG. PRIOK- PEKANBARU, PP TG. PRIOK BANJARMASIN, PP TG. PRIOK BALIKPAPAN, PP TG. PRIOK SAMARINDA, PP TG. PRIOK TG. PERAK BITUNG, PP TG. PRIK - TG. PERAK - TARAKAN, PP TG. PRIOK - MAKASSAR, PP TG. PRIOK TG. PERAK (Makassar) BITUNG, PP TG. PRIOK TG. PERAK MAKASSAR, PP

TG. PRIOK TG. PERAK SORONG, PP TG. PRIOK TG. PERAK MANOKWARI, PP TG. PRIOK TG. PERAK MERAUKE, PP TG. PRIOK TG. PERAK AMAMAPARE, PP TG. PRIOK TG. PERAK MAKASSAR BITUNG PANTOLOAN TG. PERAK TG. PRIOK, PP TG. PRIOK PANJANG - TG. PRIOK SEMARANG TG. PERAK TG. PRIOK, PP

ROUTE NETWORK : TG. PERAK BELAWAN, PP TG. PERAK - TG. PRIOK BELAWAN, PP TG. PERAK - (TG. PRIOK) BELAWAN, PP TG. PERAK BANJARMASIN, PP TG. PERAK BALIKPAPAN, PP TG. PERAK SAMARINDA, PP TG. PERAK- TARAKAN, PP TG. PERAK SORONG, PP TG. PERAK MANOKWARI, PP TG. PERAK MAKASSAR, PP TG. PERAK MAKASSAR BITUNG, PP TG. PERAK (MAKASSAR) - AMBON, PP TG. PRIOK (MAKASSAR) KWANDANG (BITUNG), PP TG. PERAK KENDARI, PP TG. PERAK MAKASSAR KENDARI, PP

TG. PERAK PANTOLOAN, PP TG. PERAK (MAKASSAR) SAMARINDA, PP TG. PERAK JAYAPURA, PP TG. PERAK SAMPIT, PP TG. PERAK BENOA, PP TG. PERAK (MAKASSAR) AMBON (KWANDANG), PP TG. PERAK SAMARINDA BONTANG, PP TG. PERAK (MAKASSAR) TERNATE DSK (AMBON), PP

RUTE PELAYARAN KAPAL PENUMPANG PELNI

Pelayaran menurut kepemilikan


1. Kapal asing :
kapal berbendera negara asing yaitu yang memiliki kebangsaan asing, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada masing-masing negara yang bersangkutan.

2. Kapal nasional :
kapal berbendera Indonesia yaitu yang memiliki kebangsaan Indonesia, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia.

Barang menurut jenis kemasan [1]


1. General Cargo : barang yang dimuat dan atau dibongkar yang terdiri dari berbagai bentuk kemasan dengan ukuran yang berbeda dan tidak seragam, serta berat/isi per colly kurang dari 1 ton atau 1 m3. 2. Bag Cargo : barang yang dimuat dan atau dibongkar dengan menggunakan bungkusan karung, dalam hal ini tidak termasuk muatan curah kering yang dimuat dengan cara dikarungkan dahulu dan setelah tiba diatas kapal jahitan karung dibuka lalu muatan dicurahkan kedalam palka. 3. Unitized : barang yang dimuat dan atau dibongkar yang mempunyai bentuk dan kemasan yang sama dan seragam dengan berat dan atau isi per colly di atas 1 ton atau 1 m3, termasuk juga paletized cargo, peti-peti di atas 1 ton, kayu lapis di atas 1 ton, dan muatan lainnya yang lebih dari satu jenis dengan berat dan atau isi per colly lebih dari 1 ton atau 1 m3.

Barang menurut jenis kemasan [2]


4. Curah Kering : muatan curah sejenis yang kering dan memakai kemasan tertentu dalam jumlah besar, yang dimuat dan atau dibongkar sekaligus, termasuk muatan karung yang setelah di atas kapal jahitannya dibuka dan muatannya dicurahkan ke dalam palka kapal. 5. Curah Cair : muatan curah sejenis yang cair dan tidak menggunakan kemasan tertentu dalam jumlah besar. Muatan curah cair dibedakan menurut muatan curah cair BBM dan muatan curah cair Non-BBM. 6. Peti Kemas : kemasan barang dengan standar ISO atau non ISO yang berukuran 20, 40, dan 50, atau lebih/kurang dari 20, 40 dan 50. Peti kemas terbagi atas peti kemas isi dan peti kemas kosong.

Dermaga menurut jenis muatan


1. Dermaga Konvensional : dermaga/tambatan yang tidak dipergunakan untuk tempat merapat/sandar kapal-kapal curah cair, curah kering, dan peti kemas. 2. Dermaga Peti Kemas : dermaga/tambatan yang dipergunakan untuk tempat merapat/sandar kapal-kapal khusus yang membongkar dan atau memuat peti kemas. 3. Dermaga Curah Kering : dermaga/tambatan yang dipergunakan untuk merapat/sandar kapal-kapal khusus yang membongkar dan atau memuat barang curah kering. 4. Dermaga Curah Cair : dermaga/tambatan yang dipergunakan untuk tempat merapat/ sandar kapal-kapal khusus yang membongkar dan atau memuat barang curah cair. 5. Dermaga untuk Kepentingan Sendiri : Dermaga/tambatan yang dipergunakan untuk kepentingan sendiri dan tidak untuk kepentingan pelayanan umum.

GROWTH OF INDONESIAN MERCHANT FLEET


7,000
6,371 5,839 5,973 6,079

Number of Fleet average tonnage (DWT)

6,000
5,392 4,926

5,587

5,000
4,100

4,000

3,873

3,709

3,806
3,592 3,508 3,501

3,000
2,498

2,599

2,676

2,787

2,000
1,229 1,221 1,081 1,219 1,221 1,215 1,216 1,213

1,000

0 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Year

NUMBER OF FLEET

No
1

TYPE OF COMPANIES
1988 SHIPPING COMPANY Annual Average Growth Rate (%) 1989 2,498 1990 2,599 1991 2,676 1992 2,787 1993 4,100 1994 3,806 1995 4,926 1996 6,371 1997 5,392 1998 5,587 1999 5,839 2000 5,973 2001 6,079 2002*)

7,7 %
2,718 2,755 2,782 2,861 2,248 2,418 1,421 1,066 1,066 1,625 1,916 2,020 2,047

SPECIALISED SHIPPING Annual Average Growth Rate (%)

-2,3 %
2,786 2,982 3,131 2,747 2,004 2,269 2,264 2,793 2,793 2,593 2,613 2,530 2,530

TRADITIONAL SHIPPING Annual Average Growth Rate (%) TOTAL Annual Average Growth Rate (%) Average Tonnage of Ships (DWT)

- 0,8 %
8,002 8,336 8,589 8,395 8,352 8,493 8,611 10,230 9,251 9,805 10,368 10,523 10,656

2,4 %
3,873 3,709 3,592 3,508 3,501 1,229 1,221 1,081 1,219 1,221 1,215 1,216 1,213

THE 35 MOST IMPORTANT MARITIME COUNTRIES AND TERRITORIES AS OF 1 JANUARY 2001


No Country of Domicile National flag 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Greece Japan Norway United States China Hong Kong Germany Republic of Korea Singapore United Kingdom Taiwan Denmark Russian Federation Italy India Saudi Arabia Sweden Turkey Brazil 785 781 907 508 1 617 166 467 473 476 407 162 418 2 190 502 358 59 168 452 161 Number of Vessels Foreign flag 2 476 2 150 791 890 599 385 1 640 430 280 432 359 318 349 129 52 69 194 103 19 Total 3 261 2931 1698 1398 2 216 551 2 107 903 756 839 521 736 2 539 631 410 128 362 555 180 Deadweight tonnage (juta DWT) National flag 43.58 15.22 27.73 9.79 22.34 9.08 7.44 7.60 12.84 8.34 7.20 7.93 8.57 8.71 10.34 1.05 1.50 7.78 5.60 Foreign flag 99.53 83.51 32.31 34.95 18.39 26.63 25.44 18.06 7.79 10.97 11.66 10.19 7.50 4. 50 1.53 9.45 8.82 1.06 2 .19 Total 143.11 98.73 60.04 44.73 40.73 35.71 32.87 25.66 20.63 19.32 18.87 18.12 16. 07 13.21 11.87 10.50 10.32 8.84 7.79

20.

Iran, Islamic Republic of

166

168

7.08

82.09

7.17

No

Country of Domicile

Number of Vessels National flag Foreign flag 233 55 Total 246 295

Deadweight tonnage (juta DWT) National flag 0,72 5.40 Foreign flag 6.19 1.07 Total 6.91 6.47

21. 22.

Switzerland Malaysia

13 240

23.
24. 25. 26.

Belgium
Netherlands France Philippines

22
568 174 328

136
202 91 27

158
770 265 355

0,13
3.59 3.42 4.29

6.34
2.69 2.12 0.61

6.47
6.28 5.54 4.90

27. INDONESIA
28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. Canada Spain Kuwait Australia Ukraine United Arab Emirates Monaco Thailand

494
162 100 32 56 361 42 0 218

98
87 223 3 36 90 138 107 49

592
249 323 35 92 451 180 107 267

3.11
1.01 0,22 3.41 1.73 1.25 0,48 0 2.07

1.25
3.03 3.61 0,27 1.55 1.56 2.15 2.62 0,48

4.36
4.04 3.83 3.68 3.28 2.81 2.63 2.62 2.45

Sub Total World Total


14 033 16 306

13 242 14 202

27 275 30 508

260.54 282.11

450.14 467.49

710.68 749.60

Source : Review of Maritime Transport, UNCTAD, 2001 Based on data of vessels with tonnage GT. 1000 The country of domicile indicates where the controlling interest of the fleet is located, in terms of the parent company.

GROWTH OF DOMESTIC/ INTER ISLAND SEA BORNE CARGO


(INCLUDING TRADITIONAL AND PIONEER SHIPPING)
Mil Ton

200
180.2

180 160 140


119.5 132.7 129.5 147.1 146.5

170.1 152.1 133.6 125.1 149.9

120 100 80 60 40 20 0 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
96.9 94.9

Year (Mil Ton)

Cargo Total Cargo

Year

198 9 96.9 71.1 28.9

199 0 94.9 66.5 33.5

1991 119. 5 57.7 42.3

1992 132. 7 55.0 45.0

1993 129. 5 58.9 41.1

1994 147. 1 50.6 49.4

1995 146.5 51.4 48.6

1996 170. 1 53.3 46.7

1997 133. 6 46.4 53.6

1998 125. 1 46.9 53.1

1999 180. 2 50.5 49.5

2000 152. 1 53.0 47.0

2001 149. 9 60.0 40.0

Share of Indonesian Flag Carrier (%) Share of Foreign Flag Carrier (%)

TRADITIONAL SHIPPING IN INDONESIA

Serve inland waters, rivers and inter-island cargo Major cargo are timber and daily goods

PIONEER SHIPPING IN INDONESIA

Government heavily subsidizes the operation of pioneer shipping The objective is to stimulate regional economic growth connecting isolated/ less developed region with relatively developed regions.

GROWTH OF INTERNATIONAL SEA BORNE CARGO FROM/ TO INDONESIA


Mil Ton
450
412.7

400
364.5

350 300 250


216.7 238.7 278.2

337.1

338.8

267.1

266.8

200
166.3

180.8 138.2

150 100 50 0

133.3

1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Year (Mil Ton)

Desc Total Export/ Import

Year

1989 132.3 2.48

1990 138.2 3.96

1991 166.3 3.64

1992 180.8 3.41

1993 216.7 3.17

1994 238.8 3.42

1995 278.2 2.15

1996 337.1 6.59

1997 267.1 3.85

1998 266.8 3.52

1999 338. 8 4.79

2000 364.5 4.62

2001 412.7 5.45

Share of Indonesian Shipping Line (%)

DISTRIBUTION OF DOMESTIC/ INTERISLAND SEABORNE CARGO IN 2001 BASED ON TYPES OF SHIPPING

Gencar

33.68 mil ton

Liner 4.07%
3.46 mil ton Gencar Dry Bulk 21.39 mil ton

0.06 mil ton 0.47 mil ton

Dry Bulk Liquid Bulk Liquid Bulk 86.60 mil ton

2.11 mil ton

Container

Tramper 95.93%

Total Cargo Carried by Liner Shipping Carried by Tramper Shipping

: : :

149.9 mil ton Container 6.1 mil ton (4.07 %) 143.8 mil ton/m (95.9 %)

2.17 mil ton

DISTRIBUTION OF INDONESIAN EXPORT/IMPORT SEABORNE CARGO IN 2001 BASED ON TYPES OF SHIPPING


32.06 mil ton Gencar Dry Bulk 23.74 mil ton Gencar 110.95 mil ton

Liner 10.86%

13.89 mil ton Dry Bulk

Liquid Bulk

207.19 mil ton

Tramper 89.14%
2.51 mil ton 4.63 mil ton Container

Liquid Bulk

Total Cargo Carried by Liner Shipping Carried by Tramper Shipping

: : :

412.7 mil ton 44.8 mil ton (10.86 %) 367.9 mil ton (89.15 %)

Container

17.74 mil ton

SEA TRANSPORTATION MARKET SHARE 2003


DOMESTIC INTERNATIONAL

96.59% 46.80% 53.20%

3.41%

FOREIGN

NASIONAL

ASING

NASIONAL

TOTAL CARGO : + 170 Mil TonTOTAL CARGO LOAD Share of national vessel : 53,20 % Share of national vessel Share of foreign vessel : 46,80 % Share of foreign vessel

: 442,9 Mil Ton : 3,41 % : 96,59 %


9

Perencanaan Pelabuhan

Rentang Waktu Perencanaan Pengembangan Pelabuhan


Berdasarkan kebijakan dan strategi pengembangan pelabuhan nasional, rencana pengembangan pelabuhan disusun sbb : rencana jangka panjang atau rencana induk (8 25 tahun)

rencana jangka menengah (3 7 tahun)


rencana jangka pendek (1 2 ahun)

Rencana Jangka Panjang (1)


1. Dalam mempersiapkan rencana induk setiap pelabuhan perlu diketahui : a. Peranan pelabuhan seperti : Pelayanan perdagangan internasional dari daerah belakangnya (hinterland); Mendorong pertumbuhan industri dan perdagangan setempat Melayani transhipment (alih muat kapal). b. Transportasi penunjang seperti jalan, rel, dan air; c. Kebijakan tata guna lahan untuk pelabuhan; d. Kebijakan finansial seperti komersialisasi dan misi publik. 2. Perkiraan perkembangan permintaan pelabuhan dalam jangka panjang perlu cukup akurat, seperti perkembangan industri, pertanian dan lain-lain;

3.Perkiraan kecenderungan perkembangan teknologi maritim dalam jangka panjang;


4.Rencana jangka panjang perlu ditinjau ulang setiap 5 tahun akibat perubahan lingkungan dan teknologi;

Rencana Jangka Panjang (2)


5.

Yang perlu dilakukan dalam menyusus rencana jangka panjang :


a. Analisis arus barang (dan penumpang) saat ini; b. Peramalan lalu lintas secara komprehensif; c. Perumusan peranan pelabuhan; d. Survei teknis menyeluruh; e. Rencana alokasi lalu lintas; f. Rencana tata guna lahan, daerah perairan, dan alur pelayaran; g. Koordinasi kebijakan angkutan darat.

Rencana Jangka Menengah


1. Dimulai dengan melakukan studi kelayakan (feasibility study) untuk menemukan cara yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan dilanjutkan dengan tahap desain.

2.

Dalam membuat rencana jangka menengah harus memperhitungan perkembangan teknologi kapal, informasi, peralatan penanganan barang, dan lain-lain. Demikian juga peramalan keadaan ekonomi jangka menengah.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menyusun rencana jangka menengah adalah sebagai berikut : a. Meninjau ulang rencana induk yang ada;
b. c. d. e. f. g. Peramalan arus lalu lintas; Pilihan engineering (rekayasa) dan perkiraan biaya investasi; Survey lokasi pembangunan pelabuhan; Rencana operasional Menghitung kinerja (performance) operasi; Analisis ekonomi dan finansial : Benefit Cost Ratio (BCR), IRR, NPV, payback period, laba/rugi, dll;

3.

Langkah-langkah Persiapan (1)


1. Kebijakan pengembangan secara umum (identifikasi peranan pelabuhan dan periode rencana serta tanggung jawab pendanaan dalam jangka panjang, menengah dan pendek); 2. Peramalan lalu lintas (peramalan sesuai periode rencana); 3. Kebijakan teknologi (teknologi penanganan barang untuk terminal tertentu); 4. Penempatan barang (pengelompokan barang untuk terminal tertentu); 5. Penentuan dimensi awal (penambahan fasilitas yang dibutuhkan); 6. Pemilihan tempat awal (letak fasilitas dalam daerah pelabuhan); 7. Kelayakan rekayasa (untuk masing-masing lokasi); 8. Perkiraan biaya secara kasar (untuk seluruh fasilitas); 9. Mempersempit alternatif pilihan ; 10. Diskusikan kesimpulan dengan pengambilan keputusan untuk mendapatkan persetujuan;

Langkah-langkah Persiapan (2)


11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Rencana operasional (untuk seluruh fasilitas) Penentuan dimensi akhir (dari butir 5); Desain awal (tata letak fasilitas); Perkiraan biaya secara rinci (untuk analisis finansial); Analisis Cost-Benefit (untuk setiap alternatif); Analisis keuangan (untuk setiap alternatif); Seleksi akhir (dari seluruh alternatif); Diskusikan kesimpulan dengan pengambilan keputusan untuk mendapatkan persetujuan prinsip tentang penyelesaian yang diusulkan; 19. Buatkan laporan tertulis (didukung analisis); 20. Dapatkan persetujuan untuk melaksanakan proyek dan rencana sumber pembiayaan nasional dan internasional.

Informasi yg Diperlukan untuk Pengembangan Pelabuhan


Engineering design trends Inventory of existing facilities Environmental consideration Development constraints Development objectives

Definition of Feasible Plan


Cargo handling technology A N A L Y S E S

Performance statistics

Productivity Forecast
Productivity constraints

Development Plan

Traffic records Trade trends

Traffic Forecast
Ship and technology trends Packaging technology trends

Perencanaan Pengembangan Pelabuhan


Rencana Sektor Industri Penyulingan Minyak Pabrik Pengolahan Pertambangan Pertanian Sektor lain Pola Nasional dari : Konsumsi Manufaktur Barang Transit Internasional Survei geologi pantai nasional Survei hidrologi nasional Kebijakan pengembangan regional Kemungkinan Terknologi Survei angkutan khusus Permintaan dasar Permintaan jalan umum Permintaan barang maritim nasional/regional

Untuk Setiap Pelabuhan Daerah belakang tradisional


Permintaan Barang Lokal Barang Umum Barang khusus Fasilitas saat ini Untuk barang umum Untuk barang khusus Untuk barang transipmen Jaringan transportasi yang ada Antara pelabuhan dengan pusat barang Angkutan pantai menuju pelabuhan Armada pantai saat ini Angkutan jalan yang tersedia Angkutan jkereta api yang ada Armada Sungai Rencana Pengembangan Pelabuhan

Survei pelabuhan saat ini

Kapasitas Armada

Tahapan dalam Perencanaan Proyek Pelabuhan


PERENCANAAN JANGKA PANJANG Menentukan Kerangka Pengembangan

Proyeksi Lalu lintas secara Gris Besar Mendefinisikan Peranan dari Pelabuhan

Survey Engineerig secara Garis Besar


Rencana Alokasi Lalu lintas Rencana Tata Guna Lahan, Areal Perairan Pelabuhan, Alur Pelayanan Koordinasi dengan Transportasi Darat PERENCANAAN JANGKA MENENGAH Proyeksi Lalu lintas Alternatif alternatif Rancangan Teknis Prakiraan Biaya Survey Lokasi secara Spesifik Rencana Pengoperasian Perhitungan Kinerja Pelabuhan Benefit Cost Analysis Analisis Finansial Pelaporan

MASTER PLAN

Analisis Lalu lintas Eksisting

RENCANA PROYEK

ENGINEERING DESIGN

GARIS BESAR

OPTION TERBAIK

PENENTUAN

TAHAP

Anda mungkin juga menyukai