Anda di halaman 1dari 31

AKADEMI KEBIDANAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012 AGUSTINA FEBRIANI Hubungan Antara Pendidikan dan Paritas Ibu

Bersalin dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011 Xvi + 42 Halaman + 5 Tabel + 8 Lampiran ABSTRAK Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 1995 hampirsemua (98%) dari 5 juta kematian neonatal do Negara berkembang atauberpenghasilan rendah. Lebih dari dua pertiga kematian adalah BBLR yaitu beratlahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 jutapersalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semuaterjadi di Negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubunganantara pendidikan dan paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR di Rumah SakitUmum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009. Diharapkan darianalisis faktor-faktor tersebut dapat dijadikan masukan bagi institusi pelayanankesehatan merupakannpenelitian dalam meningkatkan cross mutu sectional pelayanan. yang Penelitian ini dalam menggunakan dikumpulkan

waktubersamaan dengan menggunakan check list. Uji statistik yang dipakai adalah ujichisquare. Sampel yang diambil menggunakan teknik random sampling daripopulasi yang berjumlah 3.139 ibu yang melahirkan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui variabel independen pendidikan dan paritas dan variabel dependen(BBLR). Data dianalisa dengan analisa univariat yaitu distribusi frekuensivariabel independen dan dependen serta analisa bivariat menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan 355responden didapatkan responden ibu yang BBLR sebesar 100 (28,2%) respondendan ibu yang melahirkan tidak BBLR sebesar 225 (71,8%) responden sedangkanberdasarkan pendidikan ibu yang pendidikan tinggi sebesar 180 (50,7%) danpendidikan rendah sebesar 175 (49,3%). Sehingga paritas tinggi sebesar 35,8%dan paritas rendah sebesar 228 (64,2%). Hasil uji statistik menunjukkan adahubungan yang

bermakna pendidikan ibu dengan kejadian BBLR dimana nilai p value 0,002 lebih kecil = 0,05 dan adanya hubungan yang bermakna antara paritas ibu terhadap kejadian BBLR dimana nilai p value = 0,008 lebih kecil dari = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang melahirkan BBLRdari responden yang cara penanggananya lebih baik. Bagi petugas kesehatan agarselalu memberikan penyuluhan mengenai kejadian berat badan lahir rendah,sehingga dapat menggurangi angka kejadian BBLR. Kata Kunci Daftar Pustaka : Berat Badan Lahir Rendah : 11 ( 2005 2009)

MIDWIFERY ACADEMY OF BUDI MULIA PALEMBANG

Scientific Paper, June 2012 AGUSTINA FEBRIANI Relationship Between Education and Parity with Birth Mother Incidence of Low Birth Weight (LBW) in the General Hospital Center Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2009 Xvi + 42 Pages + 5 Tables+ 8 Attachments ABSTRACT According to estimates the World Health Organization (WHO) in 1995 nearly all(98%) of the five million neonatal deaths do low-income developing countries.More than twothirds of the deaths are low birth weight is birth weight less than2500 grams. Globally there are estimated 25 million births per year in which 17%are low birth weight and nearly all occurred in developing countries. The purposeof this study to determine the relationship between maternal education and parityat delivery with LBW General Hospital Dr Center. Mohammad HoesinPalembang Year 2009. Expected from the analysis of these factors can be used asinput to health care institutions in improving the quality of care. This study usescross sectional study merupakann collected at the same time by using the check list. The statistical test used was chi-square test. Samples taken using randomsampling techniques from the population of 3139 mothers who gave birth. Thisanalysis was conducted to determine the independent variables of education andparity and the dependent variables (LBW). Data were analyzed by univariateanalysis of the frequency distribution of the dependent and independent variablesand bivariate analysis using chi square test with significance level 0.05. Theresults showed 355 respondents showed that respondents LBW mothers of 100(28.2%) respondents and mothers who give birth are not LBW for 225 (71.8%)respondents, while based on maternal education is higher education for 180(50.7%) and low education for 175 (49.3%). Thus amounted to 35.8% of highparity and low parity of 228 (64.2%). Statistical analysis showed there was asignificant relationship between maternal education with LBW p value of 0.002 which is smaller = 0.05 and there were significant relations between maternal parity on the incidence of LBW in which the p value = 0.008 is smaller than = 0.05 , so it can be

concluded that the respondents who gave birth to LBW of respondents penanggananya way better. For health workers in order to alwaysprovide counseling about low birth weight incidence, so it can menggurangiincidence of LBW. Keywords Bibliography : Low Birth Weight (LBW) : 11 (2005 2009)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagaibayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr .Definisi iniberdasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwabayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusiterhadap kesehatan yang buruk.Menurunkan insiden BBLR hinggasepertiganya menjadi salah satu tujuan utama A World Fit For Children hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United NationsGeneral Assembly Special Session on Children in 2002 Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran, merupakan BBLR diAsia adalah 22% (Rahayu,2009). Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakatadalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Bayi di Indonesiasaat ini masih tergolong tinggi, yaitu tercatat 50 per 1000 kelahiran hiduppada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah, karena masihterbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di bagianASEAN, dan penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguanperinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 -27% disebabkan karenaBBLR. Sementara itu, prevelensi BBLR di Indonesia saat ini di perkirakan 7 14% yaitu sekitar 459.200900.000 bayi (Depkes RI, 2005). World Health Organization (WHO) 1979, telah membagi umurkehamilan menjadi tiga kelompok yaitu : 1) Pre-term yaitu kurang dari 37minggu (259 hari), 2)Term, yaitu mulai 37 minggu sampai 42 minggu atauunur antara 259-293 hari, 3) Post-term, yaitu lebih dari 42 minggu (294hari) (Manuaba,2007). Begitu juga menurut perkiraan World Health Organization (WHO)pada tahun 1961 telah mengganti istilah Premature baby dengan low birthweight baby (bayi dengan berat badan lahir rendah = BBLR). Hal inidilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktulahir bayi premature. Keadaan ini dapat di sebabkan oleh : 1) masakehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masakehamilan dihitung mulai dari hari pertama haid yang teratur ; 2) bayi smallfor gestational age (SGA) : bayi yang kurang dari berat badan yangsemestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan =KMK); 3) kedua-duanya (pernyataan 1 dan 2) (Sarwono,2006). Bila diperhatikan di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dankesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, angka kematian neonatal sebesar20 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun, ada satu neonatus meninggal.Penyebab utama kematian neonatal

adalah BBLR sebanyak 29%. InsidenBBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20% (Eka ,2009). Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Sumatera Selatan tahun (2008),Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Selatan berada pada angka 107 per100.000 kelahiran hidup. Hampir mencapai target sasaran yang akan dicapaiProvinsi Sumatera Selatan pada Indonesia Sehat 2010. Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Palembang, Angka KematianBayi (AKB) pada tahun 2007 yaitu per 1000 kelahiran hidup, pada tahun2008 4 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 sekitar 2 per 1000kelahiran hidup (Dinkes Kota Palembang, 2010). Dari data Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad HoesinPalembang, angka kejadian BBLR pada tahun 2007 adalah 142 kasus BBLRdari 3.337 bayi yang dilahirkan pada tahun 2008 adalah 233 kasus BBLRdari 2439 bayi yang dilahirkan dan pada tahun 2009 sebesar 313 kasusBBLR dari 2.400 bayi yang dilahirkan ( Medical Record ,2009).Oleh karena itulah, berdasarkan latar belakang diatas dan denganadanya data yang ada, Maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Pendidikan dan Paritas Ibu Bersalin denganKejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit UmumPusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah daripenelitian ini adalah masih tingginya kejadian Berat Badan Lahir Rendah(BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Mohammad Hoesin PalembangTahun 2009 (Medical Record , 2009) 1.3 Pertanyaan Penelitian Apakah ada hubungan antara pendidikan dan paritas ibu bersalindengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit UmumPusat Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009 ?

1.4 Tujuan Penelitan 1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan paritas ibubersalin dengan kejadian bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RumahSakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu bersalin dengan kejadian BeratBadan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. MohammadHoesin Palembang tahun 2009. 2. Diketahuinya hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian Berat BadanLahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : Ruangan Kebidanan 1.5.1 Bagi Mahasiswa /Peneliti Penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnyatentang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan sebagai pengalaman prosesbelajar dalam bidang Metodologi Penelitian. 1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan danpengetahuan serta untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berguna bagimahasiswa Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang. 1.5.3 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam programkesehatan reproduksi untuk menurunkan angka kejadian Berat Badan LahirRendah (BBLR) dan perbaikan mutu pelayanan kebidanan. 1.6 Ruang Lingkup Sasaran penelitian adalah semua bayi yang dilahirkan oleh ibu- ibudengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit UmumPusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berat Badan Lahir Rendah 2.1.1 Pengertian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah kelahiran bayi denganberat badannya kurang dari 2500 gram (Manuaba,2007). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurangdari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan denganBBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang barusehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan danperkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya(Prawirohardjo, 2006). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500gram tanpa memandang usia masa kehamilan. BBLR biasa terdiri atasBBLR kurang bulan atau bayi lahir prematur dan BBLR cukup bulan / lebihbulan dengan hambatan pertumbuhan intrauterine (IUGR). BBLR kurangbulan / premature khususnya yang masa kehamilannya, biasanya mengalamipenyulit seperti gangguan nafas, ikterus, infeksi dan sebagainya,yangapabila tidak dikelola sesuai dengan standar pelayanan medis akan berakibatfatal. Sementara BBLR yang cukup / lebih bulan pada umumnya organtubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah dalamperawatannya (Purwanto,2009) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang beratbadannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram)(Hanifa,2006). 2.1.2 Klasifikasi BBLR Bayi BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan danberat badan lahir rendah,yaitu : 1. Menurut Hanifa (2006), WHO (1979) membagi umur kehamilan menjadi tigakelompok, yaitu: a. Pre-term: kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 Hari). b. Term: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap( 259- 293 hari ). c. Post-term: 42 minggu lengkap atau lebih ( 294 hari atau lebih). 2. Menurut Sarwono Prawiharjo (2006) , diklasifikasikan berdasarkan berat badanwaktu lahir,yaitu: a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahirdengan berat lahir 1.5002.500 gram.

b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir denganberat lahir <1.500 gram. c. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir denganberat lahir <1.000 gram 3.Menurut Ayurai (2009), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagimenjadi dua golongan : a. Pramunitas murni Prematuritas murni adalah neonatus dengan usia kehamilankurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuaidengan masa kehamilan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR / SMK(sesuai masa kehamilan). b. Dismaturitas Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dariberat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikarenakanmengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. 2.1.3 Etiologi Menurut Manuaba (2007).Faktor- faktor yang dapat menyebabkankejadian BBLR, yaitu: a. Faktor ibu: riwayat kelahiran premature sebelum, perdarahan antepartum,hipertensi, umur kehamilan kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi,trauma dan lain-lain. b. Faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini c. Keadaan social ekonomi yang rendah. d. Kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan, merokok. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat disebabkan karena ; Persalinankurang bulan / premature dan bayi lahir kecil untuk masa kehamilan. Padaumumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mempunyai uterus menahan janin gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari pada waktunyaatau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukupbulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belumberfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Semakin muda umurkehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnyasemakin kurang baik. Kelompok Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ini seringmendapatkan

penyakit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karenamasa gestasi yang kurang / premature (Kulah kebidanan,2009). 2.1.4 Tanda dan Karakteristik BBLR Menurut Manuaba (1998), tanda dan karakteristik BBLR, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Berat badan < 2.500 gram. Panjang < 45 cm. Lingkar dada < 30 cm. Lingkar kepala < 33 cm. Umur kehamilan < 37 cm. Kepala relative lebih besar. Kulit tipis transparan, rambut lanugo masih banyak, lemak kulit kurang. Otot hipotonik lemah. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnoe (gagal napas). Ekstremitas ; paha abduksi, sendi lutut / kakai flexi lurus. Kepala tidak mampu tegak . Pernapasan sekitar 45 menit 50 kali per menit. Frekuensi nadi 100 -140 kali per menit

2.1.5 Penatalaksanaan 2.1.5.1 Penatalaksanaan BBLR Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang bergunauntuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuian diri denganlingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengukuran suhulingkungan, pemberian makan dan bila perlu pemberian oksigen,mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zatbesi.Penanganan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat dilakukandengan cara sebagai berikut: 1. Pengaturan suhu bayi: Mempertahankan suhu BBLR dengan carapemanasan, dapat dilakukan dengan membungkus bayi danmeletakkan botol-botol hangat disekitarnya atau memasang lampupetromaks di dekat tempat tidur bayi. Dikarenakan BBLR mudahmengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harusdipertahankan dengan ketat. 2. Makanan bayi: pada bayi BBLR belum sempurnanya refleks isap.Oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Padakeadaan ini air susu ibu

dipompa atau dengan cara diberi susu botolcara pemberian melalui susu botol adalah dengan frekuensi pemberianyang lebih sering dalam jumlah susu yang lebih sedikit. Frekuensipemberian ini makin berkurang dengan bertambahnya berat badanbayi, susunya dapat diganti dengan susu buatan yang mengandunglemak yang mudah dicerna bayi, dan mengandung 20 kalori per 30 ml air atau sekurang-kurangnya bayi mendapat 110 kal/kg berat badanperhari. 3. Penimbangan ketat: Perubahan berat badan mencerminkan kondisibayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itupenimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat pada setiaphari. 2.1.5.2 Penatalaksanaan untuk Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus pada umumnya,seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain, akan tetapi oleh karena bayi ini mempunyai problematik yang agak berbeda dengan bayi lainnya maka harus diperhatikan hal-hal berikut ini. a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine sertamenemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaanultrasografi. Bila bayi lahir melakukan pemeriksaan yang lebih lengkap dankemudian sesuai dengan kelainan yang didapat. b. Memeriksa kadar gula darah (true glukosa) dengan destrostix atau dilaboratorium. Bila terbukti adnya hipoglikemia harus segera diatasi. c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi norma 2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Dengan Berat Badan Lahir RendahYang Diteliti a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu sehinggasasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo,2005). Berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat dijelaskan bahwaterdapat kecenderungan terhadap kematian bayi yang jumlahnya lebihbanyak pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD) hinggatidak sekolah),namun dalam uji korelasi tidak terdapat hubungan yangbermakna (Hartono dkk, 2006).

Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalammenghadapi berbagai masalah misalnya membutuhkan vaksinasi untuk anaknya, memberi oralit waktu menceret misalnya kesedian menjadipeserta keluarga, termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil untuk mencegah timbulnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)bahwa ibu mempunyai peranan yang cukup penting dalam kesehatan danpertumbuhan, akan dapat ditunjukan oleh kenyataan berikut, anak- anak dan ibu mempunyai latar belakang. Pendidikan lebih tinggi akanmendapat kesempatan hidup serta tumbuh kembang yang baik (Rahayu,2008) b. Paritas Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir maupun lahir mati. Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagaimasalah kesahatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satudampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalahberhubungan dengan kejadian BBLR. Sebagaimana hasil penelitianmenunjukan bahwa ibu dengan paritas tinggi secara merata terdistribusipada kelompok kasus dan control (50%) yang memberi interprestasibahwa paritas yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan ibu sehinggamelahirkan dengan berat lahir yang cenderung normal. 2.1.7. Penelitian Terkait a. Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian Sudiyem (2007), hasil analisisunivariat, diketahui jumlah ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 134atau 37,5% dan yang berpendidikan rendah sebanyak 223 (62,5%).Berdasarkan analisis bivariat, diketahui ibu yang berpendidikan rendahterdapat 115 (51,6%) yang mengalami kejadian BBLR dan dari 223 ibuyang berpendidikan tinggi terdapat 29 (21,6%) yang mengalami kejadian BBLR. b. ParitasBerdasarkan hasil penelitian Melly Astuti (2008), hasil analisisunivariat didapatkan ibu yang memiliki paritas tinggi sebesar 246responden (71,1,%) dan pada ibu yang memiliki paritas rendah sebesar100 responden (28,9%).Dari hasil Uji Chi-Square menunjukan adahubungan bermakna antara paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR. 2.1.8. Prognosis Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah

Prognosis bayi dengan berat badan lahir rendah ini tergantung dariberat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin mudamasa gestasi/ makin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematian),asfiksia, /iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, dislasia bronkopulmonal, retrorental fibroplasias, infeksi,gangguan metabolic, (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosisini juga tergantung keadaan sosial ekonomi, pendidikan orangtua danperawatan saat kehamilan, persalinan, dan postnatal (pengaturan suhulingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguanpernafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia) 2.1.9. Pencegahan BBLR Menurut Israr (2008), pada kasus berat lahir rendah (BBLR)pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selamakurun waktu kekamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayiBBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanankesehatan yang lebih mampu. b. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk merawat danmemeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur dan mengkonsumsi makananyang bergizi sehingga dapat menanggulangi masalah ibu hamil resiko tinggisedini mungkin untuk menurunkan resiko lahirnya bayi berat badan lahirrendah. c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun reproduksi sehat( 20-34 tahun ). d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam merekadapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan statusgizi ibu selama hamil. BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONALDAN HIPOTESA 3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubunganantara konsep konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan CrossSectional yaitu suatu penelitian dimana variabel dependen (BBLR).danvariable independen (Pendidikan dan Paritas Ibu Bersalin) dikumpulkandalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,2005). Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki olehpeneliti,maka peneliti hanya mengambil 2 (dua) variabel diteliti, yaituvariabel independen diantaranya pendidikan dan paritas ibu bersalin sertavariabel dependen dengan BBLR. Adapun penelitian ini secara skematisdapat digambarkan seperti dibawah ini : Bagan 3.1 Variabel Independen Pendidikan Kejadian BBLR Paritas Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Dependen a. Pengertian b. Cara ukur c. Alat ukur d. Hasil ukur : Bayi baru lahir yang berat badannya saat lahirkurang dari 2500 : Melihat catatan rekam medik. : Check List : 1) BBLR 2) Tidak BBLR 3.2.2Variabel Independen 3.2.2.1 Pendidikan a. Pengertian : Suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan pengetahuantertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapatberdiri sendiri (Notoatmodjo,2005). b. Cara ukur c. Alat ukur d. Hasil ukur : Rekam Medik. : Check List : 1)Tinggi 2)Rendah Bila pendidikan ibu SMASederajat : Bila pendidikan < SMA / Sederajate. : Bila berat bayi lahir < 2500gr : Bila berat bayi lahir 2500gr gram (Sarwono, 2007).

e. Skala ukur

: Ordinal

3.2.2.2 Paritas a. Pengertian b. Cara ukur c. Alat ukur d. Hasil ukur e. Skala ukur 3.3 Hipotesis 1. Ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu bersalin dengan kejadian BeratBadan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.MohammadHoesin Palembang Tahun 2009. 2. Ada hubungan bermakna antara paritas ibu bersalin dengan kejadian BeratBadan Lahir Rendah (BBLR) dirumah Sakit Umum Pusat Dr. MohammadHoesin Tahun 2009. : Jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibubaik lahir : Melihat catatan rekam medik. : Check List : 1) Paritas Tinggi : > 3 orang anak 2) Paritas Rendah : 3 orang anak : Ordinal hidup maupun lahir mati (Joeharno,2008).

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penelitian adalah upaya untuk memahami dan memecahkan masalahsecara ilmiah, sistematis dan logis, yang mana di dalam penelitian inimenggunakan metode surve analitik dengan pendekatan Cross Sectional pada waktu pengumpulan data variabel dependen dan independen dilakukan dalamwaktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah pendidikandan paritas sedangkan variabel dependen adalah Berat Badan Lahir Rendah(BBLR). 4.2 Populasi Penelitian Populasi yangmelahirkan Tahun2010. 4.3 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan populasidianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Adapunpengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik Sampel Random Sampling. Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumussebagai berikut ini: N 1 + N (d 2 ) 3139 n= 1 + 3139 (0.05 2 ) 3139 n= 1 + 3139 (0.00025 2 ) 3139 n= 1 + 7.84 3139 n= 8.84 n = 355 n= Jadi sampel yang diteliti dan diambil sebanyak 355 sampel Keterangan : N n d = Besar populasi = Besar sample = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.05%) adalah di keseluruhan Populasi Kebidanan objek pada pada penelitian penelitian bulan ini atau adalah objek semua sampai yang ibu dengan diteliti(Notoatmodjo, 2005). Instalasi

Januari

DesemberTahun 2009 di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang

(Notoatmodjo, 2005) 4.4 Lokasi dan waktu penelitian 4.4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada ruang Medikal Record RumahSakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011. 4.4.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini direncanakan pada bulan Mei 2010 4.5 Teknik dan Instrumen pengumpulan data 4.5.1 Teknik Pengumpulan Data a. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat dari suatu lembaga atauinstansi (Notoatmodjo, 2005). Data sekunder diambil dari catatan medicalrecord Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009. 4.5.2 Instrumen Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data digunakan Check List sebagai panduan menggambil data dari Medical Record di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009. 4.6 Teknik Pengolahan Data Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar adaempat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui. Data yang telahterkumpul kemudian diolah baik secara manual maupun denganmenggunakan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Pengeditan Data (Editing) Memeriksa semua yang diperoleh dari kegiatan mengumpulkan data danditeliti satu persatu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. b. Mengkode data (Coding) Mengklarifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing jawabandengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat pada saat memasukandata ke komputer. c. Memasukkan data (Processing)

Setelah semua Check List ke tabulasi penuh dan benar, juga sudahmelewati pengkodean, selanjutnya dilakukan pemprosesan data(memasukkan data) agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukandengan cara memasukkan data dari Check List kedalam program komputer. d. Membersihkan data (Cleaning Data) Merupakan kegiatan pembersihan data dengan cara pengecekan kembali data yang sudah masuk kedalam komputer dengan cara yang umumdilakukan, yaitu melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel. 4.7 Teknik Analisa Data Data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu, yaitudengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, melalui proseskomputerisasi. Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data danperhitungan-perhitungan statistik bila diperlukan uji statistik : a. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihatdistribusi frekuensi baik dari varibael independen maupun variabel dependen b. Analisis Bivariat Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahuiapakah ada hubungan antara variabel independen dengan dependen denganmenggunakan uji statistik Chi Square dengan menggunakan batas kemaknaan 0,05 artinya apabila diperoleh nilai p 0,05 berarti secarasignifikan ada hubungan antara variabel independen dengan variabeldependen dan jika nilai p > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabelindependen dengan variabel dependen.

BAB V GAMBARAN UMUM RSUP Dr. MOHAMMADHOESIN PALEMBANG 5.1. Identitas Rumah Sakit

Nama Rumah Sakit Kode Rumah Sakit Direktur Utama Alamat Kecamatan/Kota Kode/Telepon/Faximile Faximile E-mail Kelas Rumah Sakit Luas Tanah Luas Bangunan RS Tahun Dibangun Tahun Operasional 5.2. Pembangunan Gedung

: RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang : 167.1013 : Dr. H. Bayu Wahyudi, MPHM, Sp.OG : Jl. Jenderal Sudirman Km.3,5 Palembang : Ilir Timur I / Palembang : 0711354088 (Hunting), 07117074577 : 0711351318 : rsmh@plasa.com.rsmh.@telkom.net.id : Kelas B Pendidikan : 216.850 m2 : 59.065,9 m2 : 1953 : 1957

Super VIP dibangun tahun (renovasi) : tahun 2004 Kelas I dibangun tahun Kelas Utama (VIP) dibangun tahun Kelas III dibangun tahun Kelas II dibangun tahun 5.3. Fasilitas Tempat Tidur Super VIP Kelas Utama (VIP) Kelas I Kelas II + Intensive Care Kelas III Jumlah tempat tidur : 11 tempat tidur : 76 tempat tidur : 83 tempat tidur : 188 tempat tidur : 474 tempat tidur : 832 tempat tidur : tahun 1986 (renovasi 2005) : tahun 1986 (renovasi 2005) : tahun 1979 : tahun 1978 (renovasi 2006)

5.4. Visi, Misi dan Tujuan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang a. Visi Menjadi Rumah Sakit Pusat Pelayanan Kesehatan, pendidikan danPenelitian terbaik dan bermutu se-Sumatera. b. Misi

d. Tujuan -

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif danberkualitas tinggi Menyelenggarakan jasa pendidikan dan penelitian dalam bidangkedokteran dan kesehatan. Menjadi pusat promosi kesehatan.

c. Motto Kesembuhan dan Kepuasan Anda Merupakan Kebahagian Kami Meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasikepada kepentingan masyarakat. Meningkatkan citra pelayanan pemerintah kepada masyarakatdi bidang kesehatan. Menghasilkan Tenaga Dokter Umum, Spesialis dan Sub Spesialisserta Keperawatan yang berkualitas dan bermoral tinggi. 5.5. Sejarah Perkembangan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembangdidirikan pada tahun 1953 atas prakarsa Menteri Kesehatan RI Dr.Mohammad Ali (Dr. Lei Kiat Teng). Dengan biaya pemerintah pusat.Pada tanggal 03 Januari 1957 rumah sakit ini mulai operasional, yangdapat melayani masyarakat se-Sumbagsel dimana saat itu meliputi propinsiSumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung. RSUPDr. Mohammad Hoesin Palembang baru memiliki pelayanan rawat jalandan rawat inap dengan fasilitas 78 tempat tidur dan baru beberapa waktu kemudian memiliki pelayanan Laboratorium, Apotik, Radiologi dan Emergency juga peralatan penunjang medik lainnya. Tahun 1993-1994 RSUP Palembang mengubah status dari RumahSakit Vertikal (RS Penerima Negara Bukan Pajak) menjadi Rumah SakitSwadana. Sesuai SK Menkes RI 1297/Menkse/SK/XI/1997 RSUP Palembang resmi bernama Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Dengan UU No.20/1997, menjadi Rumah Sakit Instansi PenggunaPNBP, dimana Rumah Sakit dapat memanfaatkan dana hasil pendapatanmelalui prosedur KPKN disamping itu subsidi pemerintah tetap sepertisedia kala.Tahun 2000 dengan PP No.122/2000, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang ditetapkan menjadi salah satu dari 13 Rumah Sakit Pemerintah menjadi Rumah Sakit Perusahaan JawatanIndonesia dan operasionalnya dimulai tanggal 1 Januari 2002. Kemudian tahun 2005 berdasarkan PP 23/2005 tanggal 13 Juni2005 tentang Pengolahan Keuangan Badan Layanan Umum dengan SKMenkes RI No.1243/Menkes/SK/VII/2005

tanggal 11 Agustus tentangpendapatan 13 eks RS Perjan statusnya menjadi Unit Pelaksanaan TeknisDepkes RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BadanLayanan Umum, Implementasinya Rumah Sakit Dr. Mohammad HoesinPalembang sebagai Badan Pelayanan Umum direncakan pada Januari2006. Sejalan dengan kebijakan Departemen Kesehatan RI bahwa semuaRumah Sakit di Indonesia harus terakreditasi, maka Rumah Sakit UmumPusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang telah dilakukan akreditasi olehKomite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan dinyatakan lulus. 5.6. Kegiatan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 5.6.1.Pelayanan Rawat Jalan a. Poliklinik Umum Instalasi Rawat JalanPoliklinik umum melayani pasien umum, perusahaan, AsuransiKesehatan (ASKES) dan Asuransi Kesehatan Miskin (ASKESKIN)dengan 29 ruang poliklinik termasuk pelayanan spesialis dan subspesialis, yaitu poliklinik penyakit dalam, umum dan khusus,poliklinik bedah umum dan khusus, poliklinik kebidanan danginekologi, poliklinik penyakit kulit dan kelamin, poliklinik penyakitsyaraf, poliklinik penyakit mata, poliklinik penyakit THT, poliklinik rehabilitasi medis dan fisio terapi dan poliklinik kesehatan jiwa danpsikologi. b. Poliklinik Graha SpesialisGraha spesialis memiliki lantai yang terdiri atas : lantai I yaitupelayanan rawat jalan eksklusif, lantai II yaitu tindakan diagnostik penyakit dalam dan lantai III pelayanan One Day Care & One DaySurgey (Perawatan Bedah Non Rawat Inap).

5.6.2. Pelayanan Rawat Darurat Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembangdilengkapi fasilitas yang memadai seperti darurat jantung dan pusattraumatik bagi Umum dan Jamsostek, disamping itu instalasi rawat daruratdilengkapi dengan Ambulance khusus untuk penyakit jantung (MCU = Mobile Coronary Unit ).

5.6.3.Pelayanan Ambulance 118 Untuk menangani Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ataupenyakit akut yang dapat dipanggil sewaktu-waktu (24 jam on call) yangdilengkapi dengan berbagai alat penunjang medik serta para petugas medik yang terampil di bidang kecelakaan dan kegawatdaruratan. 5.6.4. Jenis Pelayanan yang ada di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Jenis pelayanan terdiri dari pelayanan spesialistik bedah, pelayananspesialistik penyakit dalam, pelayanan spesialistik kebidanan dan penyakitkandungan, pelayanan spesialistik kesehatan anak, pelayanan spesialistik penyakit kulit dan kelamin, pelayanan spesialistik penyakit syaraf,pelayanan spesialistik penyakit THT, pelayanan spesialistik penyakit mata,pelayanan spesialistik anastesi, pelayanan spesialistik radiologi, pelayananspesialistik laboratorium, pelayanan spesialistik patologi anatomi,pelayanan pemulasaran jenazah dan kedokteran kehakiman (Forensic). 5.6.5. Pusat Pelayanan Jantung Adapun pelayanan yang tersedia adalah uji latih jantung (Treadmil), Echo Cardiography (ATL Apro Gee CX 200), Hotter Monitoring(HP Seri3319 A 04467), DC Shock (Nihon Kohden Seri 20491),Trans Thoracal Echocardiography (TTE), Trans Esophagial Echocardiography (TEE) dan Coronary Angiography . 5.6.6.Health Medical Check Up Untuk menjaga agar kesehatan kita tetap prima dan mengetahuisedini mungkin penyakit yang diderita, RSUP Dr. Mohammad HoesinPalembang menyediakan berbagai paket Health Medical Check Up , antaralain : paket premium, paket prioritas, paket platinum dan paket khususbagi calon pengantin.

5.6.7.Layanan Penunjang Medis Meliputi laboratorium patologi klinik, layanan farmasi, radiologi(diagnostik dan radioterapi), pelayanan gizi, pelayanan patologi anatomi,pelayanan pemulasaran jenazah, pelayanan rekam medis, pelayananadministrasi keuangan, pelayanan informasi/penyuluhan, pelayanankerohanian, pelayanan kamar bedah atau operasi,

pelayanan umum(ambulance pemeliharaan sarana dan perpustakaan), pelayanan unggulan(pelayanan caridiologi dan emergency), pengolahan limbah 5.7. Ketenagaan Tabel 5.1 Komposisi SDM ditinjau dari Status Kepegawaian Uraian 1. PNS 1. Medis dan keperawatan 2. Non Medis 2. Non PNS 1. Medis dan keperawatan 2. Non Medis JUMLAH Tahun 2008 904 506 252 77 1739

Sumber : Profil Kesehatan RSMH Palembang tahun 2008 Tabel 5.2 Komposisi SDM ditinjau dari Segi Pendidikan Uraian Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Strata I Strata II Strata III Jumlah Tahun 2008 84 40 479 470 488 1379

Sumber : Profil Kesehatan RSMH Palembang tahun 2008 5.8.Tenaga Kerja 1. Dokter Spesialis dan Sub Spesialis : 149 orang 2. Dokter Spesialis Gizi : 1 orang 3. Dokter PPDS : 238 orang 4. Dokter Umum : 45 orang 5. Dokter Brigade Siaga Bencana : 14 orang 6. Apoteker : 7 orang 7. Perawat/Bidan : 540 orang 8. Paramedis Non Perawatan : 158 orang 9. Tenaga Non Kesehatan : 583 orang

Jumlah Pegawai : 1.739 orang

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1HASIL PENELITIAN 6.1.1 Analisis Data 6.1.1.1 Analisis Univariat Analisa ini untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase daritiap variabel independen (pendidikan dan paritas) dan variabel dependen(kejadian BBLR). Data distribusi dalam bentuk tabel dan teks yang akandiuraikan sebagai berikut : 1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian BBLRdimana hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini. Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan No 1 2 Kejadian BBLR BBLR Tidak BBLR Jumlah Freuensi 100 255 355 Persentase 28.2 71.8 100.0

Dari tabel 6.1 didapatkan ibu yang melahirkan BBLR sebesar100 responden (28,2%) dan ibu yang melahirkan tidak BBLR sebesar255 responden (71,8%). 2. Variabel Independena. a. Pendidikan Ibu Penelitian ini dilakukan pada 355 responden, dimana pendidikan dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi (bila SMA) untuk lebih jelas dari hasil dapat dilihat pada tabel 6.2dibawah ini. Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pendidikan IbuBersalin di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad HoesinPalembang Tahun 2009No Pendidikan Frekuensi Persentase 1.2.TinggiRendah18017550,749,3Jumlah 355 100,0Dari tabel 5.4 diatas pendidikan tinggi sebesar 180responden (50,7%) dan pendidikan rendah sebesar 175 responden(49,3%). b. Paritas ibu bersalin Penelitian ini dilakukan pada 355 responden, dimanaparitas ibu bersalin dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi danrendah yang akan diuraikan pada tabel 6.3 di bawah ini : Tabel 6.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas IbuBersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. MohammadHoesin Palembang Tahun 2009No Paritas Frekuensi Persentase

1.2.TinggiRendah12722835.864.2Jumlah 355 100.0Dari tabel 6.3 diatas menunjukan responden dengan paritastinggi 127 responden (35.8% )dan paritas rendah sebesar 228responden (64.2%). 6.1.1.2 Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabelindependen yaitu pendidikan, dan paritas dengan variabel dependen yaitukejadian BBLR. Penelitian dilakukan untuk melihat apakah ada hubunganantara variabel independen dengan variabel dependen, dengan menggunakan uji Chi-Square nilai = 0,05 dan df = 1, bila p Value 0,05ada hubungan yang bermakna jika p Value> 0,05 berarti tidak adahubungan yang bermakna. 1. Hubungan antara pendidikan dengan Kejadian BBLR Dari analisis hubungan pendidikan dan kejadian BBLRdiperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 6.4Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pendidikan DenganKejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Dr.MohammadHoesin Palembang Tahun 2009No PendidikanKejadian BBLRJumlahKemaknaanBBLRTidakBBLRn % n % N % 1.2.TinggiRendah376320,636,014311279,464,01801751001000,002(Bermakna)Jumlah 100 255 355Dari tabel 6.4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi respondenyang mempunyai pendidikan tinggi yang melahirkan BBLR lebihbesar dibandingkan dengan responden yang pendidikannya rendahyang melahirkan BBLR yaitu 37 orang (20,6%) dan 63 orang (36,0%)Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai P value = 0,002 lebih kecil dari = 0,05 sehingga Hoditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubunganyang bermakna antara pendidikan responden dengan kejadian BBLR.Sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yangbermakna antara pendidikan dengan kejadian BBLR terbukti. 2.Hubungan antara Paritas dengan Kejadian BBLR Dari analisis hubungan Paritas dan kejadian BBLR diperolehhasil sebagai berikut : Tabel 6.5Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Paritas Ibu BersalinDengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. MohammadHoesin Palembang Tahun 2009No ParitasKejadian BBLRJumlahKemaknaan

BBLR Tidak BBLRn % n % N % 1.2.TinggiRendah 475337.023.28017563,076.81272281001000,008(Bermakna)Jumlah 100 255 355Dari tabel 6.4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi respondenyang mempunyai paritas tinggi yang melahirkan BBLR lebih besardibandingkan dengan responden yang paritas rendah yang melahirkanBBLR yaitu 47 orang (37,0%) dan 53 orang (23,2%)Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p Value= 0,05 lebih kecil dari = 0,05 sehingga Hoditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubunganyang bermakna antara paritas responden dengan kejadian BBLR.Sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yangbermakna antara paritas ibu bersalin dengan BBLR terbukti. .2 Pembahasan Pada bab ini akan dibahas pada penelitian yang ditunjang daribeberapa teori pada ahli yang telah diuraikan sebelumnya. Penelitian inimenggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional dan hanya terbatas antara variabel independen (Pendidikan dan paritas) danvariabel dependen (kejadian BBLR) dengan menggunakan uji statistik Chi-Square . Sampel yang diambil menggunakan teknik random sampling daripopulasi yang berjumlah 3.139 ibu yang melahirkan. Banyaknya sampelditentukan dengan formula n = N/1+N(d) 2 sehingga didapatkan sampelsebanyak 355 ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Dr. MohammadHoesin Palembang tahun 2009 dan data dikumpulkan dengan menggunakan Check List. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan diolah dan dilakukananalisis data univariat dan bivariat, dengan menggunakan sistemkomputerisasi sehingga pada analisis univariat didapatkan daftar distribusifrekuensi dari masing-masing variabel. Sedangkan pada analisis bivariatdilakukan dengan uji Chi-Square

untuk menguji hipotesis. 6.2.1 Kejadian BBLR Dalam penelitian ini, kejadian BBLR dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok responden melahirkan BBLR (< 2500 gram) dan tidak BBLR ( 2500 gram). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan kejadian BBLR diperoleh 100 orang (28,2%)sedangkan tidak BBLR yaitu 255 orang (71,8%). 6.2.2 Hubungan antara Pendidikan Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR Dari uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjuukanada p Value 0,002 lebih kecil dari = 0,05sehingga dapat simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antarapendidikan ibu dengan kejadian BBLR.Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukanSudiyem (2007), dirumah sakit umum pusat Dr. Mohammad HoesinPalembang Tahun 2008. Bahwa ada hubungan yang bermakna antarapendidikan ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini dikarenakan oleh pendidikanibu yang rendah. 6.2.3 Hubungan antara Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR Dari uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjuukanada hubungan yang bermakna antara paritas ibu bersalin dengan kejadianBBLR di mana nilai p Value 0,008 lebih kecil dari hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu bersalin dengankejadian BBLR di mana nilai

= 0,05 sehingga dapat simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibudengan kejadian BBLR.Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukanMelly Astuti (2008), dirumah sakit umum pusat Dr. Mohammad HoesinPalembang Tahun 2009. bahwa ada hubungan yang bermakna antara Paritasibu dengan kejadian BBLR. Hal ini dikarenakan oleh Paritas seseorang ibumaka semakin beresiko terjadinya komplikasi kehamilan.Menurut Sarwono (2007), paritas tinggi (> 3 anak) mempunyai angkakematian maternal, lebih tinggi dibanding dengan kematian maternal pada paritas rendah ( 3 anak). Pada paritas rendah, risiko kematian maternaldapat dicegah dengan asuhan obstetrik lebih baik. Sedangkan risiko padaparitas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum PusatDr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009, sejalan dengan penelitianMelly Astuti (2008), yang menjelaskan bahwa penelitian tersebut adakesamaan dimana ibu mempunyai paritas tinggi lebih banyak melahirkanBBLR. Hal tersebut dimungkinkan alat alat reproduksi yang sudahmenurun, dan sel sel otot yang mulai melemah sehingga ibu memilikiparitas tinggi dengan kejadian BBLR BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa :1. Responden ibu bersalin yang mengalami BBLR sebesar 100 responden(28,2%) ibu dan yang melahirkan tidak BBLR sebesar 255 responden(71,8%).2. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLRpada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad HoesinPalembang tahun 2009 nilai p Value= (0,002) lebih kecil dari =0,05 ( = 0,05) sehingga hipotesa yang

menyatakan ada hubungan yangbermakna antara pendidikan dengan kejadian BBLR terbukti.3. Ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR padaibu bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembangtahun 2009 nilaip Value= (0,008) lebih kecil dari = 0,05 ( = 0,05) sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antaraparitas dengan kejadian BBLR terbukti

7.2 Saran 7.2.1Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan dapat meningkatkan mutu serta pelayanan dengan lebih efektif dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan kesehatan terutama tentangkejadian BBLR. 7.2.2Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat menunjang penulisan karya tulis ilmiah ini gunameningkatkan mutu pendidikan, menyarankan agar mahasiswa sebelummenentukan judul sebaiknya menentukan masalah yang layak dan relevan untuk diteliti.

7.2.3 Bagi Peneliti Yang Akan Datang Dapat menyediakan referensi atau informasi yang berguna bagi mahasiswiuntuk perkembangan pengetahuan mengenai BBLR.

DAFTAR PUSTAKA Astuti,Melly.2007. Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang Blogjoeharno.blogspot.com./2008/os/berat-badan-lahir-rendah-bblr.htm.Diakses 6 Maret 2010Dinkes Kota Palembang. 2010. Berat Badan Lahir Rendah BBLR .htmlDiakses 6 Maret 2010Hartono,P.Sutanto,dkk.2006.

Berat Badan Lahir Rendah BBLR. html Diakses 6 Maret 2010IDAI.2004. Bayi Berat Badan Ikahir Rendah dalam Standar Layanan MedisKesehatan Anak: Edisi 1 Jakarta. http://idai.os.id Israr. Yayan Akyar.2008. Ilmu Kesehatan Anak Berat Badan Lahir Rendah. , Diakses tanggal 2Maret 2010Kuliah Kebidanan.2008. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) .(http://www.kuliah kebidanan.com, diakses 3 Maret 2010.Manuaba. Ida, Bagus Gde.2007. Pengantar Buku Obstetri. EGC : JakartaNotoatmodjo,S.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Reneka Cipta : JakartaPurwanto.E.R.2009. Sebab dan Konsekuensi BBLR. (http://www.google.com diakses 06 Maret 2010.Prawirohardjo, Sarwono.2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. JakartaRahayu, Sri.2008. Karya Tulis Ilmiah . Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.

Record, Medical. 2009. Berat Badan Lahir Rendah BBLR .htmlDiakses 6 April 2010RI, Depkes. 2005. Berat Badan Lahir Rendah BBLR .htmlDiakses 6 Maret 2010

http://www.scribd.com/doc/33687306/KTI-Hubungan-Pendidikan-Dan-Paritas-IbuBersalin-Dengan-Kejadian-BBLR

Anda mungkin juga menyukai