Anda di halaman 1dari 10

PENGUNGSI TSUNAMI MENTAWAI SUDAH 3 HARI TIDAK MAKAN DAN KELAPARAN Pengungsi korban tsunami yang dikonsentrasikan di Kilometer

37 Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, tiga hari terakhir ini tak mendapat makan dan minum yang cukup. Salah satu penyebabnya, lagilagi, adalah minimnya koordinasi di lapangan. Di kawasan itu setidaknya ada 500 pengungsi, termasuk anak- anak dan anak balita. Mereka berasal dari sejumlah dusun, antara lain Purourougat, Asahan, Bake, dan Maurau. Sejak Selasa lalu tak hanya jatah makan yang kurang, tetapi pengungsi juga tak mendapat sarapan. Selasa dan Rabu pengungsi diberi makan, masing-masing, mulai pukul 13.00 dan 15.00. Kemarin, pengungsi baru diberi makan pukul 14.00. Itu pun hanya sebagian yang mendapat jatah. Akibat jumlah konsumsi sangat terbatas, kemarin, yang diprioritaskan mendapat makanan adalah anak-anak. Itu pun tidak semua anak kebagian. Stok air mineral bahkan habis total. Tak sedikit anak balita yang menangis kelaparan. Tak ada yang proaktif Meskipun krisis makanan sangat terasa di Km 37 itu, tak ada satu pun aparat pemerintah yang mengoordinasi pendistribusian makanan bagi pengungsi tersebut. Tak ada yang proaktif mencarikan solusi. Hal yang terjadi selama tiga hari belakangan ini adalah konsumsi baru tersedia setelah pengungsi berteriak-teriak. Tak jarang, ibu-ibu membawa anakanak mereka yang menangis kelaparan ke dapur umum. Dapur umum yang diawaki sepuluh perempuan tak mampu menyediakan konsumsi sebagaimana kebutuhan pengungsi yang semakin bertambah banyak. Selain tenaga terbatas, peralatan masak juga terbatas. Stok bahan makanan di Km 37 juga diperkirakan habis Jumat ini. Dapur umum sudah kewalahan, kata Yusnidar Salamoisa (40), salah satu petugas dapur umum. Menanggapi hal itu, pengungsi menyatakan, mereka bersedia memasak sendiri. Mereka hanya membutuhkan peralatan masak berikut minyak tanah, bahan pangan yang cukup, dan akses air bersih yang memadai. Namun, ketiga hal yang disebutkan pengungsi itu sama sekali belum tersedia di Km 37. Di samping persoalan makanan, Km 37 juga belum dilengkapi sarana mandi, cuci, kakus (MCK) sekaligus akses air bersih. Hari-hari mendatang diperkirakan akan semakin banyak pengungsi yang datang ke Km 37. Penanggung Jawab Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Sikakap, Endang Suhendar, yang dimintai komentarnya tentang masalah ini, mengatakan, ia telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk meningkatkan pelayanan. Jika masih ada kekurangan, artinya masih perlu peningkatan kinerja, katanya.

SIAGA TSUNAMI DI INDONESIA AKIBAT GEMPA BERSKALA 8.9 RITCHER DI JEPANG Meski ancaman tsunami Jepang tak terjadi di wilayah Indonesia, kepanikan dan kesiapsiagaan terjadi pada Jumat (11/3) petang di Manokwari, Jayapura, Ambon, Ternate, dan Manado, mengantisipasi gempa besar 8,9 skala Richter dan tsunami di Jepang, Jumat siang. Sebagian kecil warga pesisir kota Manokwari di Kampung Borobudur sekitar pukul 18.00 panik setelah perangkat kampung mengumumkan agar warga waspada dan mengungsi. Banyak warga yang mengemasi barang-barang mereka dan menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi. Di Jayapura, kepanikan terjadi sekitar pukul 18.00 saat penduduk menyelamatkan diri dengan kendaraan umum dan kendaraan pribadi ke Entrop dan Abepura yang merupakan daerah perbukitan. Jalanan di Jayapura yang biasanya meriah, menjelang malam, mendadak jadi lengang. Emi dan Abu Rumkel, keduanya penduduk Kampung Borobudur, Manokwari, mengaku khawatir jika terjadi tsunami. Emi membawa kedua anaknya dan bersama temannya menuju ke bagian kampung yang lebih tinggi. Sedangkan Abu Rumkel mengatakan, warga panik karena pengalaman buruk peristiwa tsunami pada 1996 di Biak. Menurut Yulson Sinery, petugas pemantau meteorologi dari BMKG Kelas III Manokwari di Papua Barat, ada enam daerah yang berpotensi tsunami, yakni Manokwari, Kota Sorong, Sorong Selatan dan utara, Raja Ampat, dan Teluk Wondama. Sedangkan di Provinsi Papua ada di delapan lokasi. Situasi Ambon (Maluku) dan Ternate (Maluku Utara) nyaris sama dengan Papua. Kepanikan warga terlihat sekitar pukul 17.00. Jalan-jalan ramai oleh hirukpikuk orang yang hendak mengungsi ke perbukitan Gunung Gamalama. Transportasi laut dari Ternate ke Pulau Halmahera atau Pulau Tidore dihentikan sementara. Di Kota Ambon, sebagian warga di pesisir Waihaong memilih mengungsi ke perbukitan Kebun Cengkeh. Jaringan telekomunikasi di Maluku dan Maluku Utara sekitar pukul 17.00 terganggu. Di Jayapura, warga menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi untuk mengungsi ke daerah perbukitan Entrop dan Abepura. Kepanikan luar biasa melanda sebagian warga Sulut. Sebagian penduduk bahkan mengungsi ke Kota Tomohon, kota pegunungan, 30 kilometer dari Manado. Anjuran mengungsi Pemprov Sulut memberikan pengumuman melalui pengeras suara di setiap kelurahan di Kota Manado. Sedangkan Gubernur Sulut SH Sarundajang, melalui berita radio dan televisi lokal, meminta warga untuk mengungsi.

Menurut Sarundajang, Sulut akan menjadi tuan rumah pelaksanaan latihan penanggulangan bencana internasional, termasuk tsunami, 15 Maret mendatang. Ia berharap warga tetap tenang dan tidak panik. Namun, situasi lalu lintas di jalan-jalan protokol kota Manado kacau-balau. Warga berebut keluar meninggalkan Jalan Piere Tendean di kawasan Boulevard di bibir pantai Manado. Jalan Bethesda dan Teling macet total. Di Kepulauan Talaud dan Kota Bitung, ribuan warga mengungsi ke kawasan perbukitan. Warga Gorontalo Utara memilih mengungsi sejak sore. Di Bali, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyatakan, tsunami Jepang tidak berdampak besar terhadap Indonesia. Meski demikian, pemerintah daerah di wilayah rawan, seperti di Sulut, Papua, dan Maluku Utara yang berhadapan langsung dengan Laut Pasifik, harus tetap waspada.

LAGI, LAPINDO MELAKUKAN PENGEBORAN GAS TAK JAUH DARI PUSAT SEMBURAN PT Lapindo Brantas kembali akan melakukan pengeboran eksplorasi gas bumi di wilayah Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Desa Kalidawir, lokasi eksplorasi yang diincar Lapindo, tak jauh dari pusat semburan lumpur Lapindo di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Sidoarjo. Kepala Seksi Sumber Daya Mineral, Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo, Agus Darsono yang dihubungi di kantornya, Jumat (25/2), membenarkan bahwa Lapindo sudah mempresentasikan rencana kegiatannya itu. Memang yang berhak memberikan izin eksplorasi itu pemerintah pusat. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo hanya menjalankan keputusan pemerintah pusat. Kendati demikian, jika warga Sidoarjo belum memberikan persetujuan, Lapindo tak boleh melakukan kegiatan. Dan, Pemkab Sidoarjo pasti memilih mendengarkan suara warganya, kata Agus Darsono. Lapindo akan menambah titik eksplorasi di Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, yang berjarak beberapa kilometer sebelah timur laut pusat semburan lumpur Lapindo beberapa tahun silam. Untuk memperdalam sumur yang sudah ada pun, harus disosialisasikan agar warga tidak merasa khawatir. Sebab, pengeboran sebelum dengan sesudah semburan lumpur Lapindo situasinya sudah berbeda, ujar Agus. Selesaikan dulu Ketua Komisi C DPRD Sidoarjo I Wayan Dendra mengatakan, Lapindo sebaiknya tidak mengajukan izin eksplorasi baru sebelum berbagai masalah yang timbul akibat semburan lumpur di Porong terselesaikan. Masalah ganti-rugi sampai sekarang belum selesai, jumlahnya lebih dari Rp 1 triliun. Selesaikan dulu masalah ini, baru setelah itu bisa mengajukan izin pengeboran, ujarnya. Aktivis pendamping masyarakat korban lumpur Lapindo, Paring Waluyo Utomo, mengatakan, sebelum pemerintah memberikan izin operasional pengeboran, Lapindo hendaknya memenuhi kewajibannya dulu membayar gantirugi kepada korban lumpur Lapindo sekitar Rp 1,4 triliun. Dengan mengajukan izin pengeboran, berarti Lapindo memiliki uang. Mengapa Lapindo tidak lebih dulu menggunakan uang itu untuk menyelesaikan kewajiban mereka terhadap korban lumpur yang hidupnya semakin terpuruk? kata Paring tentang bencana semburan lumpur Lapindo yang pertama kali terjadi pada 29 Mei 2006 itu. Pemerintah, menurut Paring, hendaknya juga mempertimbangkan trauma masyarakat Sidoarjo dan Jawa Timur pada umumnya atas tragedi lumpur Lapindo. Pemerintah hendaknya juga mempertimbangkan bahwa lokasi Kalidawir itu memiliki karakteristik tanah yang sama dengan Renokenongo, yaitu tanah delta yang terbentuk dari endapan lumpur.

DENTUMAN MISTERIUS DARI BAWAH TANAH MELUAS Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memasang empat alat pendeteksi gempa di Kabupaten Trenggalek. Mereka meneliti dentuman keras dari dalam bumi yang dilaporkan warga terjadi sejak tiga pekan terakhir. Ketua tim peneliti PVMBG Heri Purnomo mengatakan penelitian ini merupakan tindak lanjut atas laporan warga tentang terjadinya suara dentuman dari dasar bumi. Suara yang diperkirakan berasal dari pergerakan lapisan tanah bagian bawah itu cukup meresahkan warga. Kami memasang alat pendeteksi di empat kecamatan, kata Heri, Rabu (23/2). Keempatnya dipasang di Kecamatan Munjungan, Watulimo, Kampak, dan Dongko. Menurut Heri alat tersebut bisa mendeteksi getaran atau seisme hingga kedalaman 200 kilometer. Alat tersebut juga melaporkan sumber suara berkekuatan 1 hingga 3,2 skala richter. Pemantauan yang akan dilakukan selama tiga hari ke depan itu diharapkan bisa menjawab ketakutan warga terjadinya gempa bumi. Apalagi kawasan tersebut berdekatan dengan Pantai Laut Selatan yang memungkinkan terjadinya gelombang tsunami. Sebelumnya tim PVMBG yang terdiri atas lima orang ini juga memasang alat serupa di empat titik Kabupaten Ponorogo. Mereka adalah Kecamatan Ngebel, Pulung, Pudak, serta Sooko. Di tempat ini juga dilaporkan terjadi suara dentuman dari dasar bumi yang meresahkan warga. Hingga saat ini Heri belum bisa memastikan aktivitas yang terjadi di bawah bumi. Aktivitas tersebut bisa berupa tektonik ataupun vulkanik. Bahkan bisa saja hanya efek dari pergeseran tanah lambat seperti yang disampaikan Kepala PVMBG Surono di Bandung kemarin. Masih menurut Heri, kejadian seperti ini cukup langka. Namun beberapa wilayah seperti Indonesia timur dan Sumatera kerap terjadi. Karena itu dia meminta masyarakat tidak terlalu khawatir. Rencananya PVMBG akan mengumumkan hasil penelitian itu dalam waktu dua pekan mendatang. Bupati Trenggalek Mulyadi mengatakan, kedatangan tim PVMBG ini atas permintaan pemerintah setempat. Sejak tiga pekan terakhir wilayahnya kerap dilanda gempa berskala kecil. Kami minta PVMBG menyelidikinya, katanya. Hasil penelitian itu selanjutnya akan dipergunakan untuk menyusun peta kerawanan Kabupaten Trenggalek. Fenomena dentuman misterius yang muncul dari dalam perut bumi terus meluas. Setelah Kabupaten Trenggalek dan Ponorogo, dentuman serupa juga dirasakan warga Kabupaten Tulungagung. Sejumlah warga di lima desa Kecamatan Besuki mengaku mendengar suara dentuman seperti ledakan. Suara tersebut menggema dan kerap terdengar pada malam hari. Sudah satu minggu ini, kata Wahyu Aji, 30, warga Desa Tanggul Turus, Kamis (24/2).

Menurut dia, dentuman serupa juga dirasakan warga di desa sekitarnya. Di antaranya adalah Desa Siyoto Bagus, Sedayu Gunung, Tanggung Turus, Kebo Ireng, serta Desa Besuki. Warga yang ketakutan melaporkannya kepada perangkat desa yang meneruskannya ke Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Tulungagung Mariyani mengatakan, kelima desa yang merasakan dentuman itu berdekatan dengan wilayah pesisir pantai selatan. Kawasan ini bahkan berbatasan langsung dengan Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek yang telah merasakan fenomena serupa. Mungkin merembet dari Trenggalek, katanya. Untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam, Pemerintah Kabupaten Tulungagung telah melaporkan hal itu kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tretes. Hingga saat ini belum diterima laporan kerusakan akibat dentuman misterius tersebut. Gede Swantika, Ketua Tim Peneliti Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung yang diterjunkan ke Trenggalek, mengaku telah mendengar munculnya dentuman di Tulungagung. Rencananya tim tersebut akan memperluas area penyelidikan di lima desa di Tulungagung untuk mengetahui asal usulnya. Kami juga akan kesana (Tulungagung), kata Gede. Hingga saat ini Gede masih meyakini jika dentuman tersebut merupakan dampak dari pergerakan tanah lambat. Aktivitas ini diduga dipicu oleh tingginya curah hujan yang terjadi dalam satu tahun terakhir. Pergerakan ini akan berhenti sendirinya jika sudah mencapai kesesuaian letak, katanya. Hasil penyelidikan sementara yang dilakukan lima tim PVMBG di Trenggalek dan Ponorogo juga menemukan banyaknya patahan di wilayah itu. Patahan tersebut telah mengalami pergerakan hingga menimbulkan suara bergemuruh. Kami masih mendalami penyebab pergerakan itu, ujar Gede.

GUNUNG BROMO MELETUS 45 KALI PADA HARI VALENTINE Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo aktivitas erupsi letusan makin sering dan meningakat setiap harinya. Mulai, Senin (14/2) hingga Selasa (15/2) sudah terjadi 45 kali letusan dasyat yang disertai material vulkanik Bom atau Gumpalan lavar pijar beku di sekitar lautan pasir 2 kilometr dari kawah. Informasi yang berhasil dihimpun dari PVMBG Bandung, Letusan kuat sejak senin kemarin sore hingga malam hari terjadi 35 kali letusan. Sedangkan selasa (15/2)pagi hari hingga jam 06.00 WIB, letusan sudah terjadi 5 kali. Letusan disertai suara gemuruh dan dentuman kuat. Sementara data sismik yang tercatat, gempa tremor memiliki amplitudo maksimum 37-40 mm dengan tinggi kepulan asap setinggi 400-800 meter. Sedangkan arah letusan yang berwarna coklat kelabu kehitaman ke timur dan timur laut. Letusan Bromo yang disertai lontaran lava pijar mencapai ketinggian 300500 meter, kata Kabid Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG Bandung, Gede Suantika pada wartawan melalui pesan singkatnya. Dia menambahkan, lama gempa 20-55 detik setiap ada letusan dikawah Bromo. Meski letusan terus terjadi dan makin meningkat, status Bromo masih Siaga. Status Siaga dan pengunjung serta warga dilarang mendekat 2 km dari kawah, ungkapnya. Cuaca disekitar Gunung Bromo, terang dan tampak jelas. Suhu udara 12 derajat celcius sehingga tidak menganggu aktivitas warga

PERMUKAAN TANAH DI JAKARTA AKAN TURUN 6.6 METER PADA TAHUN 2030 Kondisi permukaan tanah wilayah Jakarta diprediksi akan mengalami penurunan secara signifikan mencapai 6,6 meter pada 2030. Pada periode 1974 hingga 2010, tanah Jakarta telah turun hingga 4,1 meter. Hal itu terungkap dari hasil kajian yang dipaparkan Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS) dalam Workshop Draft Atlas di Hotel Le Meridien, Jakarta, belum lama ini. Berdasarkan hasil kajian JCDS itu, kondisi penurunan tanah akan terjadi di wilayah Muara Baru, Cilincing, Jakarta Utara. Daerah lain meliputi Cengkareng Barat, penurunan tanah terjadi hingga 2,5 meter, Jalan Daan Mogot 1,97 meter, Ancol 1,88 meter (titik pantau di area wisata Ancol), Cempaka Mas 1,5 meter, Cikini 0,80 meter, dan Cibubur 0,25 meter. Hasil pemetaan dan pengamatan pantai Jakarta yang dilakukan JCDS itu akan dijadikan rujukan pembangunan tanggul laut raksasa untuk mengatasi banjir dan menghindarkan Ibu Kota dari ancaman tenggelam pada 2025. Namun dibanding periode tersebut, penurunan tanah ini diprediksi akan makin parah di tahun-tahun mendatang. Hal itu akan terjadi menyusul masih tingginya penggunaan air tanah. Menanggapi hal itu, Gubernur DKI Fauzi Bowo, tidak menampik fenomena alam itu telah masuk dalam tahap mengkhawatirkan. Pihaknya memerlukan terobosan baru untuk mengatasi hal ini. Di antaranya, dengan membangun bendungan raksasa (giant sea wall) di sepanjang utara Jakarta

ABU GUNUNG BROMO SUDAH MENCAPAI JEMBER Dinas Kesehatan Jember rencananya akan membagikan 1.200 masker penutup hidung dan mulut di Kecamatan Sumberbaru, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Persiapan ini menyusul hujan abu Gunung Bromo yang dilaporkan mencapai perbatasan Lamongan-Jember. Kepala Humas Dinas Kesehatan Jember Yumarlis, Selasa (14/12), mengemukakan, pihaknya mendapat laporan, di daerah Lumajang yang berbatasan dengan Jember terjadi hujan abu vulkanik. Kami tetap mengantisipasi agar jangan sampai menimbulkan bencana bagi masyarakat di perbatasan, ujarnya. Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Jember Sandi Suwardi Hasan secara terpisah mengatakan, pihaknya menerima laporan tentang terjadinya hujan abu di sekitar Kecamatan Kencong, Jombang, dan Sumberbaru, Jember. Memang tidak merata ke seluruh wilayah itu, tetapi masyarakat sebaiknya tetap berhatihati, katanya. Koordinator Bagian Pelayanan PMI Jember Yunus Syamsuri menambahkan, pukul 11.30 kemarin abu menebar di sekitar Kecamatan Jombang. Tapi, kemudian menghilang. Abu (vulkanik itu kemungkinan) terbawa angin yang bertiup ke arah timur, katanya. Tanggal 6 Desember lalu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menurunkan status Gunung Bromo, yakni dari Awas (level IV) menjadi Siaga (level III). Dieng Masih terkait aktivitas vulkanik, dari Banjarnegara dilaporkan, Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah dipastikan aman untuk kegiatan pariwisata. Hal itu ditegaskan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Suyatno menyusul beredarnya isu soal meningkatnya ancaman letusan vulkanik di Kawasan Dieng pascaerupsi Gunung Merapi. Menurut Suyatno, isu tersebut membuat banyak wisatawan membatalkan kunjungannya ke Dieng. Selain keberadaan candi-candi, wisata di Dieng mengandalkan sejumlah obyek wisata alam yang mempunyai kaitan dengan aktivitas vulkanik pada masa lalu, seperti kawah Sikidang, Sileri, Candradimuka, Telaga Merdada, Telaga Balekambang, Telaga Menjer, dan Sumur Jalatunda. Ada sembilan kawah di dataran tinggi ini yang sekarang masih aktif, termasuk kawah Sikidang dan Sileri, dua kawah yang paling sering dikunjungi wisatawan. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara selalu berkoordinasi dengan pos pengamatan gunung api dalam menentukan kelayakan pariwisata di kawasan Dieng. Sejauh ini, dari hasil pengamatan masih aman, kata Suyatno meyakinkan.

LONGSOR DAN BANJIR HANCURKAN 85 RUMAH DI CILACAP Sedikitnya 85 rumah di Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terendam banjir sedalam 30-40 sentimeter akibat hujan deras pada Jumat (3/12) malam. Banjir juga merendam lebih dari 10 hektar sawah di Kecamatan Cipari dan Wanareja. Hal itu disebabkan karena Sungai Cikawung meluap dan tanggulnya yang jebol sepanjang 10 meter. Selain itu, satu rumah di Desa Tayem, Kecamatan Karangpucung, roboh akibat tertimpa tebing longsor. Anggota Unit Badan Penanggulangan Bencana Daerah Cilacap wilayah Majenang, Sabar, mengatakan, Sabtu (4/12) pagi, banjir telah surut. Tinggal areal sawah di sebagian Kecamatan Cipari dan Wanareja yang masih terendam banjir. Camat Karangpucung Sadmoko mengatakan, hujan sangat deras. Meski hanya sekitar 30 menit menyebabkan sebagian tebing di Desa Tayem longsor dan menimpa rumah warga, Aryoto. Menurut Sadmoko, tidak ada korban jiwa. Namun, empat rumah di sekitar lokasi terancam terkena longsor juga. Kami meminta warga waspada, katanya. Aryoto diminta membangun rumah di lahan yang lebih aman. Stasiun Meteorologi Cilacap sebelumnya telah memperingatkan bahwa curah hujan selama Desember berada di atas normal. Kalau kondisi normal 300400 milimeter kini menjadi 400-500 milimeter. Menurut pengamat cuaca, Maspujiono, hal itu dipengaruhi badai La Nina di perairan Samudra Pasifik.

10

Anda mungkin juga menyukai