Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SISTEM MONITORING DAN EVALUASI

KEBIJAKAN REWARD AND PUNISHMENT

DISUSUN OLEH: DINDA AYUNINGTYAS NO.URUT: 09 KELAS: 3-E NPM: 093010003741

KEMENTERIAN KEUANGAN RI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA


TAHUN 2012 KEBIJAKAN REWARD AND PUNISHMENT
Tugas Mengkaji Kebijakan Reward & Punishment (berdasarkan juknis reward punisment) dengan melihat kasus implementasinya pada latihan. Berikan pendapat apakah Saudara setuju dengan kebijakan tersebut atau tidak, dan berikan alasannya! Saya setuju. Setelah membaca Panduan Teknis Tata Cara Pemberian Penghargaan dan Pengenaan Sanksi atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011 dan melihat implementasinya pada latihan soal, saya setuju dengan Kebijakan Reward and Punishment tersebut. Dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: a. Menurut saya, dengan adanya Kebijakan Reward and Punishment akan meningkatkan disiplin anggaran sehingga pola penyerapan anggaran pemerintah yang dihamburkan di akhir tahun akan berkurang bahkan kebiasaan itu bisa dihilangkan. Salah satu alasan kementerian negara/lembaga menghabiskan anggaran pemerintah di akhir tahun anggaran karena adanya kesempatan mendapat insentif dari sisa pelaksanaan anggaran. Misalnya, ada proyek yang seharusnya dikerjakan dalam jangka waktu delapan bulan, tetapi dikerjakan dua bulan sebelum akhir tahun. Artinya kontraktor memiliki uang lebih dari sisa pelaksanaan proyek yang kemudian digunakan untuk bermain-main dengan birokrasi. Lebih lanjut, penggunaan anggaran pemerintah di akhir tahun akan mempengaruhi kualitas fisik bidang infrastruktur. Selain itu, pola tersebut akan mempengaruhi stabilitas inflasi karena uang yang beredar di masyarakat cukup banyak dalam waktu yang singkat. b. Menurut saya, Kebijakan Reward and Punishment akan menghilangkan gap antara perencanaan dengan pelaksanaan. Maksud saya, selama ini perencanaan hanya berupa daftar belanja tanpa mengetahui target yang ingin kementerian negara/lembaga capai itu apa sehingga pada waktu implementasi tiba kementerian negara/lembaga terlihat tidak menguasai apa yang direncanakan dan tidak menjalankan rencana sesuai waktunya molor. Dengan kebijakan ini, saya yakin kementerian negara/lembaga akan membuat perencanaan yang berkualitas (quality of spending) dan melaksanakan sesuai rencana dengan tepat waktu.

c. Menurut

saya, Kebijakan Reward and Punishment memberikan tekanan positif dalam birokrasi. Maksud saya, dalam dunia birokrasi apabila tidak ada sesuatu yang ditakuti, para birokrat cenderung untuk berbuat sesuai keinginannya tanpa mengingat untuk siapa mereka bekerja, rakyat. Namun, dalam petunjuk teknis tersebut juga menunjukkan bahwa pemerintah tetap berhati-hati dalam menerapkan kebijakan tersebut dengan memberi kesempatan kementerian negara/lembaga menjelaskan alasan penyerapan anggarannya rendah, misal, keadaan mendesak (force majeure), ada juga penyerapannya rendah karena ada faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh instansi seperti lahan belum tersedia. Pemerintah akan melakukan evaluasi dahulu guna memenuhi unsur keadilan. Punishment akan benar-benar dikenakan pada kementerian negara/lembaga yang benar-benar tidak dapat dijustifikasi mengapa anggarannya tidak terserap dengan baik. d. Menurut saya, Kebijakan Reward and Punishment mendukung pelaksanaan Performance Based Budgeting. Maksud saya, kebijakan ini benar-benar menilai performance dari kementerian negara/lembaga dengan tajam sehingga secara tidak langsung memaksa kementerian negara/lembaga untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas perencanaan (quality of planning) dan kualitas belanja (quality of spending) yang semakin baik. Dengan demikian, kebijakan ini mendukung pelaksanaan Performance Based Budgetting dalam segi produktivitas, efisiensi, pemenuhan target, dan penciptaan good governance. Kebijakan Reward and Punishment menunjukkan hasil yang baik yakni sebanyak 66 kementerian dan lembaga memperoleh penghargaan atas kinerja penyerapan dan optimalisasi anggaran pada 2011 lalu dan sebanyak tujuh kementerian dan lembaga yang terkena sanksi. Saya juga menemukan beberapa hal lain yang cukup menarik, salah satunya berita yang dimuat di website Kementerian Keuangan tentang pemangkasan anggaran sebesar 925 miliar rupiah yang dilakukan Kementerian Keuangan. Pangkas Rp 925 miliar, Komisi XI Apresiasi Langkah Kemenkeu
Jakarta, 14/03/2012 MoF (Fiscal) News - Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memberikan apresiasi, menyusul pemangkasan anggaran Kementerian Keuangan sebesar Rp925 miliar. Hal tersebut disampaikan sesaat setelah Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun anggaran 2012 kepada komisi XI DPR, Selasa (13/3).

http://www.depkeu.go.id/ind/Read/? type=ixNews&id=22865&thn=2012&name=br_140312_11.htm Menurut saya, ini merupakan bentuk komitmen dari Kementerian Keuangan akan kebijakan reward and punishment. Tindakan nyata yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan menjadi pembuktian terhadap pandangan negatif dari kementerian negara/lain yang terkesan membenci Kementerian Keuangan yang berani membuat kebijakan tsb bahkan ada celetukan Siapa Kementerian Keuangan berani mengeluarkan regulasi semacam ini? Berani memberi sanksi. Selain itu, Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo juga menyatakan bahwa Kementerian Keuangan juga akan berhati-hati menjaga output dan outcome-nya. Saya juga ingin mengutarakan beberapa masukan agar kementerian negara/lembaga dapat menghadapi kebijakan reward and punishment dengan baik antara lain: a. Kementerian negara/lembaga dapat mempersiapkan pelaksanaan anggaran lebih awal dengan maksud pencapaian hasil akan lebih mudah dicapai apabila ada ketidaksesuaian di lapangan maka dapat dilakukan penyesuaian termasuk revisi anggaran. b. Pelaksanaan anggaran lebih awal berakibat percepatan penyerapan anggaran sehingga anggaran sepanjang tahun dapat proporsional dan berdampak positif terhadap perekonomian. Percepatan penyerapan anggaran dapat disiasati dengan koordinasi dengan LKPP terkait pengadaan barang dan jasa pemerintah, yang selama ini sering menjadi permasalahan di kementerian negara/lembaga. c. Kementerian negara/lembaga harus memonitoring dan evaluasi satker-satkernya agar pelaksanaan anggaran dan penyerapan anggaran yang lebih awal tsb tetap selaras untuk mencapai output dan outcome.

Anda mungkin juga menyukai