Ht
Ebook gratis ini bisa Anda dapatkan melalui www.sekolahorangtua.com dimana Anda juga bisa mendapatkan newsletter dan artikel gratis tentang mendidik dan mengasuh anak menjadi yang terbaik. Ijin untuk mengutip sebagian atau seluruh isi ebook ini bisa diberikan selama Anda mencantumkan sumbernya yaitu dari www.SekolahOrangtua.com . Silakan email ke cs@sekolahorangtua.com untuk memperoleh ijin ini.
www.SekolahOrangtua.com
Misi Kami
Mendidik Orangtua Menjadi yang Terbaik demi Kesuksesan Anak dan Generasi Akan Datang. Membantu Peningkatan Pendidikan di Indonesia dengan memberikan beasiswa pendidikan anak-anak tidak mampu dari sebagian keuntungan usaha.
Kegiatan Kami
Memberikan Pendidikan pada orangtua melalui seminar, workshop dan materi multimedia DVD / CD yang dikirim ke rumah. Memfasilitasi tanya jawab, konseling dan terapi terhadap berbagai permasalahan orangtua. Menyelenggarakan gathering dari para orangtua yang tergabung dalam Parents Club
Daftarkan Email Anda di www.SekolahOrangtua.com untuk mendapatkan Ebook & Artikel Gratis secara rutin mengenai :
Mendidik dan mengasuh anak Berbagai tips dalam mengatasi masalah emosi anak Mengerti kepribadian anak Cara berkomunikasi dengan anak secara efektif Cara mengajarkan kecerdasan keuangan pada anak Dan masih banyak lagi.
www.SekolahOrangtua.com
DAFTAR ISI
Persepsi yang benar ..................................................................................................... 4 Persepsi dan tindakan .................................................................................................. 8 Persepsi orangtua tentang anak ................................................................................ 9 Pengaruh persepsi orangtua terhadap perilaku dan sikap anak .......................11 Pengaruh persepsi yang benar terhadap karier dan bisnis.............................. 12 Untuk direnungkan...................................................................................................... 14 Anda ingin mengubah hidup? .................................................................................... 15 Kenali Tipe Anda sebagai Orangtua........................................................................ 16 Tipe Orangtua ............................................................................................................. 17 Orangtua Tipe 1: Doraemon / Pencegah Masalah............................................ 18 Orangtua Tipe 2 : Detektif / Pencari Solusi.................................................... 19 Orangtua Tipe 3 : Mesin Cuci / Tahu Beres.....................................................20 Orangtua Tipe 4 : Penyedot Debu / Apa yang sedang terjadi ya?.............. 21 Meningkatkan Kontrol Diri dan Wawasan..............................................................22
www.SekolahOrangtua.com
www.SekolahOrangtua.com
Sang mama yang perkasa telah berdiri di depan pintu yang telah terbuka. Cepat bangun dan siap-siap ke sekolah! demikian hardik sang mama. Henry menangis tak berdaya. Ia berusaha mengucapkan sesuatu. Namun bibirnya tak mampu digerakkan. Lidahnya terasa kaku sekali. Ia paksakan bicara di depan mamanya. Mama aku tidak mau berangkat , suaranya terputus oleh tangis yang meledak. Pokoknya aku tidak mau ke sekolah. Aku takut! Apa yang kamu takutkan? Kamu harus siap-siap sekarang! Cepat! hardik mamanya seraya kehabisan kesabarannya. Aku takut mengecewakan Mama! Aku takut ulanganku jelek lagi dan Mama akan kecewa. Aku anak yang bodoh. Aku tidak mau masuk sekolah! serunya dibarengi tangis yang semakin meledak. Sang mama diam terpaku. Tak tahu harus mengatakan apa. Kemarahan besar yang tadi menguasainya mendadak hilang. Lidahnya pun terasa kelu. Kakinya gemetar. Matanya nanar. Kepalanya pusing. Napasnya menjadi tersengal-sengal menahan emosi yang tak jelas ujung pangkalnya. Perkataan Henry menusuk hatinya. Perlahan ia merendahkan
badannya. Tangannya meraih pundak Henry yang bersimpuh di kakinya. Kamu anak yang pintar, Sayang! Berapapun nilai yang kau dapatkan akan Mama terima dengan senang hati. Berusahalah sebaik yang kamu bisa. Ayo kita siap-siap, demikian perkataan lembut yang berusaha dia lontarkan untuk menentramkan hati Henry. Tidak Ma, aku takut mengecewakan Mama. Aku takut membuat Mama sedih. Lebih baik aku tidak ikut ulangan agar Mama tidak kecewa dengan nilaiku! Berbagai bujukan dilontarkan mamanya namun Henry tetap tidak mau ke sekolah. Ketika telah berselang dua minggu mereka menemui saya untuk konseling. Mamanya meminta bantuan saya untuk memulihkan kondisi mental Henry. Ia menceritakan semua kejadian yang kemudian berakhir dengan pemogokan 2 minggu tersebut.
www.SekolahOrangtua.com
Apakah yang bisa kita petik dari kasus Henry di atas? Kasus semacam Henry banyak sekali saya tangani. Sayapun sampai tak habis pikir mengapa banyak orangtua memperlakukan anaknya seperti itu. Saya tahu maksud mereka baik namun cara menyampaikannya menimbulkan pemaknaan yang berbeda di pihak anak. Terjadi distorsi makna di sini. Permasalahan di atas bermula dari salah persepsi tentang pendidikan dan kesuksesan. Orangtua Henry berpandangan bahwa nilai akademik sangat menentukan masa depan. Ia juga ingin anaknya punya semangat belajar tinggi. Oleh karena itu ia memacunya berharap Henry tidak seperti dirinya yang nilainya jelek. Ia tidak ingin anaknya mengulangi kejadian yang menimpa dirinya. Pokoknya segala cara, positif, harus ia lakukan agar nilai anaknya tinggi. Pertanyaannya adalah apakah nilai tinggi sama dengan pintar? Jika jawabannya benar, nilai manakah yang dimaksud? Nilai yang diberikan untuk pelajaran akademik atau nilai untuk pelajaran menghadapi hidup? Apakah nilai yang diberikan untuk pelajaran sekolah sama dengan nilai pelajaran menghadapi hidup? Nilai manakah yang menurut Anda lebih penting? Bagaimana dengan Anda? Apakah persepsi Anda tentang anak? Apakah persepsi Anda tentang mendidik anak? Apakah persepsi Anda tentang belajar? Apakah persepsi Anda tentang mencintai anak? Apakah persepsi Anda tentang sukses? Bagaimanakah cara memeriksa persepsi kita? Mudah sekali!!
Lanjutkan lah pernyataan berikut tanpa berpikir lama: Anak adalah .................................................................................... Belajar adalah ..................................................................................... Mencintai anak adalah ....................................................................... Kesuksesan adalah ............................................................................. Hidup adalah ........................................................................................ X
Bisakah Anda merasakan beda dari persepsi X dan Y berikut : memiliki persepsi : sehingga bisa menjadi gantungan hidup bagi orangtua saat tua
www.SekolahOrangtua.com
Y memiliki persepsi : anak adalah individu yang kesadaran dirinya harus dikembangkan sesuai dengan potensi yang ada dalam dirinya Berikut adalah petikan karya Kahlil Gibran dalam bukunya The Prophet mengenai anak :
Anak
Anakmu bukan milikmu Mereka adalah putra-putri sang hidup, yang rindu akan dirinya sendiri Mereka lahir lewat engkau tetapi bukan dari engkau Mereka ada padamu, tetapi bukan milikmu Berilah mereka kasih sayang, namun jangan berikan pemikiranmu Karena pada mereka ada alam pikiran sendiri Patut kau berikan rumah bagi raganya, namun tidak bagi jiwanya Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam mimpimu Engkau boleh berusaha menyerupai mereka, namun tidak boleh membuat mereka menyerupai engkau Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur ataupun tenggelam ke masa lampau Engkaulah busur tempat anakmu, anak panah hidup, melesat pergi ( Kahlil Gibran )
www.SekolahOrangtua.com
mempengaruhi cara pikir orangtua. Cara pikir ini selanjutnya mempengaruhi tindakan. Dan tindakan orangtua tersebut direspon oleh anak. Celakanya lagi kemampuan berpikir anak masih terbatas dan sangat linier. Akhirnya anak menarik makna bahwa sekolah itu memberatkan dan membosankan. Ketika ini berlanjut maka si anak jadi punya persepsi baru bahwa mungkin juga ia yang tidak mampu menyerap pelajaran di sekolanya. Akhirnya ia menarik kesimpulan, di bawah sadar, bahwa dirinya tidak layak untuk berhasil. Dan jika persepsi si anak terus dipegang sampai ia dewasa bisakah anda membayangkan ia akan tumbuh dengan sikap mental seperti apa?
www.SekolahOrangtua.com
Walaupun tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya sengsara namun persepsi salah yang dimiliki orangtua bisa mengakibatkan kesengsaraan anak.
www.SekolahOrangtua.com
Bagaimana hubungannya dengan mendidik dan mengasuh anak? Persepsi kita sangat memengaruhi cara kita mendidik dan mengasuh anak. Orangtua A memiliki persepsi bahwa anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dipelihara dengan penuh kebijaksanaan serta dicintai dengan sepenuh hati. Orangtua B memiliki persepsi bahwa anak akan menimbulkan masalah dan merepotkan dirinya. Oleh karena itu mereka harus dididik dengan penuh kekerasan sehingga mampu mandiri di usia kecil. Seorang ibu yang saya kenal memiliki pandangan seperti ini sehingga ia meminta anaknya yang kelas 1 SD untuk pulang pergi sekolah dengan naik angkota sendiri. Padaha jarak sekolahnya dari rumah sekitar 8 kilometer dan si anak harus 2 kali naik angkutan kota. Orangtua C mungkin memiliki persepsi bahwa anak adalah hasil samping dari sebuah perkawinan. Pak jika kita sudah memutuskan untuk menikah maka punya anak itu sih wajar. Mau gak mau kita harus terima. Setelah itu tinggal beri makan dan penuhi segala kebutuhannya bereslah tugas saya!, demikian salah satu pendapat dari peserta seminar saya. Apakah persepsi anda sendiri tentang anak anda? Makna apakah yang anda berikan pada anak anda? Apakah anda sering, dalam hati,
10
www.SekolahOrangtua.com
11
www.SekolahOrangtua.com
12
www.SekolahOrangtua.com
Mereka kesulitan menangani anaknya dan dalam kebingungan besar. Akhirnya masalah ini mempengaruhi kinerja profesional mereka. Bagaimana bisa tenang membangun bisnis dan karier jika dirongrong masalah anak? Banyak perusahaan memiliki staf dan karyawan yang tidak bisa optimal karena masih diributkan dengan masalah anak dan problem rumah tangga lainnya. Perusahaan hanya memberikan training dan pelatihan tentang team work, melayani pelanggan dengan baik, meningkatkan motivasi karyawan, peningkatan keterampilan manajerial dan berbagai hal teknis yang semua berhubungan dengan aspek bisnis atau produksi. Pendidikan untuk menjadi orangtua yang baik adalah mata rantai yang hilang dalam pendidikan anak dan pembinaan perusahaan profesional di Indonesia Ariesandi S Di Indonesia jarang sekali ada sebuah perusahaan memberikan pelatihan profesional bagi stafnya untuk menjadi orangtua yang baik di rumah. Padahal keterampilan ini sangat penting artinya. Karyawan akan merasa diperhatikan secara pribadi dan efek sampingnya adalah peningkatan kinerja yang luar biasa di kantor. Pendidikan untuk menjadi orangtua yang baik dan profesional adalah mata rantai yang hilang dalam pendidikan anak dan pembinaan perusahaan profesional di Indonesia. Bagaimana jika kita seorang pengusaha atau memiliki bisnis sendiri? Sama saja bahkan kita dituntut untuk memiliki pengetahuan yang lebih dalam lagi tentang mendidik anak sehingga bisa mempersiapkan mereka dengan penuh kebijaksanaan untuk meneruskan apa yang sudah dirintis. Banyak sekali pemilik bisnis mandiri yang merintis bisnisnya dengan susah payah akhirnya berakhir ketika mereka sendiri meninggal. Anakanaknya tidak siap untuk meneruskan atau bahkan tidak berminat. Atau jika anak-anak mereka meneruskannya maka tidak jarang bisnis itu merosot bahkan akhirnya hancur.
13
www.SekolahOrangtua.com
Akhirnya misi mulia orangtua yang bekerja demi anaknya banyak yang tidak tercapai. Atau tercapai setengahnya saja. Karena pengetahuan tentang mendidik dan mengasuh anak di rumah sangat penting dan memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan karier dan bisnis kita maka sudah selayaknya orangtua benar-benar mempersiapkan dirinya untuk menjalani profesi tersebut. Kita tidak bisa hanya meminta anak yang menyiapkan diri dengan baik menyongsong masa depannya. Kita menginvestasikan banyak uang untuk pendidikan anak. Memintanya kursus demi nilai yang baik di sekolah. Tetapi kita sendiri tidak pernah menginvestasikan uang untuk mendidik diri sendiri. Mendidik diri kita untuk dapat lebih mudah memahami anak-anak kita. Mengapa begitu? Dengan pengetahuan yang dalam tentang anak maka kita akan dengan mudah memberikan nasihat bijaksana pada mereka untuk mengembangkan potensi terpendamnya. Kita akan mampu mengarahkan mereka dan memotivasi mereka sehingga mereka akan bertindak dengan senang hati dan selalu dalam keadaan berbahagia.
UNTUK DIRENUNGKAN
Jelaslah sudah persepsi adalah kunci perubahan. Banyak sekali klien saya berhasil mengatasi masalah anaknya dengan cara mengubah persepsi atau cara pandang mereka sendiri terhadap anak. Saya membantu mereka melihat masalah anaknya dari sudut pandang yang lain. Dan ketika mereka melakukannya maka anak mereka berubah tanpa perlu diterapi. Mengapa bisa begitu? Ketika persepsi kita berubah maka tindakan kita berubah. Ketika tindakan kita berubah maka reaksi anak akan berubah. Dan ketika reaksi anak berubah maka mulai terbentuk suatu pola baru. Jika kita mengulang terus tindakan kita maka si anak juga akan mengulang reaksi yang sama. Pengulangan dari kedua pihak ini akhirnya membentuk kebiasaan baru dalam diri anak yang menetap menjadi karakternya.
14
www.SekolahOrangtua.com
Orangtua adalah bagian tak terpisahkan dari permasalahan anak. Dalam tingkat tertentu orangtua ikut menentukan nasib anaknya melalui cara dan sikapnya saat menghadapi anak Ariesandi S Jadi sekarang tugas kita sebagai orangtua adalah mencari dan menemukan persepsi kita tentang anak. Tentang pendidikannya, tentang bagaimana harus memperlakukannya dan tentang bagaimana kita harus memperlakukan pasangan kita di depan anak-anak.
15
www.SekolahOrangtua.com
Mereka tidak menyadari bahwa karena tindakan orangtualah maka si anak menjadi seperti sekarang ini. Tidak ada suatu akibat tanpa sebab. Setiap permasalahan anak bermula dari sikap dan cara pandang orangtua yang tidak tepat dan kemudian berkembang menjadi makin rumit sejalan dengan waktu dan stimulasi lingkungan. Kembali pada kasus di atas orangtua menginginkan saya melakukan terapi pada anaknya agar kasusnya segera selesai. Saya hanya bisa mengatakan bahwa saya tidak mau melakukan hal itu. Perubahan yang baik adalah perubahan yang dimulai dari kesadaran diri si klien. Saya mengatakan pada pasangan suami isteri tersebut bahwa mereka juga harus mengubah diri. Karena merekalah penyebab semua ini. Sikap dan perilaku anak yang bermasalah adalah akibat dari sikap dan perlakuan orangtua. Jika kita ingin mengatasi akibatnya maka sebabnya 16
www.SekolahOrangtua.com
harus dibereskan juga. Jika tidak maka kemungkinan besar masalah itu akan terulang lagi. Namun demikian di lain waktu saya mendapati juga orangtua yang sangat peduli dengan anaknya. Mereka berdua datang dan mau mengubah pendekatan mereka pada anaknya. Orangtua seperti inilah yang akhirnya berhasil membantu anaknya keluar dari permasalahannya. Mereka juga berhasil membantu diri mereka sendiri untuk naik ke tingkat kesadaran yang lebih tinggi lagi.
TIPE ORANGTUA
Melalui pengalaman yang cukup panjang, sejak 1995, bekerja sama dengan para orangtua dan anak-anak saya jadi menyadari adanya 3 tipe orangtua berdasarkan cara mereka menghadapi masalah anak-anaknya. Ketiga tipe orangtua ini muncul karena adanya perbedaan cara pandang atau persepsi mereka terhadap masalah anak. Bisa dikatakan tidak ada yang benar ataupun salah dalam hal ini. Bahkan bisa juga dikatakan tidak ada yang lebih baik di antara ketiganya. Yang ada hanyalah kecocokan kita dengan cara pandang tersebut dan hasil seperti apa yang kita inginkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika yang kita inginkan berbeda dengan kenyataannya itulah saatnya harus memperbaiki persepsi atau cara pandang. Selain itu yang perlu kita sadari adalah bahwa cara pandang ini juga terbentuk karena pengalaman dan situasi lingkungan serta kondisi yang kita alami. Kita cenderung mengikuti suasana hati kita. Atau bisa juga dikatakan situasi luar yang mendikte tindakan kita. Kita hanya bereaksi terhadap situasi yang tersaji dengan manis di depan kita. Akhirnya seringkali anak hanya menjadi sarana untuk menumpahkan emosi. Atau bisa juga anak menjadi lahan percobaan ide-ide baru yang sepotong-potong. Asalkan ide itu bagus maka kita comot. Berdasarkan pengamatan sampai sejauh ini terdapat 3 tipe orangtua yang saya bisa kenali. Yang pertama adalah tipe pencegah masalah, yang kedua adalah tipe pencari solusi dan yang ketiga adalah tipe orangtua yang tahu beres. 17
www.SekolahOrangtua.com
Orangtua Tipe 1: Doraemon / Pencegah Masalah Anda tahu Doraemon? Doraemon mempunyai kantung ajaib yang bisa menyediakan apa saja yang diperlukan. Tetapi terkadang mempunyai peralatan lengkap saja tidaklah cukup. Mungkin anda berpikir inilah tipe ideal. Karena memang biasanya
orangtua pencegah masalah suka belajar. Tapi tunggu dulu! Ada dua jenis masalah yang bisa timbul. Yang satu masalah positif dan satunya lagi masalah negatif. Jika yang dicegah masalah negatif maka tidak jadi masalah. Contoh dari masalah negatif adalah anak yang kurang percaya diri, anak yang tidak punya motivasi, anak yang suka memaksakan kehendaknya dan lain sebagainya. Pada titik ekstrem orangtua pencegah masalah negatif bisa jadi sangat protektif dan akhirnya malah menjadi pencegah masalah positif. Contoh masalah positif adalah percaya diri, kemandirian, rasa ingin tahu dan kemauan untuk bekerja sama. Di sinilah diperlukan kesadaran diri untuk menentukan titik imbang. Di sinilah terletak seni bermain layang-layang. Ya betul tarik ulur. Kita perlu mengetahui kapan harus menarik benang layang-layang kita dan pada lain kesempatan kita juga perlu mengulur benang layang-layang tersebut. Kapan kita harus mengubah pendekatan kita? Kapankah titik imbang itu terjadi? Mudah sekali! Perhatikan saat anak anda mulai bersikap lain dari pada biasanya. Ketika seorang anak yang tadinya baik dan menurut pada orangtua tiba-tiba berubah menjadi pembangkang atau bersikap nakal seringkali orangtua bingung apa yang sedang terjadi. Ya itulah saatnya kita harus menyesuaikan diri. Itulah saatnya menetapkan titik imbang yang baru. Apa yang biasanya disebut sebagai masalah negatif itulah sebenarnya tanda dari anak-anak. Anak-anak bermaksud mengatakan pada kita bahwa titik imbang sudah harus disesuaikan lagi. Misalnya seorang anak yang merasakan perutnya sakit karena mama papanya larut dalam kesibukan mengurus adik bayinya. Atau seorang anak laki-laki yang bersikap nakal dan kasar, suka membentak dan marah-marah misalnya, di sekolah maupun di rumah supaya mendapat
18
www.SekolahOrangtua.com
perhatian lebih dari papanya yang tenggelam dalam lautan kesibukan mencari uang. Kita bisa mengatakan,Mama mengerti perasaanmu dan keinginanmu untuk bermain di luar saat hujan seperti ini. Lain kali pada saat yang tepat mama akan ajak kamu hujan-hujan. Tidak untuk saat ini karena badanmu lagi dalam kondisi yang kurang baik. Bagaimana kalau Mama bantu kamu mencari sesuatu yang sangat asyik yang bisa kita mainkan sama-sama? Di sini kita berperan mencegah masalah negatif dan mengarahkan anak untuk sesuatu yang positif yaitu sikap demokratis, kontrol diri dan empati. Akan berbeda halnya jika kita mengatakan, Pokoknya kamu tidak boleh bermain di luar saat hujan seperti ini. Mama tidak suka kamu bantah! Mengerti! Di sini kita mencegah masalah negatif sekaligus masalah positif. Masalah positif apa yang kita batasi untuk tumbuh? Ketika anak diperlakukan seperti ini maka lain kali dia tidak akan berani mengungkapkan pendapatnya. Karena orangtua bersikap otoriter. Dia akan menjadi anak penurut yang tidak berani mengungkapkan idenya. Karena pengalamannya membuktikan bahwa orangtuanya bisa saja meledak dan ia tidak tahu kapan itu bisa terjadi. Jadi lebih baik ia diam saja supaya tidak beresiko mendapat ledakan emosi orangtuanya. Dan ada lebih banyak resiko dari sikap dan perkataan orangtua seperti ini. Kita akan membahas masalah ini lebih dalam pada topik tentang tangki cinta dan disiplin. Orangtua Tipe 2 : Detektif / Pencari Solusi Kategori ini bisa dipecah jadi dipecah jadi dua bagian juga. Orangtua pencari solusi untuk mencegah timbulnya masalah negatif. Misalnya sekarang anaknya berusia 2 tahun. Ia membayangkan bagaimana ketika nanti anaknya berusia 4 tahun dan mulai belajar membaca dan menulis. Apa yang harus ia siapkan agar anaknya bisa lancar melewati fase itu? Kategori berikutnya adalah orangtua pencari solusi untuk mengatasi masalah negatif yang telah terjadi, orangtua seperti inilah yang biasanya muncul di ruang konsultasi saya. Mereka datang dengan perasaan galau,
19
www.SekolahOrangtua.com
sedih dan bingung. Mereka merasa telah melakukan semuanya tetapi mengapa sikap dan perilaku anaknya tidak seperti yang diharapkannya. Mereka merasa telah mencintai anaknya tetapi mengapa anaknya tetap berperilaku buruk. Mereka kehilangan akal sehat. Mereka membentak, memukul dan berteriak pada anaknya padahal dalam hati mereka menyesal melakukan hal tersebut. Mereka ingin menjerit karena kebingungan tetapi nanti anaknya akan merasa tersaingi. Dan ....... ketika mereka tak tahan dan menjerit juga anaknya yang bingung dan dalam hati mungkin bertanya, Mamaku / papaku saja bingung dengan dirinya sendiri bagaimana mereka bisa menangani aku yang imut dan tak berdosa ini ya ? Itulah gambaran orangtua yang sering datang menemui saya. Ada juga yang datang dengan perasaan menyesal dan berdosa. Mereka menyesali mengapa melakukan begitu banyak kesalahan pada anaknya. Mereka merasa dulunya terlalu sibuk mengejar karir dan membangun bisnis. Mereka mengabaikan perasaan anaknya. Secara tidak sengaja mereka menekan perasaan anaknya. Dan pada satu saat si anak tidak kuat menahan beban emosi tersebut. Terjadilah ledakan yang terlihat melalui penyimpangan perilaku atau penyimpangan karakter. Beberapa tanda penyimpangan adalah sikap malas, keras kepala, mudah tersinggung, suka menuntut, tidak bisa bersosialisasi dengan mudah, dan merasa tidak layak untuk sukses. Orangtua Tipe 3 : Mesin Cuci / Tahu Beres Berikutnya adalah orangtua yang mau tahu beres. Kemungkinan mereka tidak akan membaca buku ini. Orangtua yang tahu beres ini juga banyak yang datang ke klinik terapi saya. Mereka membawa anaknya ke tempat saya layaknya membawa kain ke tukang jahit. Apa yang mereka inginkan adalah : datang ke tempat terapi, menyerahkan anak untuk diterapi, keluar dari ruang terapi dan permasalahan selesai. Orangtua yang tahu beres ini sering mengirimkan anaknya ke tempat kursus ataupun sekolah dengan harapan bahwa dengan uang yang telah dibayarkan maka anaknya akan pulang ke rumah dalam kondisi sempurna.
20
www.SekolahOrangtua.com
Apapun yang terjadi orangtua tahu beres ini mungkin benar. Paling tidak menurut mereka sendiri. Resiko yang ada di balik tindakannya tetap ada. Mengingat hukum sebab akibat bekerja dengan sempurna. Inilah resiko yang mungkin terjadi di balik sikap orangtua yang tahu beres : Anak kehilangan figur dalam diri orangtua Respek berkurang Suka membantah Ada bahaya laten ketika sudah bisa mandiri nasihat orangtua cenderung diabaikan Orangtua yang tahu beres ini perlu menyeimbangkan sikapnya.
Keterlibatan yang cukup intens dengan kegiatan anak sangat diperlukan untuk mengimbangi pandangan anak terhadap pola asuh yang mereka terima. Hal terbaik yang bisa kita harapkan dari pola asuh orangtua tahu beres ini adalah kemandirian anak. Namun semuanya dengan catatan bahwa orangtua perlu bekerja ekstra keras agar resiko negatif di atas bisa dinetralisir. Orangtua Tipe 4 : Penyedot Debu / Apa yang sedang terjadi ya? Tipe orangtua seperti ini dari luar tampak memperhatikan anak. Mereka juga sesekali mengikuti seminar mendidik dan mengasuh anak. Dan tak jarang juga hidup membaca seperti buku biasa. tentang Semua pendidikan kebutuhan anak. anaknya Mereka dapat menjalankan
dipenuhinya dengan baik. Si anak tak perlu bersusah payah minta berbagai hal yang diperlukannya. Sampai suatu ketika ..... tiba-tiba anak kita menjadi terlibat dalam kenakalan remaja. Kita dipanggil oleh pihak sekolah karena kita terlibat narkoba atau mungkin kejahatan remaja. Tingkatan yang ringan mungkin tidak termotivasi belajar dan cenderung suka berbohong. Anda mungkin berpikir,Apa yang salah ya? Rasa-rasanya saya sudah cukup memenuhi segala kebutuhannya? Anda bingung apa yang sedang terjadi. Semuanya terjadi begitu cepat. Kemarin ia masih anak-anak yang sekarang ia sudah berubah total seakan saya tidak pernah mengenalnya demikian dalam hati Anda. 21
www.SekolahOrangtua.com
Hal itu seperti kita menggunakan penyedot debu. Dengan santainya kita mengarahkan penyedot debu ke segala sudut ruangan. Dan semua yang tersapa dengan moncong penyedot debu tertarik dengan sangat cepat dan kuat kedalam tabung vakum. Anda puas pekerjaan telah selesai dalam sekejap. Setiap sudut terlihat bersih. Anda berpikir semuanya telah beres! Sempurna. Tapi ......... Beberapa hari kemudian Anda mencari gunting kuku, Anda bingung tidak bisa menemukannya. Anda baru tersadar saat Anda membutuhkan gunting tersebut
memungkinkan bentuklah perkumpulan sesama orangtua untuk mendiskusikan berbagai permasalahan anak dan pasangan. Jika ada mentor yang bisa membimbing perkumpulan ini maka hasilnya akan jauh lebih terasa. Semakin luas wawasan yang kita miliki maka semakin mudahlah kita meningkatkan kontrol diri. Dengan begitu tugas mulia kita mendidik generasi penerus akan berjalan dengan mulus. Menjadi orangtua tampak susah karena selama ini kita tidak mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus untuk menjadi ahli di bidang ini. Hal ini berbeda ketika kita ingin menjadi dokter, insinyur, akuntan, notaris, mekanik atau mungkin pilot. Semua profesi di atas ditempuh melalui jenjang pendidikan profesional. Bagaimana dengan profesi Orangtua bagi anak-anak kita. Darimanakah kita belajar menjadi orangtua? Kebanyakan dari pengalaman kita sendiri sewaktu dulu dibesarkan dan dididik oleh orangtua kita. Darimanakah orangtua kita belajar mendidik kita - anak-
22
www.SekolahOrangtua.com
anaknya? Dari orangtuanya lagi kakek nenek kita. Dari manakah kakek nenek kita belajar menjadi orangtua? Dari orangtuanya dan seterusnya. Banyak hal baik yang terdistorsi dan jika terjadi perubahan tidak didukung sebuah hasil penelitian terstruktur yang telah terbukti. Inilah beberapa hal mendasar tentang mendidik dan mengasuh anak yang harus dikuasai agar kita menjadi orangtua yang profesional (Catatan : Setiap topik berikut dibahas mendetail beserta aplikasinya dalam
www.SekolahOrangtua.com
memenuhi kebutuhan emosionalnya sehingga bisa mencurahkan dirinya untuk anak-anak dengan kondisi emosi yang sehat. 7. Pemahaman tentang bagaimana menumbuhkan motivasi internal dalam diri anak. Jika tidak maka kita akan cenderung bertindak memaksakan kehendak kita pada anak. Hal ini pada gilirannya bisa memicu pandangan bahwa orangtua itu semena-mena, hanya bisa memaksakan kehendak pada anaknya. Kami berharap Ebook yang telah Anda baca ini dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan untuk menjadi orangtua terbaik yang mampu mendidik anak Anda menjadi Sukses dan Bahagia dalam kehidupannya.
Untuk informasi lebih lanjut tentang produk, seminar, pelatihan dan Parents Club yang kami selenggarakan, silakan kunjungi website kami di www.SekolahOrangtua.com atau email : cs@sekolahorangtua.com atau telpon ke (031) 7155 9997 atau fax (031) 5938525
24